"Menulis ilmu bukan sekadar tugas, tapi panggilan untuk menerangi jalan kebenaran."
Seorang yang berilmu seperti ustad atau ustadzah seharusnya tidak hanya menjadi penjaga ilmu di dalam dirinya, namun juga menjadi penyalur yang aktif bagi jamaahnya. Bagi peradaban manusia, dan untuk keabadian. Mereka akan menjadi berbeda di antara yang lainnya ketika telah menuliskan sebuah buku.
Menulis, bukanlah untuk popularitas. Bukan untuk eksistensi diri, dan bukan pula untuk mencari pengakuan dari orang lain. Membedakan diri dengan kesombongan, atau untuk merasa lebih unggul dari orang lain. Namun, semua itu semata-mata untuk memenuhi janji Allah yang mengangkat orang-orang yang berilmu beberapa derajat di atas yang lain.
Ilmu yang lestari adalah ilmu yang dituliskan dalam sebuah buku. Atau dituliskan dalam sebuah blog, dan terus menerus mencerahkan orang lain.
Menulis, dalam esensinya, merupakan perjalanan spiritual dan intelektual yang jauh lebih. Sama sekali bukan untuk mencari popularitas, eksistensi diri, atau kesombongan. Saat seseorang menulis, mereka membuka pintu menuju ke alam batin mereka sendiri. Merenungkan pemikiran-pemikiran yang tersembunyi, dan mengeksplorasi keterhubungan dengan dunia di sekitar mereka.
Aktivitas menulis adalah proses penyembuhan dan pertumbuhan pribadi yang mendalam. Saat menulis, ia dapat menggali kebenaran yang mendasarinya, mengekspresikan diri mereka dengan jujur, dan memahami peran mereka dalam kehidupan. Menulis bukanlah tentang mencari pengakuan dari orang lain atau memperkuat eksistensi diri seseorang, tetapi tentang menemukan makna yang lebih besar di dalam diri mereka sendiri, dan memberikan nilai tambah bagi orang lain.
Saat seseorang menulis dari hati mereka yang paling dalam, mereka tidak terikat oleh kebutuhan akan popularitas atau pujian. Sebaliknya, mereka berusaha untuk menghadirkan kebenaran yang tulus dan berbagi pengalaman hidup mereka dengan belas kasihan, kasih-sayang, dan ketulusan. Menulis merupakan bentuk pelayanan diri yang melampaui batas-batas ego dan kesombongan, melahirkan karya yang bersifat inspiratif dan bermakna bagi pembaca.
Dalam dunia yang sering kali didominasi oleh tuntutan akan pengakuan dan prestise, menulis adalah panggilan untuk menjelajahi kedalaman jiwa dan memberikan kontribusi yang berarti bagi peradaban manusia. Itulah sebabnya, menulis bukanlah tentang popularitas, eksistensi diri, atau kesombongan, tetapi tentang penemuan diri yang sejati, pelayanan kepada orang lain, dan pertumbuhan spiritual yang tak terbatas.
Mengapa Menuliskan Ilmu Adalah Kunci Kepemimpinan Spiritual
Buku adalah jendela dari mana ilmu dan kebijaksanaan dapat mengalir bebas. Begitu pun sekarang ini, ada blog atau platform media dakwah lainnya. Mulai dari tulisan, infografis, hingga rekaman audio visua. Dalam dunia yang terus berkembang dan berubah dengan cepat seperti sekarang ini, tulisan adalah alat yang paling efektif untuk memperoleh dan menyebarkan pengetahuan. Seorang ulama, utstad, atau ustadzah, tidak hanya dikenal dari kecakapannya berbicara di mimbar, tetapi juga dari kearifannya dalam menuliskan pemikiran, penemuan, dan pengalaman spiritualnya.