Integritas Total bukan sekadar slogan, tetapi sebuah keharusan untuk membangun Indonesia yang berdaulat, adil, dan makmur."
"TransformasiDalam menghadapi tantangan besar yang dihadapi bangsa kita, sudah saatnya kita memandang ulang pendekatan-pendekatan yang kita gunakan untuk memajukan negeri ini. Salah satu pendekatan yang selama ini sering disuarakan adalah Revolusi Mental.Â
Namun, seiring berjalannya waktu, banyak pihak menilai bahwa Revolusi Mental belum memberikan dampak yang diharapkan. Kini, saatnya kita beralih pada suatu konsep yang lebih mendalam dan menyeluruh: Transformasi Integritas Total.
Mengapa Revolusi Mental Dinilai Gagal?
Revolusi Mental adalah sebuah gerakan yang digagas untuk mengubah cara berpikir, cara bekerja, dan cara hidup bangsa Indonesia dengan menekankan pada nilai-nilai integritas, etos kerja, dan gotong royong.
Presiden Soekarno pada tahun 1957 memperkenalkan konsep ini dengan harapan menggembleng manusia Indonesia agar menjadi pribadi yang berhati putih, berkemauan baja, dan berjiwa merdeka.
Presiden Joko Widodo pun sering menyinggung pentingnya revolusi mental dalam pidato-pidatonya.
Namun, tantangan besar yang dihadapi dalam pelaksanaannya meliputi:
1. Merosotnya wibawa negara. Wibawa negara kita mengalami penurunan, menunjukkan bahwa Revolusi Mental belum mampu memperkuat fondasi ini.
2. Merebaknya intoleransi. Semakin meningkatnya intoleransi di masyarakat, yang bertentangan dengan nilai gotong royong dan kebersamaan.
3. Melemahnya sendi-sendi perekonomian nasional. Kondisi ekonomi yang tidak stabil menunjukkan bahwa nilai etos kerja dan kemajuan belum sepenuhnya terinternalisasi.