Mohon tunggu...
Agung MSG
Agung MSG Mohon Tunggu... Wiraswasta - Insan Pembelajar

Insan Pembelajar yang senang mempelajari bidang Personal Development dan Operasional Management, serta penulis buku: Be A Rich Man (Pustaka Hidayah, 2004), Retail Risk Management in Detail (IMan, 2010), dan The Prophet Natural Curative Secret – Divinely, Scientifically and Naturally Tested and Proven (Nas Media Pustaka, 2022). Aktif mengajar di Komunitas E-Flock Indonesia di Indonesia, serta memberikan pelatihan online di Arab Saudi, Ghana, Kamboja, Qatar, dan Thailand. Agung juga dikenal sebagai penulis lepas di berbagai majalah internal perusahaan, blogger di Medium.com, dan penulis aktif di Kompasiana.com. Saat ini aktif memberikan pelatihan di berbagai asosiasi bisnis, kementerian, universitas, sekolah, hingga perusahaan publik di berbagai kesempatan, Agung MSG mengusung filosofi hidup untuk mengasihi, menyayangi, berbagi, dan berkarya mulia. @agungmsg #haiedumain email: agungmsg@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Thinking Introvert vs Thinking Ekstrovert: Mana yang Lebih Mudah Ditangani Saat Depresi?

24 Juli 2024   05:53 Diperbarui: 24 Juli 2024   05:58 306
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Penanganan Depresi pada Thinking Ekstrovert

Orang dengan kecerdasan thinking ekstrovert lebih mungkin mencari dukungan dari orang lain dan berbicara tentang masalah mereka secara terbuka. Mereka cenderung lebih mudah beradaptasi dengan perubahan dan mencari solusi melalui interaksi sosial.

Hanya saja, mereka juga bisa mengalami depresi jika kehilangan dukungan sosial atau menghadapi tekanan sosial yang tinggi.

Strategi Penanganan:
1. Dukungan sosial. Mendorong mereka untuk terlibat dalam kelompok dukungan atau kegiatan sosial.
2. Terapi interpersonal: Membantu mereka mengelola hubungan sosial dan meningkatkan keterampilan komunikasi.
3. Aktivitas fisik. Menggunakan olahraga sebagai cara untuk mengurangi stres dan meningkatkan mood.

Kesimpulan:

Tidak ada jawaban pasti tentang mana yang lebih mudah penanganannya, apakah thinking introvert atau thinking ekstrovert, karena masing-masing individu unik dan membutuhkan pendekatan yang berbeda. Yang terpenting adalah memahami karakteristik masing-masing tipe kecerdasan dan memberikan dukungan yang sesuai dengan kebutuhan mereka.

Pendekatan dengan prinsip ini jelas dirasakan lebih masuk akal.

Akhirnya, memahami peran genetik dalam depresi dan bagaimana kecerdasan dominan mempengaruhi cara seseorang menangani depresi adalah langkah penting dalam memberikan penanganan yang efektif.

Dengan pendekatan yang holistik dan dukungan yang tepat, baik thinking introvert maupun thinking ekstrovert dapat mengatasi depresi dan mencapai kesejahteraan mental yang lebih baik.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun