Pemimpin yang bijaksana adalah mereka yang memahami betapa pentingnya menggunakan akal sehat dan mendengarkan nasihat. Mereka yang mampu membuka mata batinnya untuk melihat tanda-tanda kebesaran Allah di sekelilingnya. Mereka yang menempatkan kepentingan rakyat di atas segalanya, mengingat sumpah yang pernah diucapkan dengan teguh.
Dalam suara sang Pencipta yang menggema di dalam diri kita, "Perumpamaan bagi penyeru orang-orang kafir, yaitu seperti penggembala yang meneriaki Binatang yang tidak mendengar selain panggilan dan teriakan. Mereka tuli, bisu, dan buta sehingga mereka tidak mengerti." (QS Al-Baqarah 2:171).Â
Ayat-ayat ini menggambarkan konsep orang-orang yang tidak mampu melihat kebenaran, dan mencerminkan kondisi orang-orang yang menolak kebenaran, tidak menggunakan akal sehat, mendengar nasihat, serta memiliki hati yang tuli dan mata yang buta terhadap petunjuk Allah. Ayat-ayat diatas ini menekankan pentingnya keimanan, penggunaan akal, dan penerimaan terhadap petunjuk Allah.
Jadilah pemimpin yang bijaksana, yang tidak terperangkap dalam kebisuan dan kebutaan terhadap kebenaran.
O, pemimpin! Ingatlah, kedaulatan yang kau pegang hanyalah pinjaman dari Yang Maha Kuasa. Gunakanlah amanah ini dengan bijaksana, sebelum datangnya ancaman serius dari Allah Yang Maha Melihat, Maha Mendengar, dan Maha Mengetahui Segala Isi Hati.
Tanggungjawab Suci
Kepemimpinan adalah sebuah tanggung jawab suci yang tidak hanya merupakan perwujudan dari keinginan dan kepentingan personal, tetapi juga merupakan sebuah amanah yang diberikan oleh Yang Maha Kuasa. Dalam setiap langkahnya, seorang pemimpin mengemban kedaulatan yang sebenarnya adalah hak rakyat yang dipinjamkan untuk sementara waktu. Amanah ini bukanlah semata-mata sebagai sebuah kekuasaan, tetapi sebagai sebuah amanah suci yang dipercayakan oleh Tuhan kepada manusia.
Seiring dengan amanah yang dipercayakan, diikuti pula dengan pertanggungjawaban yang tidak terelakkan. Di suatu saat nanti, baik di dunia maupun di akhirat, setiap pemimpin akan diminta pertanggungjawaban atas bagaimana mereka menjalankan tugasnya. Pemimpin yang bijaksana adalah mereka yang menyadari bahwa kedaulatan yang mereka pegang hanyalah pinjaman, dan bahwa amanah yang Allah titipkan harus dijalankan dengan penuh tanggung jawab dan keadilan.
Kedaulatan rakyat yang dipinjamkan dan amanah yang Allah titipkan adalah sebuah ikatan suci antara pemimpin dan rakyatnya, serta antara pemimpin dan Sang Pencipta. Oleh karena itu, penting bagi setiap pemimpin untuk senantiasa mengingat bahwa setiap langkah yang diambilnya akan dimintai pertanggungjawaban, baik di hadapan rakyat maupun di hadapan Allah Yang Maha Kuasa.