Mohon tunggu...
Agung MSG
Agung MSG Mohon Tunggu... Wiraswasta - Insan Pembelajar

Insan Pembelajar yang senang mempelajari bidang Personal Development dan Operasional Management, serta penulis buku: Be A Rich Man (Pustaka Hidayah, 2004), Retail Risk Management in Detail (IMan, 2010), dan The Prophet Natural Curative Secret – Divinely, Scientifically and Naturally Tested and Proven (Nas Media Pustaka, 2022). Aktif mengajar di Komunitas E-Flock Indonesia di Indonesia, serta memberikan pelatihan online di Arab Saudi, Ghana, Kamboja, Qatar, dan Thailand. Agung juga dikenal sebagai penulis lepas di berbagai majalah internal perusahaan, blogger di Medium.com, dan penulis aktif di Kompasiana.com. Saat ini aktif memberikan pelatihan di berbagai asosiasi bisnis, kementerian, universitas, sekolah, hingga perusahaan publik di berbagai kesempatan, Agung MSG mengusung filosofi hidup untuk mengasihi, menyayangi, berbagi, dan berkarya mulia. @agungmsg #haiedumain email: agungmsg@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Healthy Pilihan

Benarkah Orang yang Mudah Depresi Tidak Ada Faktor Potensi Genetik?

23 Juli 2024   22:35 Diperbarui: 23 Juli 2024   22:38 91
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kesejahteraan mental tidak hanya tentang genetik, tapi juga bagaimana kita merespons & mengatasi hidup. | Foto:  homage.com.my

"Meski genetik dapat mempengaruhi kerentanan kita terhadap depresi, kita memiliki kekuatan untuk mengubah cara kita merespons dan mengatasi tantangan. Dengan pendekatan yang tepat dan dukungan yang memadai, kita dapat mencapai kesejahteraan mental dan emosional yang lebih baik." - @agungmsg

Depresi adalah kondisi mental yang kompleks dan mempengaruhi jutaan orang di seluruh dunia. Dalam diskusi mengenai kesehatan mental, muncul pertanyaan penting: Apakah faktor genetik berperan dalam kerentanan seseorang terhadap depresi, ataukah faktor utama terletak pada level berpikir dan kesadaran spiritual yang rendah? Mari kita telusuri lebih dalam untuk memahami kebenaran di balik pertanyaan ini.

Faktor Genetik dalam Depresi: Fakta atau Mitos?

Banyak penelitian menunjukkan bahwa genetik memegang peranan penting dalam kerentanan seseorang terhadap depresi. National Institute of Mental Health (NIMH) mengungkapkan bahwa riwayat keluarga dengan depresi dapat meningkatkan risiko seseorang mengalami kondisi yang sama. Ini berarti, jika anggota keluarga Anda memiliki riwayat depresi, Anda mungkin memiliki kecenderungan genetik yang membuat Anda lebih rentan terhadap kondisi tersebut .

Demikian pula, American Psychological Association (APA) menjelaskan bahwa faktor genetik tidak berdiri sendiri. Faktor ini berinteraksi dengan berbagai elemen lain, seperti faktor lingkungan dan psikologis, untuk menentukan apakah seseorang akan mengalami depresi .

Interaksi Genetik dan Lingkungan

Faktor genetik memang memberikan landasan, namun depresi sering kali muncul sebagai hasil interaksi antara genetik dan lingkungan. Mayo Clinic menekankan bahwa kombinasi faktor genetik, biokimia, dan lingkungan berkontribusi pada perkembangan depresi. Stres, pengalaman hidup yang sulit, dan dukungan sosial yang terbatas dapat memperburuk risiko depresi yang dipengaruhi oleh predisposisi genetik .

Pentingnya Kesadaran Spiritual dan Level Berpikir

Sementara faktor genetik berperan, kita juga tidak boleh mengabaikan peran kesadaran spiritual dan level berpikir dalam menghadapi depresi. Kesadaran spiritual yang tinggi dan cara berpikir yang positif dapat menjadi mekanisme koping yang efektif, membantu individu mengatasi stres dan tantangan hidup.

Menurut Nature Reviews Neuroscience, variasi genetik tertentu dapat meningkatkan kerentanan terhadap depresi, terutama ketika dipicu oleh faktor lingkungan seperti stres. Ini menunjukkan bahwa meskipun kita memiliki kecenderungan genetik, cara kita menangani stres dan pandangan hidup kita juga sangat penting .

Mengatasi Depresi dengan Pendekatan Holistik

Penanganan depresi yang efektif memerlukan pendekatan yang holistik. Menyadari adanya predisposisi genetik adalah langkah awal yang penting. Namun, pendekatan ini harus disertai dengan pengembangan kesadaran spiritual, peningkatan level berpikir, dan penerapan strategi koping yang sehat. Hal ini termasuk berbicara dengan seorang profesional, terlibat dalam terapi, dan mencari dukungan sosial.

Inspirasi untuk Masa Depan

Depresi tidak hanya terkait dengan faktor genetik, tetapi juga dengan bagaimana kita merespons dan mengelola kehidupan kita. Dengan memahami bahwa faktor genetik dapat berperan, kita dapat lebih siap untuk menghadapi dan mengatasi depresi secara lebih baik. Dengan meningkatkan kesadaran diri, menerapkan teknik koping yang positif, dan mencari dukungan yang tepat, kita dapat mengelola risiko dan mengurangi dampak depresi dalam kehidupan kita.

Mari kita ingat bahwa meskipun genetik memainkan peran dalam kerentanan kita terhadap depresi, kita memiliki kekuatan untuk mengubah bagaimana kita merespons dan mengatasi tantangan. Dengan pendekatan yang tepat dan dukungan yang memadai, kita dapat mencapai kesejahteraan mental dan emosional yang lebih baik.

Penutup

Menangani depresi memerlukan pemahaman yang mendalam tentang berbagai faktor yang berkontribusi terhadap kondisi tersebut. Meskipun faktor genetik berperan, penting untuk tidak mengabaikan peran kesadaran spiritual dan level berpikir. Dengan pendekatan yang seimbang, kita dapat mengatasi depresi dengan cara yang lebih holistik dan efektif, membuka jalan untuk kehidupan yang lebih sehat dan bahagia.

Pernyataan yang bijak adalah tentang bagaimana mencegah dan mengatasi depresi, bukan sekadar mempertanyakan apakah genetik menyebabkan depresi. Mengetahui bahwa faktor genetik dapat berperan adalah penting, namun kita tidak boleh menggunakannya sebagai alasan untuk tidak berusaha keluar dari depresi.

Menganggap genetik sebagai satu-satunya penyebab bisa menimbulkan sikap pasrah yang tidak produktif, misalnya dengan berpikir "Oh wajar saya mudah depresi, karena genetik saya thinking." Padahal, depresi dapat dialami oleh berbagai tipe kecerdasan lainnya dan banyak faktor lain yang berperan. Logika yang produktif adalah fokus pada langkah-langkah nyata untuk mencegah dan mengatasi depresi, sehingga kita dapat mencapai tujuan untuk hidup bebas dari depresi.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun