Mohon tunggu...
Agung MSG
Agung MSG Mohon Tunggu... Wiraswasta - Wiraswasta

Hidup untuk mengasihi, menyayangi, berbagi, dan berkarya mulia. @agungmsg #haiedumain

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Mengapa Negara Modern Seperti Inggris Mudah Tersulut Hoaks Hingga Kerusuhan Bernuansa Sara Meluas ?

5 Agustus 2024   06:06 Diperbarui: 5 Agustus 2024   06:11 189
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Ketika informasi palsu menyebar, kita harus menjadi benteng kebenaran. Dengan literasi dan kesadaran, kita bisa mencegah kerusuhan dan menciptakan harmoni."

Inggris, sebagai negara modern dengan sejarah panjang dalam demokrasi dan kebebasan berbicara, ironisnya sering menjadi korban dari penyebaran hoaks yang berujung pada kerusuhan.

Insiden terbaru pada awal Agustus 2024, di mana kerusuhan besar pecah akibat hoaks yang mengaitkan pembunuhan di Southport dengan seorang imigran Muslim, menyoroti masalah ini dengan sangat tajam.

Mari kita telusuri mengapa hal ini terjadi dan apa implikasinya bagi masyarakat modern.

Penyebaran Informasi Palsu: Media Sosial sebagai Penyulut Utama

Media sosial, dengan kecepatannya dalam menyebarkan informasi, sering kali menjadi media yang tidak memeriksa kebenaran informasi terlebih dahulu.

Dalam kasus ini, berita palsu mengenai tersangka pembunuhan yang konon adalah seorang imigran Muslim radikal dengan cepat menyebar luas, memicu kemarahan dan ketakutan di kalangan masyarakat. Ketergantungan pada informasi dari media sosial tanpa verifikasi yang memadai menciptakan kondisi ideal bagi penyebaran hoaks.

Akibat lebih jauh, kerusuhan anti-muslim yang pecah di Inggris arena informasi hoaks ini, dinilai sebagai kerusuhan termasif dalam 13 tahun terakhir. Protes oleh demonstran anti-imigran dan anti-muslim yang berlanjut dan tidak terkendali berubah menjadi kekerasan, pembakaran, dan penjarahan.

Faktor Emosi dan Sentimen: Bahan Bakar Kerusuhan

Informasi palsu sering disajikan dengan cara yang memancing emosi kuat seperti rasa takut, marah, dan kebencian. Dalam konteks Inggris, isu imigrasi dan radikalisme agama merupakan topik sensitif yang mudah memicu reaksi keras.

Sentimen ini diperburuk oleh adanya kelompok sayap kanan yang memanfaatkan situasi untuk menyebarkan kebencian dan memobilisasi massa. Tercatat kerusuhan besar dan chaos terjadi di kota-kota besar seperti Liverpool, Birmingham, Blackpool, Bristol, Hartlepool, Manchester, Nottingham, Hull, Sunderland, Southport, dan Belfast, Irlandia Utara.

"Ini bukan protes, ini adalah kekerasan dan kekacauan yang tak termaafkan," kata Kepala Polisi Northumbria Mark Hall, Sabtu (3/8), dikutip AFP. Akibatnya, kekerasan tersebut menjadi ujian berat bagi Perdana Menteri Keir Starmer yang baru terpilih.

Dampak Sistemik: Kepercayaan pada Informasi dan Ketidakpercayaan pada Otoritas

Masyarakat modern sering bergantung pada informasi yang diterima dari internet dan media sosial. Namun  pada saat yang sama, ada ketidakpercayaan yang berkembang terhadap otoritas dan media arus utama. Hal ini menciptakan paradoks di mana informasi yang belum diverifikasi lebih mudah diterima daripada klarifikasi resmi dari pihak berwenang.

Ketika polisi menyatakan bahwa tersangka Axel Rudakubana bukan imigran, sebagian besar masyarakat tetap terpengaruh oleh narasi palsu yang telah menyebar. Kerusuhan yang tak terkendali ini, bahkan oleh Elon Musk diramalkan bisa menyebabkan Inggris menuju perang saudara.

Analisis Sosiologis: Polarisasi dan Kerentanan Sosial

Dari sudut pandang sosiologi, kerusuhan yang terjadi mengindikasikan tingkat polarisasi yang tinggi dalam masyarakat Inggris. Isu-isu identitas, termasuk ras dan agama, menjadi pemicu utama konflik. Polarisasi ini mencerminkan kerentanan sosial yang dapat dieksploitasi oleh penyebar hoaks untuk menciptakan kekacauan.

Kejadian ini juga menunjukkan bagaimana integrasi sosial yang lemah dan ketidakpuasan ekonomi dapat memperparah reaksi masyarakat terhadap informasi yang menyesatkan.

Solusi: Pendidikan dan Regulasi Media Sosial

Untuk mengatasi masalah ini, diperlukan pendekatan yang komprehensif. Pendidikan literasi media harus ditingkatkan agar masyarakat dapat lebih kritis dalam menerima informasi.

Selain itu, regulasi yang lebih ketat terhadap platform media sosial untuk memerangi penyebaran informasi palsu juga harus diterapkan. Platform ini harus bertanggung jawab dalam memastikan bahwa informasi yang beredar telah diverifikasi kebenarannya.

Kesimpulan

Kerusuhan di Inggris baru-baru ini menjadi pengingat akan bahaya penyebaran informasi palsu di era digital. Negara modern seperti Inggris, dengan segala kemajuannya, ternyata masih rentan terhadap ancaman ini.

Masyarakat harus lebih kritis dan bijak dalam menerima informasi, sementara pemerintah dan platform media sosial harus bekerja sama untuk mencegah penyebaran hoaks. Dengan demikian, kita dapat menciptakan lingkungan yang lebih aman dan harmonis, bebas dari kekerasan yang disulut oleh informasi yang tidak benar.

Penutup

Kerusuhan yang terjadi di Inggris bukan hanya masalah domestik, tetapi juga cerminan tantangan global yang dihadapi oleh negara-negara modern dalam era digital. Penyebaran hoaks yang cepat dan masif melalui media sosial mengancam stabilitas sosial dan politik.

Dengan literasi media yang baik dan regulasi yang efektif, kita dapat menghadapi tantangan ini dan menciptakan masyarakat yang lebih resilient terhadap informasi palsu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun