"Dalam setiap keluhan duniawi, ada panggilan tersembunyi untuk memperkuat iman. Ketika hati terisi dengan keimanan, dunia tak lagi menjadi beban, melainkan ujian yang penuh hikmah."
Dalam sepotong renungan yang mendalam, mari kita perhatikan kata-kata bijak dari Ibnu Muflih -rohimahullah- dalam karyanya yang penuh hikmah, "Adab Syar'iyyah" (3/240). Beliau mengungkapkan sebuah fenomena yang sangat relevan dengan kondisi kita saat ini:
"Sungguh mengherankan, banyak orang meratapi:
- rusaknya negeri,
- sedikitnya rezeki,
- masa yang buruk, dan
- mahalnya barang-barang...
Tapi, tidak pernah sekalipun mereka meratapi:
- terasingnya agama ini,
- matinya sunnah Nabi, dan
- tersebarnya bid'ah.
Mereka juga tidak menangisi kurangnya mereka dalam beramal.
Sebabnya, karena lemahnya iman mereka, dan agungnya dunia di mata mereka."
Renungan Tentang Negeri dan Rezeki
Ketika kita melihat kerusakan negeri, kesulitan ekonomi, dan naiknya harga-harga, sering kali kita tenggelam dalam keluhan dan ratapan. Betapa banyak di antara kita yang lebih sering meratapi keadaan duniawi, mengabaikan esensi dari tujuan hidup kita sebagai hamba Allah.
Rezeki yang sedikit dan masa yang buruk seakan menjadi pusat perhatian, seolah-olah itulah yang paling penting dalam hidup ini.
Namun, apakah kita pernah merenungi bahwa semua itu adalah bagian dari ujian yang Allah berikan kepada kita? Apakah kita menyadari bahwa di balik setiap kesulitan ada hikmah yang tersembunyi, ada pelajaran yang Allah ingin kita petik?
Ketika Agama Terasing dan Sunnah Dilupakan
Lebih memprihatinkan lagi adalah kenyataan bahwa sering kali kita melupakan masalah yang lebih besar: terasingnya agama ini, matinya sunnah Nabi, dan tersebarnya bid'ah. Kita sibuk dengan urusan duniawi, tetapi mengabaikan kewajiban kita terhadap agama.
Mengapa kita tidak meratapi kurangnya keimanan kita? Mengapa kita tidak menangisi betapa jauhnya kita dari ajaran Rasulullah?
Keimanan yang lemah dan pandangan yang terlalu berpusat pada dunia membuat kita lupa bahwa sebenarnya inilah masalah yang lebih utama. Bagaimana mungkin kita mengharapkan keberkahan dalam hidup, jika kita sendiri mengabaikan perintah-perintah Allah dan sunnah Nabi-Nya?
Menyadari Pentingnya Iman dan Amal
Kita perlu kembali merenungi hati kita. Iman adalah fondasi dari segala sesuatu. Ketika iman kita kuat, maka segala kesulitan duniawi akan terasa ringan karena kita yakin akan janji-janji Allah. Ketika hati kita terpaut pada Allah, maka dunia ini tidak akan lagi menjadi tujuan utama kita.
Kita akan menyadari bahwa dunia ini hanya tempat singgah sementara, dan tujuan akhir kita adalah akhirat yang kekal.
Inspirasi dari Hati yang Murni
Mari kita jadikan momen ini sebagai refleksi diri. Kita mulai dengan meluruskan niat dan memperkuat iman. Kita fokus pada memperbaiki amal kita dan mengikuti sunnah Nabi. Kita harus lebih sering meratapi kekurangan kita dalam beramal dan berusaha untuk selalu meningkatkan kualitas ibadah kita. Dunia ini fana, tetapi amal kita akan menjadi teman setia di akhirat nanti.
Dalam menghadapi segala kesulitan, ingatlah bahwa rezeki telah diatur oleh Allah. Tidak ada satu pun yang akan terlewat dari ketentuan-Nya. Tugas kita adalah berusaha sebaik mungkin, berdoa, dan tawakal kepada-Nya. Dengan iman yang kuat, hati yang tulus, dan amal yang baik, kita akan menemukan ketenangan dan kebahagiaan yang sesungguhnya.
Semoga Allah memberikan kita kekuatan untuk memperbaiki diri, meningkatkan keimanan, dan menjadikan kita hamba-Nya yang selalu istiqamah di jalan yang lurus. Aamiin.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H