Mohon tunggu...
Agung MSG
Agung MSG Mohon Tunggu... Wiraswasta - Insan Pembelajar

Insan Pembelajar yang senang mempelajari bidang Personal Development dan Operasional Management, serta penulis buku: Be A Rich Man (Pustaka Hidayah, 2004), Retail Risk Management in Detail (IMan, 2010), dan The Prophet Natural Curative Secret – Divinely, Scientifically and Naturally Tested and Proven (Nas Media Pustaka, 2022). Aktif mengajar di Komunitas E-Flock Indonesia di Indonesia, serta memberikan pelatihan online di Arab Saudi, Ghana, Kamboja, Qatar, dan Thailand. Agung juga dikenal sebagai penulis lepas di berbagai majalah internal perusahaan, blogger di Medium.com, dan penulis aktif di Kompasiana.com. Saat ini aktif memberikan pelatihan di berbagai asosiasi bisnis, kementerian, universitas, sekolah, hingga perusahaan publik di berbagai kesempatan, Agung MSG mengusung filosofi hidup untuk mengasihi, menyayangi, berbagi, dan berkarya mulia. @agungmsg #haiedumain email: agungmsg@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Membohongi Hati: Meratapi Negeri, Rezeki, dan Ketulusan Iman

7 Agustus 2024   17:52 Diperbarui: 7 Agustus 2024   17:53 88
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Hati yang dipenuhi ketulusan akan memancarkan kebaikan dan keadilan, membawa keberkahan dalam setiap langkah kehidupan kita."

Senyatanya, dalam setiap lembar kehidupan yang kita jalani, ada seuntai kisah yang tak dapat dilepaskan dari negeri, rezeki, iman, dan hati. Keempat elemen ini, meski tampak berbeda, sesungguhnya saling terhubung erat, membentuk mozaik kehidupan yang penuh makna. Sebuah refleksi yang mendalam tentang kondisi bangsa ini mengingatkan kita akan pentingnya merajut kembali benang-benang keimanan dan ketulusan hati di tengah arus globalisasi dan materialisme yang kian deras.

Meratapi Negeri: Sebuah Pengembaraan Jiwa

Negeri ini, dengan segala kekayaan alam dan budaya yang dimilikinya, kini seringkali terpuruk dalam nestapa. Para pengambil kebijakan, yang seharusnya menjadi pelindung rakyat, justru kerap terjebak dalam pusaran ambisi pribadi. Mereka lebih mengedepankan kedudukan, jabatan, dan kekuasaan, melupakan hakikat pengabdian yang sejati. Ketika nurani dikalahkan oleh keinginan duniawi, kebijakan yang seharusnya mengutamakan kepentingan bangsa berubah menjadi ajang perebutan kekuasaan.

Terkadang, dalam keheningan malam, jiwa ini meratap melihat nasib bangsa. Seperti pengembara yang hanya berteduh sebentar di bawah pohon rindang sebelum melanjutkan perjalanan panjang menuju keabadian, demikianlah hidup di dunia ini. Namun sayangnya, banyak yang lupa akan hakikat ini, terbuai oleh kenikmatan dunia yang sementara.

Rezeki: Antara Kecukupan dan Keserakahan

Rezeki adalah anugerah yang datang dari Allah SWT, disertai dengan keberkahan bagi mereka yang mencari dengan cara yang halal dan bersyukur atas nikmat-Nya. Namun, ketika rezeki dipandang sebagai tujuan utama tanpa mengindahkan jalan yang ditempuh, maka yang tersisa hanyalah kehampaan. Keserakahan menggerogoti hati, menciptakan jurang pemisah antara kaya dan miskin, antara yang memiliki kekuasaan dan yang tertindas.

Para pemimpin negeri, yang seharusnya menjadi teladan dalam mencari rezeki yang halal, seringkali terperangkap dalam godaan harta yang melimpah. Mereka lupa bahwa rezeki yang diperoleh dengan cara yang tidak benar akan membawa keburukan, baik di dunia maupun di akhirat. Rezeki yang halal, meskipun sedikit, akan membawa ketenangan dan keberkahan yang melimpah.

Iman: Pilar Kekuatan dan Keteguhan Hati

Iman adalah benteng yang kokoh di tengah badai kehidupan. Ia adalah cahaya yang menerangi jalan, memberikan arah dan tujuan yang jelas. Ketika iman tertanam kuat dalam hati, segala bentuk cobaan dan godaan dunia dapat dihadapi dengan bijaksana. Namun, ketika iman mulai terkikis, jiwa menjadi rapuh, mudah tergoyahkan oleh bujuk rayu dunia.

Mereka yang suka membohongi hati seringkali kehilangan arah. Perasaan dan perkataan yang bertentangan, kebingungan, serta sikap yang berubah-ubah adalah tanda-tanda bahwa iman mulai memudar. Ketidaknyamanan dengan diri sendiri menunjukkan bahwa ada yang tidak beres dalam hati, dan ini akan berdampak pada tindakan serta keputusan yang diambil.

Hati: Cermin Kejujuran dan Ketulusan

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun