Hadits ini mengingatkan kita bahwa kesombongan adalah penghalang utama menuju surga, bahkan jika itu disebabkan oleh amal ketaatan yang kita lakukan.
Kisah Qabil dan Habil, putra-putra Nabi Adam 'Alaihis Salam, menjadi contoh nyata dalam hal ini. Qabil yang merasa lebih berhak atas penerimaan kurbannya karena keangkuhan hatinya, berujung pada pembunuhan saudaranya, Habil, yang justru menerima keridhaan Allah. Kesombongan menghancurkan Qabil, meskipun ia berusaha beribadah kepada Allah.
Ketaatan yang disertai dengan ketulusan hati, kerendahan diri, dan rasa takut kepada Allah, itulah yang mendatangkan keridhaan-Nya. Amal ibadah kita haruslah bersumber dari hati yang ikhlas, bebas dari rasa ujub, dan tidak meremehkan sesama.
Kita harus senantiasa mengingat bahwa semua yang kita miliki, ilmu, harta, bahkan kemampuan untuk taat, adalah karunia dari Allah semata. Dengan demikian, rasa syukur akan menghapus kesombongan, dan keikhlasan akan menghalau ujub dari hati kita.
Menutup renungan ini, marilah kita selalu berintrospeksi, menjaga hati dari ujub dan kesombongan, serta memohon kepada Allah agar senantiasa membimbing kita dalam ketaatan yang tulus.
Sebagaimana firman Allah dalam surat Al-Hashr ayat 18: "Hai, orang-orang yang beriman! Bertakwalah kepada Allah dan hendaklah setiap orang memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok (akhirat) dan bertakwalah kepada Allah. Sungguh, Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan."
Dengan demikian, semoga kita senantiasa menjadi hamba yang merendah di hadapan Allah, taat dengan penuh ketulusan, dan jauh dari kesombongan yang mendatangkan kemurkaan-Nya. Wallahu A'lam.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H