Mohon tunggu...
Agung MSG
Agung MSG Mohon Tunggu... Wiraswasta - Insan Pembelajar

Insan Pembelajar yang senang mempelajari bidang Personal Development dan Operasional Management, serta penulis buku: Be A Rich Man (Pustaka Hidayah, 2004), Retail Risk Management in Detail (IMan, 2010), dan The Prophet Natural Curative Secret – Divinely, Scientifically and Naturally Tested and Proven (Nas Media Pustaka, 2022). Aktif mengajar di Komunitas E-Flock Indonesia di Indonesia, serta memberikan pelatihan online di Arab Saudi, Ghana, Kamboja, Qatar, dan Thailand. Agung juga dikenal sebagai penulis lepas di berbagai majalah internal perusahaan, blogger di Medium.com, dan penulis aktif di Kompasiana.com. Saat ini aktif memberikan pelatihan di berbagai asosiasi bisnis, kementerian, universitas, sekolah, hingga perusahaan publik di berbagai kesempatan, Agung MSG mengusung filosofi hidup untuk mengasihi, menyayangi, berbagi, dan berkarya mulia. @agungmsg #haiedumain email: agungmsg@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Renewal for Betterment: Menggali Potensi Melalui Proses Metamorfosis pada Anak SMA

27 Maret 2024   07:21 Diperbarui: 27 Maret 2024   07:43 250
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Isi media sosial yang negatif juga bisa pengaruhi kesehatan mental remaja. Namun, bila teknologi digunakan dengan bijaksana, justru ini bisa jadi sumber informasi yang bermanfaat. Juga bermanfaat untuk mendapakan cara terhubung dengan teman baru yang mendukung, atau belajar hal baru. Jadi, penting bagi remaja untuk paham cara menggunakan teknologi dengan sehat, bijak, dan cerdas.

Strategi Pembinaan Metamorfosis pada Anak SMA

Salah satu strategi pembinaan remaja adalah dengan pendekatan Psikologi Positif. Pendekatan psikologi positif itu seperti memberikan fokus hanya pada hal-hal positif saja dari diri kita. Jadi, bukan cuma masalah atau kelemahan kita aja. Dalam konteks remaja yang lagi mengalami proses metamorfosis, pendekatan ini mengegarisbawahi pada kepercayaan diri, optimisme dan penghargaan, dan penguatan identitas positif (rasa percaya diri yang kuat). Guru, konselor, dan orang tua bisa membantu remaja untuk merasa lebih positif dengan memberi penghargaan atas pencapaian mereka. Juga membantu mereka cari makna dan tujuan dari perubahan yang mereka alami.

Tak hanya itu, aspek pengembangan Kecerdasan Emosional (EQ) juga penting sekali diperhatikan. Ini tentang kemampuan kita buat mengenali, memahami, mengelola, dan mengungkapin emosi kita dengan sehat, tepat dan efektif. Dalam proses metamorfosis remaja, pengembangan EQ menjadi kunci penting buat menghadapi perubahan dengan baik. Remaja perlu belajar bagaimana cara mengelola emosi mereka dengan baik. Juga cara berempati dan hubungan interpersonal (cara bangun hubungan yang sehat sama orang lain). Pelatihan EQ melalui program pendidikan dan bimbingan akan banyak membantu remaja mengembangkan beragam keterampilan. Mulai hubungan sosial yang kuat, kemampuan atasi masalah, hingga ketahanan dalam menghadapi tantangan.

Strategi terakhir, adalah pembinaan keterampilan interpersonal dan komunikasi. Keterampilan interpersonal dan komunikasi yang bagus itu penting buat membangun hubungan yang baik dengan orang lain serta kontribusi positif di sekolah dan masyarakat. Remaja perlu belajar bagaimana cara berkomunikasi yang jelas, mendengar orang lain dengan empati, menyelesaikan konflik (penyelesaian konflik) dengan cara yang membangun, dan kerja sama dalam tim. Program-program pembinaan yang mengajarkan keterampilan sosial ini bisa diintegrasikan dalam kurikulum sekolah, atau melewati kegiatan ekstrakurikuler. Karena itu, dukungan dari guru, konselor, dan peran model yang baik dari orang dewasa juga penting buat bantu remaja dalam mengembangin keterampilan ini dengan baik.

Studi Kasus dan Implikasi Praktis

Di SMA, banyak dari kita mengalami perubahan besar. Misalnya, ada teman sekelas yang dulu selalu ceria, tiba-tiba jadi pendiam dan terlihat sedih. Ia mengalami konflik internal dalam mencari identitas diri yang autentik. Atau mungkin kita sendiri yang merasa bingung dengan apa yang sebenarnya kita inginkan di masa depan. Kasus pengalaman identitas diri ini biasanya terjadi pada seorang siswa SMA yang bingung dengan siapa sebenarnya dirinya. Proses metamorfosis ini ditandai dengan eksplorasi dan mencoba berbagai nilai-nilai, minat, cita-citadan aspirasi yang berbeda.

Ada juga yang mengalami perubahan di lingkungan sosialnya. Teman-teman lama atau sebaya mulai menjauh, dan kita harus mencari jati diri baru di antara teman-teman yang berbeda. Ada perubahan dalam dinamika kelompoknya. Pada kasus perubahan sosial ini, biasanya ditandai dimana seorang siswi SMA mengalami perubahan dalam teman-temannya dan cara mereka bergaul. Ini berdampak pada cara dia berpikir (pola pikir) dan bertingkah laku di lingkungan sosialnya (perilaku sosialnya).

Tak ketinggalan tantangan akademik yang membuat kita merasa tertekan. Tugas-tugas yang menumpuk dan tekanan untuk berhasil di sekolah membuat semangat atau motivasi belajar kita kendor. Bahkan ada yang kehilangan semangat belajarnya karena tekanan akademik yang tinggi ini. Umumnya, proses ini terkait dengan penyesuaian diri terhadap tuntutan akademik dan mencari cara belajar atau strategi belajar yang lebih efektif.

Untungnya, ada banyak cara untuk mengatasi semua ini. Beberapa strategi konkret untuk mendukung metamorfosis yang positif dan bermanfaat bagi remaja bisa dilakukan dengan beragam cara. Pendekatan holistik adalah salah satunya. Kita bisa mendapatkan dukungan dan bimbingan dari orang tua, guru, konselor, dan komunitas di sekolah. Mereka bisa membantu kita menemukan jalan keluar dari masalah yang kita hadapi dalam melewati proses metamorfosis. Dukungan emosional, pemahaman, dan bimbingan dari semua pihak ini sangat penting.

Selain itu, membangun lingkungan dukungan di sekolah juga bisa membantu. Jika lingkungan sekolah kita ramah dan mendukung, dan memberi ruang dan kesempatan pada remaja untuk mengeksplorasi diri dan mendapat dukungan dari teman-teman, maka kita akan merasa lebih nyaman untuk menjadi diri kita yang sebenarnya. Beri kesempatan pada remaja untuk mencari jati diri, mengembangkan keterampilan, dan mendapat dukungan sosial.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun