Ketika dunia di sekelilingnya mencoba menghanyutkannya dalam arus korupsi, ia tetap tegak. Kekuasaan tidak bisa mengubah esensinya; pemimpin pembelajar ini tetap bersih, profesional, dan cinta ilmu. Amanah kekuasaan bukanlah bekal untuk memperkaya diri, melainkan tanggung jawab untuk melayani dengan amanah dan disiplin.
Jejak Kebaikan adalah Kebahagiaan
Kritik bukanlah musuh baginya, melainkan bahan bakar untuk pertumbuhan. Ia tidak menggunakan kekuasaannya untuk membungkam kritik, melainkan untuk mendengarkan suara nuraninya yang senantiasa memberikan petunjuk. Bagi sang pemimpin pembelajar, kebahagiaan bukanlah hasil dari kekayaan materi atau pujian, melainkan berasal dari kesederhanaan, kedamaian batin, dan jejak kebaikan yang ditinggalkannya di dunia.
Inilah pemimpin yang memiliki keberanian untuk fokus pada esensi, bukan sekadar atraksi. Ide dan gagasannya bukanlah ilusi kosmetik, melainkan cahaya yang bersinar dari kedalaman kebijaksanaan.
Mencari pemimpin seperti ini, yang tulus berjuang di ruang publik demi pengabdian total untuk bangsa dan rakyat, adalah amanah kita. Nama dan legacy-nya tidak akan pudar, melainkan terukir abadi dalam jejak digital bagi generasi yang akan datang. Semoga kita dapat mengikuti jejak pemimpin sejati ini, menjadi orang baik yang membawa cahaya kebenaran di setiap langkah hidup kita.
Kesimpulnnya, pemimpin pembelajar mengajarkan kita bahwa keberanian mengundurkan diri adalah bentuk penghormatan terhadap integritas dan perbedaan. Kekuasaan bagi mereka adalah sarana untuk melayani, bukan untuk memanjakan diri sendiri atau keluarga. Keberhasilan bukanlah alasan untuk berbangga diri, melainkan kesempatan untuk terus tumbuh dan merendahkan diri. Kritik bukanlah musuh, melainkan bahan bakar pertumbuhan.
Mari kita rindukan dan terus mencari jejak pemimpin sejati dalam kehidupan kita, menjadi orang baik yang membawa cahaya kebenaran di setiap langkah. Semoga kepemimpinan abadi yang diwariskan oleh tokoh-tokoh seperti Jenderal Sudirman, Muhammad Hatta, Jenderal Hoegeng, Emil Salim, dan Burhanuddin Lopa tetap menyala di hati para pemimpin bangsa ini.
Sungguh, kita sangat merindukan orang-orang seperti mereka. Mereka adalah teladan hati yang tercatat dalam tintas emas sejarah Indonesia. Semoga jiwa-jiwa kepemimpinan mereka tetap ada di calon pemimpin bangsa masa depan kita.
Aamiin….
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H