Mohon tunggu...
Agung MSG
Agung MSG Mohon Tunggu... Wiraswasta - Insan Pembelajar

Insan Pembelajar yang senang mempelajari bidang Personal Development dan Operasional Management, serta penulis buku: Be A Rich Man (Pustaka Hidayah, 2004), Retail Risk Management in Detail (IMan, 2010), dan The Prophet Natural Curative Secret – Divinely, Scientifically and Naturally Tested and Proven (Nas Media Pustaka, 2022). Aktif mengajar di Komunitas E-Flock Indonesia di Indonesia, serta memberikan pelatihan online di Arab Saudi, Ghana, Kamboja, Qatar, dan Thailand. Agung juga dikenal sebagai penulis lepas di berbagai majalah internal perusahaan, blogger di Medium.com, dan penulis aktif di Kompasiana.com. Saat ini aktif memberikan pelatihan di berbagai asosiasi bisnis, kementerian, universitas, sekolah, hingga perusahaan publik di berbagai kesempatan, Agung MSG mengusung filosofi hidup untuk mengasihi, menyayangi, berbagi, dan berkarya mulia. @agungmsg #haiedumain email: agungmsg@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Rencana Aksi Islami: Mengutamakan Akhirat di Tengah Kenyamanan Dunia

1 Maret 2024   17:51 Diperbarui: 1 Maret 2024   17:56 219
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Prioritaskan kehidupan akhirat maka dunia pun turut merapat | Image: ideogram

"Keseimbangan antara dunia dan akhirat adalah kunci untuk menjalani kehidupan yang bermakna dan penuh keberkahan."

Dalam sebuah era di mana kesibukan dunia seringkali mengalahkan kepedulian terhadap akhirat, pertanyaan yang sering muncul adalah: bagaimana kita bisa hidup Islami yang autentik, yang lebih mengutamakan kehidupan akhirat daripada dunia? Jawabannya, menurut ayat-ayat suci Al-Qur'an, mengarah pada sebuah "Rencana Aksi Islami" yang holistik dan inspiratif.

Panduan pertama datang dari Surah Al-Fatihah, ayat 7, yang menegaskan bahwa jalan yang benar adalah jalan orang-orang yang mendapat nikmat Allah, bukan jalan yang dimurkai atau sesat. Namun, apa artinya menjadi "orang-orang yang mendapat nikmat"? Ini membuka pembahasan mengenai kriteria dari para penerima nikmat Allah.

Menjadi "orang-orang yang mendapat nikmat" artinya kita menghargai segala hal baik yang telah diberikan Allah kepada kita. Ini berarti bersyukur atas segala hal baik dalam hidup dan memiliki sikap optimis serta semangat untuk menghadapi tantangan.

Dalam pengertian lain, kita pun turut aktif dalam berbuat baik dan memberi manfaat kepada orang lain serta lingkungan sekitar. Hal ini membuat kita merasa puas dan berarti dalam hidup, karena kita merasa menjadi bagian penting dari komunitas yang peduli dan membantu satu sama lain.

Para ulama Islam terkemuka menekankan pentingnya ilmu dan amal yang benar dalam mengejar kebenaran Ilahi. Mereka mengingatkan kita akan kebahagiaan yang menanti bagi mereka yang menaati Allah dan Rasul-Nya (QS. An-Nisa 4:69). Ini bukan sekadar menjalankan perintah tanpa pemahaman, tetapi juga mengikuti jejak-jejak para nabi, pecinta kebenaran, syuhada, dan orang-orang saleh.

Pandangan ulama Islam tentang pentingnya ilmu dan amal yang benar dalam mencari kebenaran Ilahi menekankan integrasi antara pengetahuan dan tindakan. Mereka mengingatkan bahwa kebahagiaan menanti bagi mereka yang taat kepada Allah dan Rasul-Nya. 

Jadi bukan hanya dengan mengikuti perintah tanpa pemahaman, tetapi juga dengan mengikuti jejak-jejak para nabi, pecinta kebenaran, syuhada, dan orang-orang saleh. Hal ini memperkuat pandangan bahwa kebahagiaan sejati dan kesempurnaan spiritual terletak pada pengembangan diri secara spiritual dan kontribusi positif kepada masyarakat.

Ayat-ayat seperti QS. An-Nahl 16:120-123 menegaskan keutamaan Ibrahim AS, yang dianggap sebagai teladan hidup Islami yang sempurna. Ia adalah contoh seorang hanif, yang teguh pada kebenaran. Begitu juga, Rasulullah Muhammad SAW diangkat sebagai suri teladan bagi mereka yang mengharapkan rahmat Allah dan ingat akan hari Kiamat (QS. Al-Ahzab 33:21).

Allah melalui firman-Nya telah menegaskan keutamaan Ibrahim AS sebagai teladan hidup Islami yang sempurna. Ibrahim AS dianggap sebagai hanif, yang teguh pada kebenaran, dan contoh bagi umat Islam. Begitu juga, Rasulullah Muhammad SAW diangkat sebagai suri teladan bagi mereka yang mengharapkan rahmat Allah dan ingat akan hari Kiamat. 

Kedua figur ini memberikan contoh yang luar biasa tentang kesetiaan pada kebenaran dan pengabdian kepada Allah, menjadi inspirasi bagi umat Islam dalam mengarungi kehidupan ini menuju kesempurnaan spiritual.

Namun, hidup Islami bukan hanya tentang menyempurnakan amal ibadah. QS. Al-Qasas 28:77 mengingatkan kita untuk tidak melupakan hak-hak duniawi, seperti kebutuhan pangan, minuman, dan hubungan keluarga. Islam menganjurkan keseimbangan antara kehidupan dunia dan akhirat.

Hak-hak duniawi, seperti kebutuhan pangan, minuman, dan hubungan keluarga itu penting dan jangan dilupakan. Islam mengajarkan pentingnya menjaga keseimbangan antara kehidupan dunia dan akhirat. Ini berarti bahwa menjalankan kewajiban agama bukanlah satu-satunya aspek penting dalam hidup Islami.

Sebaliknya, Islam mengajarkan untuk mengurus kewajiban agama sambil memperhatikan kebutuhan duniawi seperti pekerjaan, keluarga, dan hubungan sosial. Dengan menjaga keseimbangan ini, umat Islam diharapkan dapat hidup harmonis dan berdampak positif dalam masyarakat serta meraih keberkahan dalam kehidupan di dunia dan di akhirat.

Tetapi, di tengah kenikmatan dunia, kita juga harus berhati-hati. Ayat-ayat seperti QS. Al-Maidah 5:60 menegaskan bahwa menyembah selain Allah bisa mengakibatkan kesesatan. Begitu juga, prioritas dunia yang berlebihan dibandingkan akhirat bisa menjerumuskan kita ke dalam kesesatan (QS. Ibrahim 14:2-3).

Menyembah selain Allah itu akan membawa kesesatan. Begitu juga, prioritas dunia yang berlebihan dibandingkan akhirat dapat mengarahkan kita kepada kesesatan. Hal ini mengingatkan kita untuk tetap berhati-hati dan tidak terjebak dalam kesesatan di tengah kenikmatan dunia. 

Islam mengajarkan pentingnya menjaga kesucian keyakinan dan mengutamakan akhirat di atas kepentingan dunia. Dengan memperhatikan peringatan ini, umat Islam diharapkan dapat menjalani hidup yang seimbang antara mencari kenikmatan dunia dan mempersiapkan diri untuk kehidupan di akhirat.

Sejarah juga memberikan contoh nyata. Sahabat Rasulullah seperti Abdurrahman bin Auf RA menunjukkan bahwa kesuksesan duniawi bisa dicapai dengan cara yang halal dan bermanfaat, asalkan tidak melupakan kepentingan akhirat.

Dengan demikian, "Rencana Aksi Islami" adalah tentang hidup seimbang: mengutamakan akhirat tanpa melupakan dunia, mematuhi ajaran Islam dengan ilmu dan amal yang benar, serta meneladani para nabi dan Rasulullah. Dalam keseimbangan ini, kita menemukan kebahagiaan sejati, di dunia dan di akhirat.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun