"Kecurangan dalam pendidikan adalah api yang membakar masa depan. Mari kita bangun integritas dan kejujuran demi generasi yang lebih baik."
Proses Penerimaan Peserta Didik Baru (PPDB) selalu menjadi sorotan penting dalam dunia pendidikan. Pada tahap kedua PPDB, jalur prestasi menjadi penentu bagi banyak calon siswa. Namun, kecurangan dan ketidakadilan dalam proses ini telah menimbulkan keresahan yang mendalam di kalangan orang tua dan siswa.
Jalur Prestasi: Harapan dan Realita
Pada jalur prestasi, calon siswa dinilai berdasarkan rapor dan berbagai kejuaraan yang telah diikuti, seperti olahraga, seni, sains, tahfiz, bahasa Sunda, Inggris, dan lain-lain. Sistem ini bertujuan untuk memberikan kesempatan kepada siswa berprestasi di berbagai bidang. Namun, kenyataan di lapangan sering kali berbeda.
Orang tua sering kali menghadapi situasi di mana anak mereka yang berprestasi di sekolah negeri tidak lolos seleksi karena sistem komputer hanya mengenal angka yang ada di data. Ini menyebabkan ketidakpuasan karena penilaian berbasis angka tidak selalu mencerminkan kemampuan dan prestasi siswa secara keseluruhan.
Kejuaraan dan Uji Kompetensi
Kejuaraan dinilai berdasarkan skor sertifikat dan uji kompetensi, yang pada akhirnya akan menentukan peringkat kelulusan. Namun, keluhan sering muncul dari calon peserta didik atau orang tua yang merasa bahwa uji kompetensi tidak adil.
Ada kasus di mana siswa yang dianggap lebih baik saat uji kompetensi justru tidak lulus, sementara siswa yang dinilai kurang baik malah lolos seleksi. Ketidakadilan ini semakin parah ketika keluhan tersebut dipublikasikan di media sosial atau media massa, menambah tekanan psikologis bagi siswa dan orang tua.
Modus-Modus Kecurangan dalam PPDB
Kecurangan dalam PPDB tidak hanya terbatas pada manipulasi data rapor atau kejuaraan. Berikut beberapa modus yang sering ditemukan:
1. Pemalsuan Kartu Keluarga (KK). Orang tua mengedit atau menambahkan nama anak mereka ke dalam KK orang lain untuk memenuhi persyaratan zonasi.
2. Manipulasi data kependudukan. Penggunaan KK palsu atau perubahan data kependudukan.
3. Perpindahan data Calon Peserta Didik. Pemindahan data ke KK lain yang berdomisili dekat dengan sekolah tujuan.
4. Status perwalian. Penggunaan status perwalian untuk menyiasati aturan zonasi.
5. Alamat palsu. Penggunaan alamat palsu untuk memenuhi persyaratan zonasi.
6. Diskriminasi peserta. Diskriminasi dalam proses verifikasi yang tidak sesuai dengan prosedur.
Dampak Negatif Kecurangan dalam PPDB
Kecurangan dalam PPDB memiliki dampak serius:
1. Kalah bersaing. Siswa yang berhak masuk harus kalah bersaing dengan siswa yang menggunakan data manipulasi, atau keterlibatan "ordal" (orang dalam) di manajemen sekolah.
2. Terpinggirkan dari prestasi. Manipulasi sertifikat prestasi menyebabkan siswa berprestasi tidak mendapatkan tempat yang layak.
3. Diskriminasi dan praktik persekongkolan. Kolusi dan nepotisme merusak mutu pelayanan pendidikan.
4. Pengurangan kualitas pendidikan. Kecurangan mengurangi kualitas pendidikan secara keseluruhan.
5. Efek jangka panjang. Kecurangan mempengaruhi sikap dan perilaku siswa, mengurangi motivasi belajar dan integritas.
Solusi untuk Mengatasi Kecurangan
Untuk mencegah kecurangan dalam PPDB, diperlukan langkah-langkah strategis:
1. Pemerataan fasilitas dan kualitas Sekolah. Pemerintah harus melakukan pemerataan fasilitas dan kualitas sekolah.
2. Pemberian bantuan dana. Memprioritaskan bantuan dana kepada sekolah yang tertinggal.
3. Pendidikan dan sosialisasi. Meningkatkan kesadaran orang tua dan siswa tentang pentingnya kejujuran dalam proses seleksi.
4. Penindakan tegas. Melibatkan aparat penegak hukum dalam penindakan terhadap kecurangan.
5. Transparansi dan akuntabilitas. Menerapkan proses seleksi yang transparan dan akuntabel.
Kesimpulan
Ketidakadilan dan kecurangan dalam PPDB, khususnya pada jalur prestasi, merusak integritas sistem pendidikan kita. Dengan langkah-langkah strategis dan kerjasama semua pihak, kita dapat menciptakan sistem pendidikan yang lebih adil dan berkualitas.
Mari bersama-sama mencegah kecurangan dan membangun masa depan pendidikan yang lebih baik.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H