"Sembunyikan kebaikanmu seperti keburukanmu, karena hanya Allah yang mengetahui" (Samah bin Diinaar)
Di bawah gemerlap bintang yang merayakan malam, seorang sosok bijak menelusuri lorong-lorong kegelapan dengan pena yang penuh makna. Dalam langkahnya yang tenang, ia mempersembahkan sebuah karya yang menembus batas waktu dan ruang.
Amal tersembunyi menjadi pusaka kebijaksanaan yang mengalir dari hati sang pembelajar, bagaikan sungai kebaikan yang tak pernah kering. Dalam sunyi, di tengah gemuruh hening malam, ia menelusuri jejak kebaikan dengan kesungguhan yang menggetarkan jiwa.
Bagaimana membeningkan hati dengan amalan tulus yang Allah ridai? Pertanyaan ini, terus menggelayut di pikiran dan nuraninya. Lurus, dan pasrah.
Kilau cahaya dari amal tersembunyi, itu bagaikan sinar mentari yang menerobos kabut pagi. Memberikan harapan dalam setiap kegelapan. Namun, pujian manusia bukanlah tujuan, melainkan kerelaan hati untuk mencari keridhaan Ilahi.
Riyaa dan sum'ah menjadi beban yang terlalu berat untuk dijinjing, karena hati yang tulus hanya mengharap wajah Allah semata. Dalam kata-kata yang dipahatkan dengan cermat, ia menyerukan keikhlasan sebagai sumber kebahagiaan sejati.
"Sembunyikan kebaikanmu seperti keburukanmu," begitu bijak kata-kata Salamah bin Diinaar menancap. Mengingatkan bahwa kebaikan sejati tidak perlu dipamerkan, melainkan hanya Allah yang mengetahui nilai sejatinya.
Dalam keindahan yang tersembunyi, dalam ketulusan yang melintas jauh di dalam relung hati, terdapat keabadian yang tak terpadamkan. Hati yang tulus akan membuat semua bagus.
Seperti bintang yang bersinar di kegelapan, amal sholeh yang tersembunyi memberikan cahaya yang abadi, memancar keindahan yang tak terlupakan di langit jiwa yang merindukan kebenaran.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H