Mohon tunggu...
Agung MSG
Agung MSG Mohon Tunggu... Wiraswasta - Insan Pembelajar

Insan Pembelajar yang senang mempelajari bidang Personal Development dan Operasional Management, serta penulis buku: Be A Rich Man (Pustaka Hidayah, 2004), Retail Risk Management in Detail (IMan, 2010), dan The Prophet Natural Curative Secret – Divinely, Scientifically and Naturally Tested and Proven (Nas Media Pustaka, 2022). Aktif mengajar di Komunitas E-Flock Indonesia di Indonesia, serta memberikan pelatihan online di Arab Saudi, Ghana, Kamboja, Qatar, dan Thailand. Agung juga dikenal sebagai penulis lepas di berbagai majalah internal perusahaan, blogger di Medium.com, dan penulis aktif di Kompasiana.com. Saat ini aktif memberikan pelatihan di berbagai asosiasi bisnis, kementerian, universitas, sekolah, hingga perusahaan publik di berbagai kesempatan, Agung MSG mengusung filosofi hidup untuk mengasihi, menyayangi, berbagi, dan berkarya mulia. @agungmsg #haiedumain email: agungmsg@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Parenting Pilihan

Empati dan Kejelasan: Kunci untuk Berbicara dengan Anak Remaja yang Lebih Dekat

1 Agustus 2024   10:34 Diperbarui: 1 Agustus 2024   10:37 171
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Empati dalam komunikasi dapat membangun kepercayaan yang mendalam, dan itu bisa dimulai dengan foto bersama. | Foto: Humas Smansa Cianjur

"Komunikasi yang penuh empati adalah jembatan menuju hubungan yang lebih kuat dan mendalam. Dengan mendengarkan dan memahami, kita membangun masa depan yang lebih baik bersama anak-anak kita."

Komunikasi adalah kunci dari hubungan yang harmonis antara orang tua dan anak, terutama saat anak memasuki usia remaja di tingkat Sekolah Menengah Atas (SMA). Pada masa ini, anak-anak berada pada tahap perkembangan di mana mereka mulai mencari identitas diri dan kemandirian. Oleh karena itu, penting bagi orang tua untuk memahami cara berkomunikasi yang efektif, empatik, dan persuasif.

Artikel ini akan membahas berbagai cara yang dapat diterapkan oleh orang tua untuk berkomunikasi dengan anak remaja mereka. Tujuannya untuk menciptakan hubungan yang lebih kuat dan mendalam.

Mendengarkan Aktif

Mendengarkan aktif adalah salah satu keterampilan komunikasi yang paling penting. Mendengarkan aktif disini bukan hanya 'hearing' (mendengar) saja, namun lebih berarti pada pengertian 'listening'. Menyimak isi atau esensi apa yang anak sampaikan.

Karenanya, ketika anak berbicara, berikan perhatian penuh padanya. Jadikan ia sosok yang penting dan berarti. Hindari gangguan seperti ponsel atau televisi. Lebih jauh, mendengarkan aktif juga melibatkan orang tua untuk menunjukkan minat yang tulus pada apa yang dikatakan anak. Caranya banyak, bisa dengan cara mengangguk, tersenyum, memberikan umpan balik verbal, hingga mengajukan pertanyaan yang relevan. Dengan demikian, anak merasa dihargai dan didengarkan.

Pendekatan Praktis:
1. Berikan fokus penuh. Saat anak berbicara, letakkan ponsel dan matikan TV untuk memastikan tidak ada gangguan. Cobalah untuk duduk di posisi yang sama dan gunakan kontak mata untuk menunjukkan bahwa Anda benar-benar mendengarkan.
2. Gunakan teknik para-frasa: Cobalah untuk merangkum apa yang dikatakan anak, seperti, "Jadi, kamu merasa kesulitan dengan tugas matematika, dan merasa tertekan karena tenggat waktu yang semakin dekat?" Ini menunjukkan bahwa Anda memahami dan memperhatikan masalah mereka.
3. Ajukan pertanyaan terbuka: Tanyakan pertanyaan yang mendorong anak untuk berbicara lebih dalam, misalnya, "Bagaimana perasaanmu tentang proyek ini?" Ini membantu anak merasa didengar dan didukung.

Komunikasi Terbuka

Menciptakan lingkungan komunikasi yang terbuka sangat penting. Orang tua harus berusaha menciptakan suasana di mana anak merasa nyaman untuk berbagi pemikiran dan perasaan mereka tanpa takut dihakimi. Hal ini dapat dilakukan dengan menunjukkan rasa hormat terhadap pendapat anak dan menghindari reaksi yang berlebihan atau menghakimi. Komunikasi yang terbuka membantu membangun kepercayaan dan memperkuat hubungan antara orang tua dan anak.

Pendekatan Praktis:
1. Ciptakan suasana aman. Buat waktu khusus untuk berbicara, seperti saat makan malam atau sebelum tidur, di mana anak merasa nyaman untuk berbagi perasaan tanpa merasa tertekan.
2. Jadilah terbuka dan jujur. Bagikan perasaan dan pengalaman Anda secara terbuka. Misalnya, "Ayah juga pernah merasa stres saat di usia seperti kamu. Ini yang ayah lakukan untuk mengatasi stres tersebut."
3. Hindari reaksi negatif. Jika anak mengungkapkan hal-hal yang sulit, berusahalah untuk tidak bereaksi dengan marah atau menghakimi. Sebaliknya, tunjukkan bahwa Anda terbuka untuk diskusi dengan kalimat seperti, "Aku mengerti itu sangat sulit. Namun, sulit bukan berarti tidak bisa, kan? Ok, sekarang mari kita cari solusi bersama."

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Parenting Selengkapnya
Lihat Parenting Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun