Mohon tunggu...
Agung MSG
Agung MSG Mohon Tunggu... Wiraswasta - Insan Pembelajar

Agung MSG adalah seorang trainer dan coach berpengalaman di bidang Personal Development dan Operasional Management, serta penulis buku: Be A Rich Man (Pustaka Hidayah, 2004), Retail Risk Management in Detail (IMan, 2010), dan The Prophet Natural Curative Secret – Divinely, Scientifically and Naturally Tested and Proven (Nas Media Pustaka, 2022). Aktif mengajar di Komunitas E-Flock Indonesia di 93 kota di 22 provinsi di Indonesia, serta memberikan pelatihan online di Arab Saudi, Ghana, Kamboja, Qatar, dan Thailand. Agung juga dikenal sebagai penulis lepas di berbagai majalah internal perusahaan, blogger di Medium.com, dan penulis aktif di Kompasiana.com. Dengan pengalaman memberikan pelatihan di berbagai asosiasi bisnis, kementerian, universitas, sekolah, hingga perusahaan publik di 62 kota di Indonesia, Agung MSG mengusung filosofi hidup untuk mengasihi, menyayangi, berbagi, dan berkarya mulia. @agungmsg #haiedumain email: agungmsg@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Adil dan Bijaklah, Jangan Serakah!

5 Februari 2024   22:11 Diperbarui: 8 Februari 2024   00:57 236
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ketika harta menjadi tuan, kekayaan jiwa pun terpinggirkan. Hak orang lain bisa kau abaikan | ideogram.com

"Hiduplah dengan penuh kebijaksanaan, hargai hak orang lain, itulah kunci kebahagiaan sejati."

Di tengah derasnya aliran kehidupan, terdapat suara yang memanggil untuk menjaga keadilan. Setiap bait puisi menggema dengan pesan yang menginspirasi, mengingatkan kita akan pentingnya menghargai hak orang lain dalam meraih kebahagiaan sejati.

Adillah dan Bijaklah, Jangan Serakah !

Di tepi kehidupan yang terbentang luas,
Cerita tak terhitung mengalir deras,
Namun hati terhenti pada sebuah nasihat,
Yang menggema dalam setiap bait.

Hiduplah dengan penuh kebijaksanaan,
Jangan biarkan serakah menguasai diri,
Hargai hak orang lain, itulah nyata,
Kunci kebahagiaan dalam hidup yang sejati.

Janganlah menggunakan alasan sia-sia,
Untuk merampas hak yang bukan milikmu,
Sebab ketidakadilan takkan pernah bahagia,
Hanya kehampaan dan kegelapan yang mengikutimu.

Bukankah agama telah mengajarkan,
Untuk berlaku adil dalam setiap langkah,
Menjaga amanah, menjauhi keegoisan,
Merangkul kebahagiaan dalam setiap titik jalan.

Bertapa indahnya agama dalam tindakan,
Bukan sekadar kata-kata yang terlontar,
Namun keadilan dan kasih sayang yang tulus dalam perbuatan,
Itulah esensi sejati dalam meraih cahaya.

Jadi, berhentilah meraih harta dengan kezaliman,
Dan renungkanlah hak orang lain dengan penuh kebijaksanaan,
Karena kebahagiaan sejati tak pernah terwujud,
Dalam bayang-bayang ketidakadilan dan keserakahan yang terus menyudutkan.

Ketika harta menjadi tuan, kekayaan jiwa pun terpinggirkan. Hak orang lain bisa kau abaikan | ideogram.com
Ketika harta menjadi tuan, kekayaan jiwa pun terpinggirkan. Hak orang lain bisa kau abaikan | ideogram.com

"Hak dan Kebajikan: Memelihara Keadilan Hidup" bukan sekadar rangkaian kata, melainkan panggilan suci untuk menjaga keadilan dan menghormati hak orang lain. Dengan penuh kearifan, ingatlah bahwa kehidupan sejati tidak dapat ditempuh dengan jiwa yang serakah, yang menjadi budak dunia. Dalam setiap puisi, sang diri mengajak untuk memelihara kebaikan. Merangkul keadilan, dan menolak menjadi tawanan hawa nafsu yang serakah, sehingga jiwa dapat terbang bebas di landasan kebenaran dan kebajikan.

Kebersamaan dengan keadilan dan kasih sayang membawa cahaya dalam kegelapan ketidakadilan. Mari kita berhenti merampas hak orang lain, dan renungkanlah pentingnya kebijaksanaan dalam setiap langkah.

Diriwayatkan di dalam Shahih Bukhari dan Shahih Muslim dari Ummu Salamah RA bahwa Rasulullah SAW bersabda, "Sesungguhnya aku hanya seorang manusia biasa. Maka, boleh jadi sebagian kamu lebih pandai mengemukakan argumentasinya daripada sebagian yang lain, sehingga aku memenangkannya. Maka, barangsiapa yang aku putuskan untuknya untuk mendapatkan hak orang muslim lainnya (sesuai argumentasi yang dikemukakannya), itu adalah sepotong api neraka, maka biarlah ia membawanya atau meninggalkannya."

Jangan biarkan keserakahan membutakan hati, karena kebahagiaan sejati tak akan pernah terwujud dalam bayang-bayang ketidakadilan dan keserakahan.

"Barangsiapa yang mengambil hak orang lain walau hanya sejengkal tanah, maka akan dikalungkan ke lehernya (pada hari kiamat nanti) seberat tujuh lapis bumi." (HR Bukhari dan Muslim)

Cianjur, 112505022024

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun