"Jangan khawatirkan bagaimana kebatilan akan hilang, karena itu pasti. Fokuslah pada bagaimana engkau membela kebenaran, karena kebenaran akan terus ada dengan atau tanpamu, namun engkau akan binasa tanpa kebenaran."
Kebenaran adalah pilar kokoh yang selalu tegak berdiri, tak tergoyahkan oleh apapun. Dalam sejarah, kita menemukan kisah-kisah menakjubkan yang membuktikan bahwa kebatilan akan selalu berakhir, dan kebenaran akan tetap hidup, dengan atau tanpamu.
Kisah Fir'aun: Tenggelamnya Keangkuhan
Fir'aun, penguasa Mesir yang mengklaim dirinya sebagai tuhan, adalah simbol keangkuhan. Kisahnya berakhir dengan tenggelamnya di Laut Merah saat mengejar Nabi Musa dan Bani Israil. Ketika Musa memukulkan tongkatnya ke laut atas perintah Allah, laut terbelah, memungkinkan Bani Israil melintasinya dengan selamat.
Namun, saat Fir'aun dan pasukannya mengikuti, laut kembali menutup, menenggelamkan mereka. Pengakuan Fir'aun terhadap keesaan Tuhan saat hampir tenggelam tidak menyelamatkannya, menunjukkan bahwa penyesalan yang terlambat tidak dapat mengubah nasib.
Kisah ini menjadi pelajaran bahwa keangkuhan tidak pernah abadi, dan kebenaran selalu akan menemukan jalannya.
Haman: Buta Hati Karena Kekuasaan
Haman, dalam konteks Al-Qur'an, adalah menteri Firaun yang dikenal karena kesetiaannya yang buta dan penolakannya terhadap kebenaran. Ia berperan dalam menentang Nabi Musa dan menindas Bani Israil, mewakili kekuasaan yang korup dan sombong.
Haman terlibat dalam proyek pembangunan megah untuk Firaun, menunjukkan bagaimana ambisi dan kekuasaan dapat membutakan hati dari moralitas. Akibat kesombongannya, ia dan Firaun akhirnya tenggelam di Laut Merah, menjadi simbol akhir tragis bagi mereka yang menolak kebenaran dan keadilan.
Kisah Qarun: Tenggelamnya Kekayaan
Qarun, yang terkenal karena kekayaannya yang melimpah, namun juga karena kesombongannya, berakhir dengan ditelan bumi. Sebagai hukuman atas pengabaiannya terhadap nikmat Allah dan sikap sombongnya, Qarun bersama hartanya ditenggelamkan ke dalam bumi.