Mohon tunggu...
Agung MSG
Agung MSG Mohon Tunggu... Wiraswasta - Insan Pembelajar

Agung MSG adalah seorang trainer dan coach berpengalaman di bidang Personal Development dan Operasional Management, serta penulis buku: Be A Rich Man (Pustaka Hidayah, 2004), Retail Risk Management in Detail (IMan, 2010), dan The Prophet Natural Curative Secret – Divinely, Scientifically and Naturally Tested and Proven (Nas Media Pustaka, 2022). Aktif mengajar di Komunitas E-Flock Indonesia di 93 kota di 22 provinsi di Indonesia, serta memberikan pelatihan online di Arab Saudi, Ghana, Kamboja, Qatar, dan Thailand. Agung juga dikenal sebagai penulis lepas di berbagai majalah internal perusahaan, blogger di Medium.com, dan penulis aktif di Kompasiana.com. Dengan pengalaman memberikan pelatihan di berbagai asosiasi bisnis, kementerian, universitas, sekolah, hingga perusahaan publik di 62 kota di Indonesia, Agung MSG mengusung filosofi hidup untuk mengasihi, menyayangi, berbagi, dan berkarya mulia. @agungmsg #haiedumain email: agungmsg@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Vox Pop Pilihan

Rahasia Kekuasaan dan Potensi Risiko Dinasti Politik dalam Negara

2 November 2023   17:26 Diperbarui: 2 November 2023   17:57 282
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Keputusan mengenai dinasti politik harus mempertimbangkan berbagai faktor, termasuk nilai-nilai demokrasi, akuntabilitas, dan kesejahteraan masyarakat."

Dinasti politik, selalu saja jadi bahasan yang menarik untuk ditelisik. Anak, menantu, hingga ipar, bisa mewarnai "suasana kebatinan" dinasti politik. Baik itu dalam tataran penyelenggara negara, maupun berkutat pada partai-partai besar yang berkuasa.

Dari fenomena ini, muncullah beberapa pertanyaan yang menggelitik dan juga bernilai stratejik berkaitan dengan Dinasti Politik ini. Tak ada salahnya, bila apa pun jawaban ini nantinya layak untuk tetap diselidik:

Pertama, berkait dengan Konstitusionalitas Dinasti Politik. Apakah praktik dinasti politik melanggar ketentuan konstitusi negara? Apakah ada aturan yang mengatur atau melarang anggota keluarga yang sama memegang jabatan politik tertentu?
Kedua, berkait dengan kepentingan publik. Bagaimana praktik dinasti politik mempengaruhi kepentingan publik? Apakah dinasti politik menguntungkan atau merugikan masyarakat secara keseluruhan?
Ketiga, tentang pemerataan kekuasaan. Apakah dinasti politik mengakibatkan konsentrasi kekuasaan di tangan keluarga tertentu dan mengabaikan pemerataan kekuasaan? Bagaimana hal ini memengaruhi prinsip-prinsip demokrasi?
Keempat, terkait akuntabilitas dan transparansi. Apakah dinasti politik mengurangi akuntabilitas dan transparansi dalam pemerintahan? Apakah ada risiko penyalahgunaan kekuasaan atau korupsi yang terkait dengan dinasti politik?
Kelima, berfokus pada kualifikasi dan kompetensi. Apakah anggota keluarga dalam dinasti politik dipilih berdasarkan kualifikasi dan kompetensi yang sesuai? Apakah praktik ini mengabaikan prinsip meritokrasi?
Keenam, berkait dengan "Keberlimpahan" alternatif kepemimpinan. Apakah praktik dinasti politik menghambat munculnya pemimpin alternatif yang mungkin lebih berkualitas dan berintegritas?

Dari enam pertanyaan diatas, dalam perspektif manajemen risiko bernegara, rasanya ada potensi risiko yang cukup besar dari praktik dinasti politik. Potensi risiko itu antara lain meliputi:

1. Ketidaksetaraan politik. Dinasti politik bisa mengurangi kesempatan bagi individu di luar keluarga politik untuk berpartisipasi dalam politik dan memegang jabatan publik.
2. Korupsi. Praktik dinasti politik dapat memicu penyalahgunaan kekuasaan, nepotisme, dan korupsi, karena anggota keluarga mungkin memiliki pengaruh yang besar dalam pemerintahan.
3. Pengabaian prinsip demokrasi. Dinasti politik mungkin tidak mencerminkan prinsip-prinsip demokrasi yang sehat, seperti rotasi kekuasaan dan kompetisi yang adil.

Terlepas dari itu semua, masih juga ada kalangan yang berpendapat bahwa tetap saja ada manfaat positif dari praktik dinasti politik. Ini mungkin termasuk:

1. Kontinuitas kebijakan. Keluarga politik yang terlibat dalam dinasti politik dapat membawa kontinuitas dalam implementasi kebijakan yang dianggap berhasil, atau sesuai dengan "selera garis kebijakan" partainya atau ideologinya.
2. Pemberian perhatian kepada masalah keluarga. Anggota dinasti politik mungkin memiliki pemahaman yang lebih mendalam tentang isu-isu yang relevan bagi masyarakat mereka. Namun, alas an ini rasanya kurang nampak dalam praktik baik penyelenggaraan negara dan implementasi program-program yang dijanjikan saat kampanye politik digulirkan.
3. Ketangguhan politik: Keluarga politik dapat membentuk aliansi politik yang kuat, yang dapat membantu dalam menangani krisis politik. Namun faktanya, kepentingan "lingkar dalam" begitu kental lebih didahulukan daripada stabilitas politik nasional secara keseluruhan.

Hanya saja, menurut hemat penulis, 6 pertanyaan diatas itu dapat menjadi titik awal untuk menganalisis dinasti politik dalam konteks negara tertentu. Keputusan mengenai dinasti politik harus mempertimbangkan berbagai faktor, termasuk nilai-nilai demokrasi, akuntabilitas, dan kesejahteraan masyarakat.

Dinasti Politik dan TFAIR

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Vox Pop Selengkapnya
Lihat Vox Pop Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun