Mohon tunggu...
Agung MSG
Agung MSG Mohon Tunggu... Wiraswasta - Insan Pembelajar

Agung MSG adalah seorang trainer dan coach berpengalaman di bidang Personal Development dan Operasional Management, serta penulis buku: Be A Rich Man (Pustaka Hidayah, 2004), Retail Risk Management in Detail (IMan, 2010), dan The Prophet Natural Curative Secret – Divinely, Scientifically and Naturally Tested and Proven (Nas Media Pustaka, 2022). Aktif mengajar di Komunitas E-Flock Indonesia di 93 kota di 22 provinsi di Indonesia, serta memberikan pelatihan online di Arab Saudi, Ghana, Kamboja, Qatar, dan Thailand. Agung juga dikenal sebagai penulis lepas di berbagai majalah internal perusahaan, blogger di Medium.com, dan penulis aktif di Kompasiana.com. Dengan pengalaman memberikan pelatihan di berbagai asosiasi bisnis, kementerian, universitas, sekolah, hingga perusahaan publik di 62 kota di Indonesia, Agung MSG mengusung filosofi hidup untuk mengasihi, menyayangi, berbagi, dan berkarya mulia. @agungmsg #haiedumain email: agungmsg@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Parenting Pilihan

Maafkan Ayah, Bagaimana Ayah Mendidik Kalian Selama Ini...

7 Mei 2024   06:07 Diperbarui: 7 Mei 2024   06:21 377
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Tantangan terbesar dalam hidup bukanlah untuk memiliki segalanya, tetapi untuk membuat segalanya memiliki makna yang mendalam."

Nak, dimana pun di dunia ini, senyatanya setiap ayah adalah ingin menjadi ayah yang bijaksana.

Ayah memahami tuntutan zaman, karena itu ayah yakin dan percaya bahwa mendidik anak dengan disiplin, fokus pada proses pembelajaran, dan etos kerja yang tinggi adalah langkah penting untuk membekali anak-anak ayah menghadapi dunia yang kompetitif.

Ayah pun menyadari sepenuhnya, bahwa masa depan anak-anak ayah akan dipengaruhi oleh kemampuan kalian dalam menghadapi tantangan zaman yang semakin cepat berubah.

Zaman ayah adalah zaman yang paling merasakan perubahan itu. Mulai dari mesin tik hingga pengolah kata dengan menggunakan suara saja dan memakai AI, kecerdasan buatan. Mulai dari bis besar hingga bis sleeper. Juga mulai dari telepon di kantor telepon hingga smartphone. Semua berubah dengan sangat cepat.

Sungguh nak, perubahan sekarang itu perubahan yang bercirikan hiperkompetitif, ekstrim, mendasar, membahayakan, akseleratif, tak terpola, dan tak terduga. Penuh disruptif, dan saling menggantikan dalam sekejap.

Karena itu, maafkan ayah bila dahulu saat kalian masih kecil, ayah mendidik anak-anak ayah dengan ketat. Tujuan ayah sangatlah sederhana, semua itu karena ayah ingin kalian memiliki fondasi yang kuat untuk berhasil di dunia ini. Jadi anak yang soleh dan solehah, cerdas, dan dapat membahagiakan keluarga dan orang-orang yang kalian cintai. Juga bisa memajukan negeri ini.

Tak heran bila ibumu, dan ayah, mengajarkan kalian akan pentingnya disiplin dalam menjalani kehidupan sehari-hari. Seperti pentingnya tidur siang, batas waktu tidur dan belajar yang teratur, mengaji, serta menghargai waktu.

Ayah juga memberikan contoh bagaimana belajar dengan sungguh-sungguh dan serius itu dapat membuka pintu kesempatan yang lebih luas di masa depan.

Yang penting, adab dulu sebelum ilmu. Karakter sebelum pinter. Ilmu itu bukan untuk semata dikuasai, tapi untuk diresepati, dimaknai ulang, dan masuk ke hati. Hanya dengan cara itu keberkahan ilmu, akan jadi berarti.

Alhamdulillah, sejauh ini ayah ama ibu kompak, dengan caranya masing-masing. Dalam proses pendidikan ini, ayah ama ibu selalu memberikan dukungan, motivasi, cerita-cerita masa lalu, dan inspirasi kepada kalian.

Ayah hanya ingin kalian kelak akan mengerti, bahwa upaya keras dan ketekunan kalian akan membawa hasil yang berarti, bermanfaat buat semua, dan bermakna.

Ayah ama ibu rasanya sudah banyak memberikan contoh langsung dengan menunjukkan etos kerja yang tinggi dalam pekerjaan ayah dan ibu sendiri. Sehingga kalian dapat melihat betapa pentingnya memiliki tekad dan semangat untuk mencapai tujuan. Jadi anak yang sehat, bahagia, mulia, bermakna, dan mandiri.

Dalam proses pembelajaran dan pendisiplinan itu, ayah juga ibu, ingin selalu berusaha untuk menjadi ayah dan ibu yang penuh kasih sayang. Meskipun pendekatan ayah dan ibu terlihat ketat, tujuannya sederhana. Itu semata agar kalian tumbuh menjadi insan pembelajar yang tangguh, mandiri, dan siap menghadapi segala tantangan hidup.

Sekali lagi, jadi anak yang sehat, bahagia, mulia, bermakna, dan mandiri.

Ayah ingin kasih sayang ayah dan ibu terhadap kalian terwujud dalam kesempatan-kesempatan yang Allah anugrahkan kepada kalian. Ayah hanya memfasilitasi saja. Pengetahuan yang ayah berikan pun rasanya tak banyak. Ayah berharap kalian dapat melihat bahwa segala usaha, investasi waktu dan pengorbanan itu, dilakukan semata-mata untuk kebaikan kalian di masa depan.

Dengan pendidikan yang ketat namun penuh kasih sayang ini, ayah berharap, anak-anak ayah dapat merasakan nilai-nilai ini dalam kehidupan kalian kelak.

Kalian akan mengerti bahwa hidup memang memerlukan dedikasi, fokus dan ketekunan. Namun juga, harus diimbangi dengan adab yang tinggi, sikap rendah hati, etik dan etika, dan empati terhadap orang lain. Segala sesuatu, awali dengan doa. Luruskan niat, bekali dengan ilmu yang tinggi dan luas, sempurnakan dengan etos kerja yang penuh totalitas, dan bertakwalah bahwa hasil terbaik akan Allah berikan kepadamu. Ya, Allah dulu, Allah lagi, Allah terus, always Allah.

Terakhir, Ayah juga berharap, kalian dapat membawa pembelajaran ini dalam segala aspek kehidupan kalian. Dengan cara ini, ayah yakin kalian mampu menjalani masa depan yang penuh makna dan produktif di zaman yang semakin cepat dan kompetitif.

Peluk dan dekap erat ayah, ayahmu selalu.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Parenting Selengkapnya
Lihat Parenting Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun