kehangatan keluarga adalah titik balik yang mengembalikan kita pada esensi kehidupan."
"Di tengah gemerlapnya kota yang tak pernah padam,Di tengah gemerlap cahaya kota yang tak pernah padam, aku merindukan panggilan hangat dan senyuman lembut ibu, juga dekap erat kuat ayah di kampung halaman.Â
Setumpuk tugas dan buku tebal di kampus sepertinya tak lagi menggugah semangatku seperti dulu. Hatiku terpanggil untuk kembali ke pelukan keluarga, merasakan kehangatan rumah dan kelembutan kasih sayang yang tak ternilai.
Aku membayangkan perjalanan pulang yang indah. Lalu, bersama adik yang sekolah di pesantren bercerita penuh canda dan tawa. Di dalam hatiku, terpatri kerinduan yang begitu mendalam untuk kembali merasakan kedekatan dengan mereka, berbagi kisah dan kegembiraan di antara halaman-halaman kitab suci yang mengajar kami tentang hidup.
Saat menyusuri jalan pulang, setiap langkahku terasa begitu berarti. Perjalanan belasan jam ini akan segera tergantikan. Aku membayangkan aroma harum masakan ibu yang mengepul dari dapur, menyambutku dengan kehangatan. Aku membayangkan wajah ayah yang tegar namun penuh kasih, siap memberikan nasihat dan arahan yang berharga untuk melangkah lebih jauh dalam hidup.
Namun, di balik kerinduan itu, ada keinginan yang lebih dalam; ingin merasakan kembali kehidupan sederhana di kampung halaman.Â
Momen-momen bersama keluarga, menikmati hidangan sederhana namun penuh kelezatan, mengelus bulu Teungteung si kucing yang lincah, dan merasakan kebahagiaan sederhana yang terpatri dalam setiap aktivitas sehari-hari di rumah. Menyapu halaman rumah di selepas perginya embun pagi. Atau sekedar membantu ayah beres-beres rumah.
Perjalanan pulang bukan hanya sekedar menyusuri jarak antara dua tempat, namun juga sebuah perjalanan menuju kedamaian dan kehangatan yang tak ternilai harganya. Sebuah sensasi rasa dan kerinduan hati yang kuat terpatri.
Aku ingin kembali merasakan sentuhan kasih sayang keluarga, menyatukan hati dan pikiran dalam kebersamaan yang penuh berkah. Aku siap meninggalkan hiruk-pikuknya kehidupan kota untuk sementara, demi merangkul kehangatan rumah dan keluarga tercinta.
Ibu, ayah, adik, aku kini pulang. Sekarang. Melipat tempat, merindu waktu.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H