Mohon tunggu...
Agung MSG
Agung MSG Mohon Tunggu... Wiraswasta - Insan Pembelajar

Agung MSG adalah seorang trainer dan coach berpengalaman di bidang Personal Development dan Operasional Management, serta penulis buku: Be A Rich Man (Pustaka Hidayah, 2004), Retail Risk Management in Detail (IMan, 2010), dan The Prophet Natural Curative Secret – Divinely, Scientifically and Naturally Tested and Proven (Nas Media Pustaka, 2022). Aktif mengajar di Komunitas E-Flock Indonesia di 93 kota di 22 provinsi di Indonesia, serta memberikan pelatihan online di Arab Saudi, Ghana, Kamboja, Qatar, dan Thailand. Agung juga dikenal sebagai penulis lepas di berbagai majalah internal perusahaan, blogger di Medium.com, dan penulis aktif di Kompasiana.com. Dengan pengalaman memberikan pelatihan di berbagai asosiasi bisnis, kementerian, universitas, sekolah, hingga perusahaan publik di 62 kota di Indonesia, Agung MSG mengusung filosofi hidup untuk mengasihi, menyayangi, berbagi, dan berkarya mulia. @agungmsg #haiedumain email: agungmsg@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Parenting Pilihan

Mengurai Benang Kusut Komunikasi Orang Tua dan Anak, Apa yang Salah?

12 Agustus 2024   08:47 Diperbarui: 12 Agustus 2024   09:28 135
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

"Komunikasi yang penuh pemahaman adalah jembatan yang dapat menghubungkan hati orang tua dan anak, dan mengubah perbedaan menjadi kekuatan."

Miskomunikasi antara orang tua dan anak, terutama pada usia remaja, sering kali menjadi sumber konflik yang berkelanjutan. Meskipun hubungan ini didasari oleh kasih sayang yang dalam, perbedaan cara berpikir, merasa, dan bertindak antara orang tua dan anak sering kali menjadi pemicu utama dari ketidakpahaman yang terus-menerus. Dalam konteks ini, memahami penyebab miskomunikasi ini menjadi sangat penting untuk memperkuat hubungan keluarga dan mencegah konflik yang tidak perlu.

Memahami untuk dapat dipahami, adalah prinsip utama untuk hubungan dan komunikasi yang baik, benar dan lekat.

Pentingnya Memahami Perbedaan Kecerdasan dalam Komunikasi

Menurut konsep STIFIn, setiap individu memiliki mesin kecerdasan dominan yang mempengaruhi cara mereka memproses informasi dan berkomunikasi. Mesin kecerdasan ini dibagi menjadi lima jenis: Sensing, Thinking, Intuiting, Feeling, dan Instinct. Setiap mesin kecerdasan memengaruhi cara seseorang melihat dunia dan berinteraksi dengan orang lain, termasuk dalam hubungan antara orang tua dan anak.

Sebagai contoh, seorang ibu dengan mesin kecerdasan Sensing mungkin cenderung lebih fokus pada detail dan fakta konkret. Sementara itu, seorang anak dengan mesin kecerdasan Intuiting mungkin lebih tertarik pada gambaran besar dan berpikir secara abstrak. Ketika dua gaya berpikir yang berbeda ini bertemu, tidak jarang terjadi miskomunikasi. Sang ibu mungkin merasa anaknya terlalu mengawang-awang, sedangkan sang anak mungkin merasa ibunya terlalu kaku dan kurang imajinatif.

Preferensi Ekstrovert vs. Introvert dalam Komunikasi

Selain perbedaan mesin kecerdasan, preferensi antara ekstrovert dan introvert juga dapat menyebabkan miskomunikasi. Orang tua yang ekstrovert mungkin cenderung lebih terbuka dan langsung dalam berkomunikasi, sedangkan anak yang introvert mungkin lebih suka merenung dan berpikir sebelum berbicara. Ketika komunikasi terjadi antara dua individu dengan preferensi ini, interaksi bisa terasa tidak seimbang. Orang tua yang ekstrovert mungkin merasa frustrasi dengan anak yang terlalu diam, sementara anak yang introvert bisa merasa terbebani oleh tuntutan untuk terus berbicara atau mengekspresikan diri.

Gaya Komunikasi yang Berbeda: Logika vs. Emosi

Gaya komunikasi yang berbeda juga memainkan peran penting dalam terciptanya miskomunikasi. Misalnya, seorang ibu dengan mesin kecerdasan Thinking mungkin lebih cenderung berbicara dengan logika dan rasionalitas. Sebaliknya, seorang anak dengan mesin kecerdasan Feeling mungkin lebih mengutamakan perasaan dan empati dalam setiap diskusi. Dalam situasi konflik, gaya komunikasi yang berbeda ini bisa menimbulkan ketidakpahaman yang mendalam. Ibu yang berpikir logis mungkin merasa frustrasi karena anaknya terlalu emosional, sementara anaknya mungkin merasa tidak didengarkan atau dipahami secara emosional.

Penanganan Konflik yang Berbeda

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Parenting Selengkapnya
Lihat Parenting Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun