Mohon tunggu...
Agung MSG
Agung MSG Mohon Tunggu... Wiraswasta - Insan Pembelajar

Agung MSG adalah seorang trainer dan coach berpengalaman di bidang Personal Development dan Operasional Management, serta penulis buku: Be A Rich Man (Pustaka Hidayah, 2004), Retail Risk Management in Detail (IMan, 2010), dan The Prophet Natural Curative Secret – Divinely, Scientifically and Naturally Tested and Proven (Nas Media Pustaka, 2022). Aktif mengajar di Komunitas E-Flock Indonesia di 93 kota di 22 provinsi di Indonesia, serta memberikan pelatihan online di Arab Saudi, Ghana, Kamboja, Qatar, dan Thailand. Agung juga dikenal sebagai penulis lepas di berbagai majalah internal perusahaan, blogger di Medium.com, dan penulis aktif di Kompasiana.com. Dengan pengalaman memberikan pelatihan di berbagai asosiasi bisnis, kementerian, universitas, sekolah, hingga perusahaan publik di 62 kota di Indonesia, Agung MSG mengusung filosofi hidup untuk mengasihi, menyayangi, berbagi, dan berkarya mulia. @agungmsg #haiedumain email: agungmsg@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Menjaga Keikhlasan di Tengah Godaan Dunia Riya

23 Agustus 2024   06:07 Diperbarui: 23 Agustus 2024   06:12 114
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Riya' menghapus amal, ikhlas menyempurnakannya. | Foto: pexels.com

"Sesungguhnya, amal yang disertai riya' hanya membawa kehampaan, sementara ikhlas yang tersembunyi menjadi jembatan menuju ridha Allah."

Saat diri dalam kesendirian, di antara riuh rendahnya dunia yang semakin menuntut pengakuan, ada satu bisikan halus yang sering kali terlupakan oleh kita, umat manusia. Bisikan itu datang dari hati yang murni, namun sering ternoda oleh keinginan untuk dilihat, dipuji, dan diakui. Riya, itulah namanya. Sebuah penyakit hati yang begitu halus namun berbahaya, yang mampu merusak setiap amal kebaikan yang kita lakukan.

Seringkali kita melihat di media sosial, dengan mudahnya seseorang membagikan momen-momen penghargaan atas kebaikan, dan jasanya sebagai sukarelawan. Atau, ibadah mereka seraya memamerkan keberadaannya di sana. Tidak jarang pula kita mendengar seseorang yang menceritakan kesibukannya di berbagai kajian keagamaan. Atau, dengan bangga menceritakan aktivitas-aktivitas amal dan kebaikannya di depan umum, atau di medsos.

Namun, sudahkah kita bertanya kepada diri sendiri, untuk siapa sebenarnya amal-amal itu kita lakukan? Apakah hanya sekadar untuk menggapai ridha Allah, ataukah ada niatan tersembunyi agar mendapat pengakuan dari manusia?

Senyatanya, saat amal tersembunyi, hati tetap tenang. Karenanya, jaga keikhlasan di tengah godaan dunia riya.


Riya: Syirik Kecil yang Mengancam Amalan

Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam pernah bersabda, "Sesungguhnya yang paling aku takutkan atas kalian adalah syirik kecil, yaitu riya'." Riya, meskipun dianggap kecil, adalah bentuk syirik yang dapat membatalkan pahala dari amal-amal kebaikan kita. Allah akan berfirman pada hari Kiamat nanti, "Pergilah kepada orang-orang yang kalian berbuat riya' kepada mereka di dunia. Apakah kalian akan mendapat balasan dari sisi mereka?" (HR Ahmad).

Ingatlah, saudaraku, amal yang disertai riya' hanya akan membawa kita kepada kehampaan. Tidak ada balasan kebaikan dari Allah, dan pujian dari manusia pun tak akan memberikan manfaat di akhirat. 

Sesungguhnya, hanya Allah-lah yang berhak memberikan balasan atas setiap amal perbuatan kita. Oleh karena itu, jika amal kita tercampur dengan riya', maka Allah Ta'ala, dalam sebuah hadits Qudsi, akan meninggalkannya dan tidak menerimanya. Allah berfirman, "Aku adalah sekutu yang Maha Cukup, sangat menolak perbuatan syirik. Barangsiapa yang mengerjakan suatu amal yang dicampuri dengan perbuatan syirik kepadaKu, maka Aku tinggalkan dia dan (Aku tidak terima) amal kesyirikannya." (HR Muslim dan Ibnu Majah).

Menjaga Keikhlasan dalam Beribadah

Ketika kita beribadah, sembunyikanlah amal-amal kita, kecuali jika memang tidak bisa tidak harus ditampakkan seperti shalat berjamaah atau shalat Ied. Menyembunyikan amal adalah salah satu cara untuk menjaga keikhlasan, jauh dari riya'. Cukup bagimu Allah Ta'ala sebagai saksi atas amal-amalmu. Allah Maha Mengetahui segala isi hati.

Bahkan Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam mengajarkan kepada kita untuk senantiasa memohon perlindungan dari riya'. Beliau berdoa, "Ya Allah, aku berlindung kepada-Mu dari mempersekutukan sesuatu dengan-Mu, sedang aku mengetahuinya. Dan aku memohon ampun kepada-Mu dari apa yang aku tidak ketahui" (HR Ahmad).

Menghindari Riya yang Terselubung

Seringkali, riya' datang dengan sangat halus, terselubung dalam niat yang awalnya tulus. Mungkin kita memulai dengan niat yang murni, namun seiring waktu, pujian dan pengakuan dari manusia mulai merusak niat tersebut. Ketika hati sudah terpikat oleh pandangan manusia, maka kita harus berhati-hati, karena inilah saat riya' mulai mengintai.

Oleh karena itu, wahai saudaraku, mari kita senantiasa menjaga niat kita hanya untuk Allah semata. Janganlah kita mengerjakan ibadah dengan tujuan agar dihormati atau diakui oleh manusia. Tidak perlu kita menyebarluaskan amal kebaikan kita, cukup Allah yang mengetahui, karena Dia-lah yang paling berhak memberi balasan.

Hati-hatilah dengan riya' yang tersembunyi. Meskipun tampaknya sepele, namun dampaknya begitu besar. Ia mampu menghapus amal kebaikan kita yang sejatinya untuk Allah. Maka, jagalah hati kita, jaga niat kita, dan selalu ingat bahwa hanya ridha Allah yang kita cari, bukan pujian atau pengakuan dari manusia.

Semoga Allah senantiasa menjaga hati kita dari penyakit riya' dan memberikan kita kekuatan untuk terus ikhlas dalam beramal. Wallaahu a'lam.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun