Mohon tunggu...
Agung MSG
Agung MSG Mohon Tunggu... Wiraswasta - Wiraswasta

Hidup untuk mengasihi, menyayangi, berbagi, dan berkarya mulia. @agungmsg #haiedumain

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Kematangan Sikap: Landasan untuk Calon Pemimpin Bangsa yang Beretika

24 Januari 2024   08:22 Diperbarui: 24 Januari 2024   08:27 152
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Bila adab di atas ilmu, dan integritas di atas segalanya, maka kematangan sikap, adalah kunci menuju kepemimpinan yang sejati."

Saat kita merenung tentang masa depan bangsa ini, penting bagi kita untuk menggali makna sejati dari kematangan sikap yang harus dimiliki oleh calon pemimpin. Kematangan sikap bukan sekadar kata-kata, melainkan pondasi kuat yang membangun kepemimpinan yang beretika dan berkeadilan. Artikel ini akan menjelajahi esensi dari sikap dan etika dalam kepemimpinan, menggali nilai-nilai seperti integritas, empati, kecerdasan emosional, dan kecakapan komunikasi yang menjadi pilar utama kematangan sikap.

Dalam beberapa kesempatan, saya punya kegelisahan yang berulang. Ceritanya sederhana. Sebagai seorang warga negara yang merindukan sosok bangsawan di negeri tercinta ini, juga yang merindukan lahirnya negarawan yang penuh cinta pada rakyat dan tanah air, serta pemerhati psikologi kepribadian, saya tergoda untuk menuliskan ini. Tulisan ini adalah respon saya atas calon pemimpin bangsa dan negara yang rasanya penuh hingar-bingar. Gaduh memang, tapi Insya Allah bagi seorang pembelajar, justru itu akan mencerdaskan.

Dalam sebuah dunia yang terus berubah, di mana perbedaan pendapat menjadi hal yang lumrah, pemimpin sejati harus mampu membawa perbedaan tersebut ke dalam pangkuan kebijaksanaan. Kita akan melihat bagaimana kesantunan, kesopanan, dan adab yang terjaga menjadi modal utama seorang pemimpin untuk menciptakan suasana yang nyaman, aman, dan penuh hormat di sekitarnya.

Saat ini, rasanya sangatlah penting untuk kita dalam untuk membahas pentingnya kematangan sikap yang melekat pada calon pemimpin bangsa dan negara. Kematangan sikap bukan sekadar sebuah atribut, melainkan fondasi yang kokoh bagi kepemimpinan yang beretika dan berkeadilan.

Sikap dan Etika dalam Kepemimpinan: Fondasi yang Tidak Tergoyahkan

Sebuah kepemimpinan yang membanggakan harus mewakili sikap yang baik, etika yang tinggi, dan kesantunan yang mendalam. Tidak layak bagi seorang calon pemimpin untuk bersikap "savage",  "cringe", songong, sikap yang kasar, menghina lawan bicara, atau merendahkan siapapun. Sikap kritis haruslah berpadu dengan kebijaksanaan, bukan kesombongan.  Bukan pula yang dianggap 'lancang' dan tidak sesuai tempatnya yang bisa masuk kategori pelanggaran etika.

Bila pelanggaran itu terjadi, apalagi itu ditunjukkan berulang-ulang, konsekuensinya bisa serius. Yaitu mendapat mendapat sorotan, tanggapan, pandangan dan sentiment yang mayoritas negatif. Baik dari netizen, maupun dari media asing.

Dalam keseharian, perlu diakui bahwa perbedaan pandangan adalah hal yang wajar. Namun, kematangan sikap tampak saat seorang pemimpin mampu meresapi perbedaan tersebut dengan penuh rasa hormat. Pendapat yang berbeda bukanlah alasan untuk menyematkan label musuh, melainkan sebagai potensi lawan pemikiran yang dapat memperkaya perspektif.

Rasanya, tidaklah bisa disalahkan pendapat ini. Bahwa sesorang yang lahir dari pelanggaran etika, atau banyak bergaul dengan orang-orang yang suka atau kerap melanggar etika, besar kemungkinan ia tidak akan memahami etika

Kesopanan dan Kesantunan: Modal Utama Seorang Pemimpin

Seorang pemimpin sejati harus menciptakan suasana di sekitarnya yang nyaman dan aman. Kesan yang didapat oleh siapapun yang berada di dekatnya adalah rasa hormat, kesopanan yang terjaga, dan kesantunan yang tinggi. Dalam berdiskusi atau berdebat, seorang pemimpin tidak perlu mengedepankan gaya yang konyol atau gestur yang tidak pantas, menghormati batasan etika adalah kewajiban yang tak terpisahkan.

Integritas, Empati, Kecerdasan Emosional, dan Kecakapan Komunikasi: Empat Pilar Kematangan Sikap

Kematangan sikap sebagai seorang calon pemimpin tidak dapat dipisahkan dari empat pilar utama: integritas, empati, kecerdasan emosional, dan kecakapan komunikasi.

1. Integritas. Menunjukkan kejujuran dan konsistensi dalam tindakan dan perkataan. Seorang pemimpin berkarakter akan mematuhi nilai-nilai moral dan etika bahkan dalam situasi yang sulit.
2. Empati. Mampu memahami dan merasakan perasaan serta kebutuhan orang lain. Komunikasi yang penuh perhatian dan pendengaran aktif adalah kunci utama dalam menciptakan hubungan yang erat dengan rakyat.
3. Kecerdasan emosional. Kemampuan mengelola emosi dengan baik, baik dalam tekanan maupun kegembiraan, menunjukkan kedewasaan emosional yang sangat diperlukan dalam kepemimpinan.
4. Kecakapan komunikasi. Seorang pemimpin harus mampu berkomunikasi dengan baik, baik secara lisan maupun tertulis. Kemampuan untuk menginspirasi, memotivasi, dan memimpin melalui komunikasi yang efektif adalah keahlian yang mutlak.

Adab di Atas Ilmu: Fondasi Pemimpin yang Sejati

Dalam mengejar kepemimpinan yang abadi, adab harus diletakkan di atas ilmu. Kematangan sikap yang muncul dari adab yang terjaga akan mengukir jejak kepemimpinan yang dikenang selamanya. Ilmu tanpa adab hanya akan menghasilkan kepemimpinan yang rapuh dan tidak tahan uji. Jadi, calon pemimpin masa depan wajib punya kematangan sikap yang menjunjung tinggi adab dan ilmu. Tepatnya adab di atas ilmu. Adab dulu, baru ilmu.

Disisi lain, tentu saja kita harus bisa membedakan sikap kritis dengan sikap kemlinthi (sok dan mengarah kepada kesombongan) dan merendahkan. Diantaranya, sama sekali tidak berupaya tampil pintar dengan menggunakan istilah-istilah teknis yang tidak umum. Namun sebaliknya, sebisa mungkin menyederhanakan bahasa dan berkomunikasi empatik dan efektif, agar cepat dan mudah difahami dengan siapa ia berbicara.

Dalam mengakhiri narasi ini, saya ingin menekankan bahwa kematangan sikap adalah pangkal tolak bagi seorang calon pemimpin untuk memandu bangsanya dengan bijaksana dan beretika. Semua kemajuan dan keberhasilan sebuah bangsa ditentukan oleh karakter pemimpinnya. Oleh karena itu, mari bersama-sama membangun pemimpin yang tidak hanya memahami arti kepemimpinan, tetapi juga menjalankannya dengan kematangan sikap yang memancarkan kebijaksanaan dan keadilan.

Kesimpulannya, kematangan sikap adalah kunci sukses bagi seorang calon pemimpin. Dengan mengutamakan integritas, empati, kecerdasan emosional, dan kecakapan komunikasi, seorang pemimpin dapat memandu bangsanya dengan bijaksana dan beretika. Adab yang diletakkan di atas ilmu menjadi fondasi yang kokoh, menciptakan jejak kepemimpinan yang abadi dan diingat selamanya.

Jadi, mari bersama-sama membangun pemimpin yang tidak hanya memiliki pengetahuan, tetapi juga kematangan sikap yang memancarkan kebijaksanaan dan keadilan. Kepemimpinan yang beretika akan menjadi pilar utama dalam menentukan arah kemajuan dan keberhasilan bangsa ini.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun