Mohon tunggu...
Agung MSG
Agung MSG Mohon Tunggu... Wiraswasta - Insan Pembelajar

Agung MSG adalah seorang trainer dan coach berpengalaman di bidang Personal Development dan Operasional Management, serta penulis buku: Be A Rich Man (Pustaka Hidayah, 2004), Retail Risk Management in Detail (IMan, 2010), dan The Prophet Natural Curative Secret – Divinely, Scientifically and Naturally Tested and Proven (Nas Media Pustaka, 2022). Aktif mengajar di Komunitas E-Flock Indonesia di 93 kota di 22 provinsi di Indonesia, serta memberikan pelatihan online di Arab Saudi, Ghana, Kamboja, Qatar, dan Thailand. Agung juga dikenal sebagai penulis lepas di berbagai majalah internal perusahaan, blogger di Medium.com, dan penulis aktif di Kompasiana.com. Dengan pengalaman memberikan pelatihan di berbagai asosiasi bisnis, kementerian, universitas, sekolah, hingga perusahaan publik di 62 kota di Indonesia, Agung MSG mengusung filosofi hidup untuk mengasihi, menyayangi, berbagi, dan berkarya mulia. @agungmsg #haiedumain email: agungmsg@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Vox Pop Pilihan

Melaporkan Konflik Sensitif: Etika Jurnalisme dalam Kasus Palestina-Israel

12 Oktober 2023   16:57 Diperbarui: 12 Oktober 2023   17:13 499
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Konflik Palestina-Israel | Image: theatlantavoice.com

"Dalam dunia di mana berita dapat dengan cepat menjadi viral, kata-kata jurnalis memiliki kekuatan untuk membentuk pandangan masyarakat." @agungmsg

Dalam dunia jurnalistik, ada satu hal yang paling menantang: bagaimana mengeksplorasi dan melaporkan konflik yang sangat sensitif. Dalam konteks ini, mari kita membahas konflik Palestina-Israel sebagai contoh, meskipun prinsip-prinsip yang kita bahas berlaku luas untuk konflik-konflik sensitif lainnya di seluruh dunia.

Konflik seperti ini memang seperti medan ranjau bagi para jurnalis. Terkadang, bahkan orang awam tergoda oleh berita dari sumber media terkenal dan populer, sehingga menjadi sangat penting untuk berbicara tentang bagaimana seharusnya seorang jurnalis menempatkan diri dalam situasi yang sangat kompleks dan emosional seperti ini.

Pertama-tama, jurnalis harus memahami bahwa setiap kata yang mereka pilih memiliki dampak besar. Kesalahan dalam penggunaan bahasa dapat memicu reaksi berantai yang bisa memperburuk situasi dan memunculkan ketidaksetujuan yang mendalam. Dalam dunia di mana berita dapat dengan cepat menjadi viral, kata-kata jurnalis memiliki kekuatan untuk membentuk pandangan masyarakat.

Dalam menghadapi konflik seperti Palestina-Israel, atau konflik sensitif lainnya, jurnalis harus ekstra hati-hati dalam menentukan sudut pandang yang akan mereka ambil. Mereka harus berusaha untuk tetap netral dan berpegang pada kode etik jurnalistik. Ini adalah langkah pertama dalam memastikan bahwa pemberitaan mereka tidak menjadi sumber polarisasi yang lebih besar.

Tak hanya itu, jurnalis juga harus mencegah diri mereka dari mengambil posisi yang dapat disalahgunakan untuk menghasut atau memanfaatkan situasi. Memperhatikan akurasi dan kebenaran informasi yang mereka laporkan adalah kunci. Terkadang, kebenaran tidak selalu hitam atau putih; konflik seperti ini sering kali terjadi dalam berbagai nuansa yang rumit.

Penting juga untuk tidak langsung menyalahkan pihak-pihak yang terlibat dalam konflik. Dalam mengejar keadilan dan perdamaian, jurnalis harus memahami bahwa pihak yang terlibat memiliki sejarah, budaya, dan alasan tersendiri. Menyalahkan atau menjustifikasi aksi kekerasan sebagai tindakan teroris adalah sebuah kesalahan besar. Perlawanan bisa menjadi respons terhadap ketidakadilan, dan melihatnya dalam konteks yang lebih luas adalah tugas seorang jurnalis yang bijak.

Dengan kata lain, seorang jurnalis dalam menghadapi konflik yang sangat sensitif harus bertindak sebagai mediator informasi yang obyektif. Mereka harus menjadi suara yang adil, berbicara atas nama kebenaran, dan mencoba untuk membawa pandangan yang seimbang kepada pembaca. Pemberitaan mereka harus berfokus pada pemahaman, perdamaian, dan penyelesaian, bukan pada menambah minyak ke api konflik.

Jurnalis memiliki peran penting dalam membantu masyarakat memahami konflik-konflik yang sangat kompleks dan emosional. Dengan menempatkan diri dengan baik, benar, tepat, dan bijak, mereka dapat membantu masyarakat melihat lebih dari satu sisi cerita dan merangkul perspektif yang beragam. Dalam situasi yang penuh konflik, jurnalis yang menjalankan peran mereka dengan penuh tanggung jawab dapat menjadi sumber cahaya di tengah kegelapan, membantu membangun jalan menuju perdamaian yang dicari semua pihak.

Prinsip-Prinsip Jurnalisme Etis dalam Melaporkan Konflik dan Isu Sensitif

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Vox Pop Selengkapnya
Lihat Vox Pop Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun