"Ketika kebenaran dikubur, maka kepalsuan yang akan memerintah dunia dan bayang kegelapan akan melanda"
Di alam yang disinari cahaya kebenaran, kita menyaksikan tragedi yang menghancurkan esensi keadilan dan kebijaksanaan. Dalam panggung dunia yang sesak oleh kepalsuan, kejujuran diinjak-injak, dan kebajikan terpinggirkan. Media sosial pun semakin diwarnai kegaduhan, dan keprihatinan.
Pada waktu yang gelap ini, orang-orang terhormat yang bermoral ditekan oleh kedok kepalsuan dan ambisi kekuasaan. Pembohong dianggap sebagai pahlawan, sementara para pahlawan kebenaran dihukum oleh curiga yang menyelubungi. Ada yang menyesal, tapi tak berungkap kata. Ia hanya diam, dan sesekali senyum pahit di depan kamera mengiringi tuannya. Namun, ada juga yang kaget dan menyesal, dan tetap mempertahankan gengsi karena nama besar di masa lalu, dan berlindung di balik dalih kekonsistenannnya.
Pahitnya, kita harus menyaksikan pengkhianatan menduduki takhta kehormatan, menguasai takhta kebijaksanaan, dan merajai panggung dunia. Kejujuran dihinakan, dan kebaikan dicela oleh mereka yang terjerat dalam jaringan nafsu dan kepentingan pribadi.
Dalam kekacauan ini, kepercayaan menjadi korban. Yang tersisa hanyalah narasi palsu yang diatur oleh tangan-tangan jahil. Cocokologi, dan dipantas-pantaskan. Lalu, orang-orang berintegritas dihancurkan, dan yang berkuasa adalah orang-orang tanpa pengetahuan yang merusak tatanan masyarakat. Sejuta dalih pun dihamburkan, menutupi satu kebohongan dengan membuat rekayasa lain dan kebohongan yang lain.
Dalam keadaan yang menyedihkan ini, kita harus menyaksikan keabadian dihancurkan oleh ketidakadilan, dan kebijaksanaan ditinggalkan demi kepentingan pribadi yang sesaat. Orang-orang bodoh dan tak berilmu memimpin, membawa bangsa ini ke jurang kehancuran. Mereka menari-nari mengolok-olok orang yang memilih banyak diam dan menahan diri. Tapi kecongkakannya, kini kian menjadi-jadi. Ucapan kotor tak sadar terhambur liar, lupa bahwa dalam setiap kata adalah cerminan diri dan jiwanya.
Karena itu, ketika dunia dipimpin oleh ketidakbijaksanaan, moralitas dan integritas menjadi korban. Kita harus bangkit melawan gelombang ketidakadilan ini, membela kebenaran, dan menyatukan hati untuk memulihkan kehormatan yang telah dicabik-cabik oleh tangan-tangan yang tak bermartabat, tak etik, dan tak beradab.
Kini, perlahan tapi pasti, seorang pembelajar sejati bangkit. Melangkah dengan langkah-langkah yang tenang namun penuh makna. Di antara sedikit yang berani menghadapi bayang-bayang kegelapan, dia membawa cahaya pengetahuan dan kebijaksanaan.
Menyadari bahwa perubahan sejati dimulai dari diri sendiri, dia menelusuri jalan pembelajaran yang tak kenal lelah. Dengan hati yang bersih dan akal sehat yang tajam, dia merajut kisahnya dalam lembaran sejarah yang membangkitkan semangat. Dunia pun terpukau dengan visi, gagasan dan narasinya. Satu demi satu, senyuman, bunga, apresiasi dan prestasi ia dapatkan.
Tidak tergoda oleh keramaian orang bodoh dan tak bermartabat, dia menjadi pilar keadilan. Dengan penuh martabat, dia menentang tirani dan membela hak-hak mereka yang tak terdengar. Sifatnya yang berhati nurani menginspirasi yang lain, membimbing mereka menuju keberanian untuk bicara dan bertindak demi kebenaran.