Pengukuran Objektif dari scan 10 sidik jari pada tangan kanan dan tangan kiri, hasilnya relatif presisisi. Karena,tes yang menggunakan sidik jari mengandalkan data objektif yang tidak berubah. Ini membuatnya lebih dapat dipercaya dibandingkan dengan penilaian subjektif yang bisa dipengaruhi oleh persepsi individu.
5. Pendekatan Multi-Metode: Menggabungkan Wawasan
Tidak sedikit "para pecinta atau pemerhati test kepribadian, test karakter, atau test potensi otak, masih gamang dengan konsep komplementaritas. Yaitu mendudukan mana metode yang lebih obyektif dan ilmiah, dan mana yang sebatas mengklaim benar hanya mengandalkan pengetahuan dasar dan jam terbang saja.
Isu ini penting diperhatikan. Karena, meskipun pengalaman dan intuisi seseorang dengan jam terbang tinggi bisa menambah wawasan, pendekatan yang menggabungkan berbagai metode bisa memberikan gambaran yang lebih komprehensif. Namun, intuisi dan pengalaman sebaiknya dianggap sebagai pelengkap, bukan pengganti metode yang lebih objektif dan ilmiah.
Kesimpulan: Kembali ke Dasar Ilmiah
Klaim bahwa seseorang dapat menebak mesin kecerdasan berdasarkan foto dan postur tubuh saja, meskipun mungkin didasarkan pada pengalaman, tidak memiliki dasar ilmiah yang kuat dibandingkan dengan metode yang menggunakan analisis sidik jari. Penggunaan sidik jari sebagai dasar untuk analisis STIFIn memiliki validitas dan reliabilitas yang lebih tinggi, dan memberikan hasil yang lebih konsisten dan objektif.
Meskipun pengalaman dan intuisi dapat memberikan wawasan tambahan, penting untuk menggunakan metode yang terbukti secara ilmiah dan objektif dalam menentukan karakteristik kepribadian atau kecerdasan seseorang. Mengandalkan metode subjektif dapat menyebabkan hasil yang tidak akurat dan bias. Oleh karena itu, untuk analisis yang lebih akurat dan dapat diandalkan, tetaplah menggunakan metode yang berbasis pada data biometrik seperti sidik jari.
Dengan pendekatan yang tepat dan berdasarkan ilmu pengetahuan, kita dapat mencapai pemahaman yang lebih baik tentang diri kita dan orang lain, mengurangi kesalahpahaman, dan membangun hubungan yang lebih baik di dunia yang semakin kompleks ini.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H