"Semoga kisah ini menginspirasi kita semua untuk mencintai dengan tulus dan memberikan yang terbaik, tak peduli apa pun peran kita dalam kehidupan. Cinta sejati tak selalu harus memiliki, tetapi bisa memberi dengan tulus."
Saat waktu yang berlalu terasa bergemuruh, terhampar sebuah kisah cinta yang tak terlupakan. Sebuah kisah yang mengalir di antara dinding-dinding sekolah, mengisi lorong-lorong yang penuh kenangan. Dibawah rindang flamboyan, di kepakan angsa-angsa putih di kolam, di lapangan upacara yang lapang, hingga di Masjid Al Ma'wa yang mengesankan, ada kisah cinta yang menggetarkan. Kisah cinta ini, juga di balik pintu-pintu kelas, di bawah langit-langit yang menyaksikan setiap tawa dan tangis, disitulah ada seorang guru yang mencintai siswa dan sekolahnya dengan tulus.
Kami mengenalnya sebagai Ibu Siti Nur, seorang pendidik yang telah mengabdikan hidupnya untuk membentuk generasi muda terbaik di sekolahnya. Ia ingin, semua anak-anak didiknya menjadi anak yang saleh dan salehah, cerdas dan kreatif, serta mandiri dan tangguh. Juga berbakti pada orang tua, dan mencintai bangsanya. Katanya, mengutip firman Allah dalam Al-Qur'an: "Allah akan mengangkat orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu beberapa derajat." (QS Al-Mujadilah 58: 11)
Di sekolah bernama Smansa, ia menemukan panggilan sejatinya. Setiap hari, ia berdiri di depan kelas, menyampaikan ilmu, dan menginspirasi para siswa. Namun, di balik perannya sebagai pengajar, ada satu cinta yang tak pernah pudar. Smansa yang selalu ada di hatinya.
Ibu Siti Nur mencintai Smansa dengan sepenuh jiwa, sepenuh hati. Ia melihat sekolah ini bukan hanya sebagai tempat mengajar, tetapi sebagai rumah kedua. Di sini, di belahan hatinya, ia menemukan kebahagiaan, tantangan, dan arti sejati dari pengabdian. Setiap sudut dan lorong ruangan, setiap pohon di halaman, termasuk flamboyan dan kolam angsa, semuanya membawa kenangan indah.
Suatu hari, saat matahari terbenam dan langit berwarna jingga, Ibu Siti Nur terhenti di bawah pohon tua di halaman sekolah. Lalu, ia memfoto beberapa sisi pohon flamboyan yang tengah berbunga indah dan semarak itu dari berbagai sudut. Matanya tertuju pada keindahan ciptaan Allah yang jadi salah satu icon tercantik di sekolahnya. Namun pikirannya berlarian ceria kemana-mana. Ia mengenang momen-momen berharga: pertama kali mengajar di kelas, pertemuan dengan siswa-siswa berbakat, dan senyum-senyum kecil yang menghangatkan hati. Sahabat-sahabat yang sering berfoto dibawah pohon itu, dan sejumlah sensasi yang senantiasa merindu. Iia merasa beruntung dan bersyukur bisa menjadi bagian dari cerita bahagia Smansa.
Perlahan, lagu romantik "Cinta Terbaik" dari Casandra mengalun lembut di telinganya. Lirik-liriknya menggambarkan perasaannya yang tak terungkapkan. Meski bukan yang pertama di hati Smansa, dia tahu cintanya adalah yang terbaik. Bukan bintang di langit, tapi cintanya yang menerangi setiap sudut sekolah. Ada banyak rasa dan cinta yang tertinggal dan tersematkan di sana.
Ibu Siti Nur mengajarkan lebih dari sekadar pelajaran. Ia mengajarkan tentang cinta, dedikasi, dan arti sejati dari kehadiran. Setiap hari, ia memberikan yang terbaik untuk Smansa, tanpa pamrih. Iia tahu bahwa cinta sejati tak selalu harus memiliki, tetapi bisa memberi dengan tulus.
Saat masa pensiun semakin dekat, Ibu Siti Nur merasa haru. Bukan karena ia tak menerima perubahan, tapi karena hatinya terlalu penuh dengan kenangan. Iia tahu, meski tak lagi berdiri di depan kelas, cintanya akan tetap mengalir di antara dinding-dinding Smansa.
Jadi, jika ada yang bertanya tentang cinta terbaik, Ibu Siti Nur akan tersenyum. Iia tahu, cintanya untuk Smansa adalah kisah yang tak tergantikan. Dan lagu ini, dengan setiap notenya, mengingatkannya pada perjalanan indah yang telah ia jalani.
Semoga kisah ini menginspirasi kita semua untuk mencintai dengan tulus dan memberikan yang terbaik, tak peduli apa pun peran kita dalam kehidupan. Smansa, sekolah tercinta, akan selalu menjadi bagian dari hati Ibu Siti Nur, seorang guru yang mencintai dengan sepenuh jiwa. Sepenuh hati, untuk negeri.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H