Sehat Itu Nikmat, Sakit Pun Nikmat
Sakit sebagai salah satu cobaan Allah yang diberikan kepada hamba-Nya, sudah selayakya kita yakini sepenuhnya bahwa sakit itu membawa nikmat. Sakit itu membawa hikmah yang begitu banyak.Tinggal bagaimana mensikapi sakit ini dan memetik hikmah-hikmah yang terkandung didalamnya.
Sungguh sangatlah manusiawi, bila tidak semua orang mampu menjalani sakit dengan baik.Padahal dibalik kejadian sakit, ada ladang pahala dan kebaikan didalamnya.Karena, kita tahu kesehatan adalah nikmat terbesar dari Allah setelah keimanan.Dan Rasulullah SAW, pernah mewanti-wanti kita :"Pergunakanlah masa sehatmu sebelum datang masa sakitmu".
Dari Anas bin Malik berkata: Bersabda Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam, “Doa antara adzan dan iqamat tidak akan tertolak.” Dia berkata: Apa yang aku baca, wahai Rasulullah?” Beliau menjawab, “Mintalah kepada Allah kesehatan di dunia dan (keselamatan) di akhirat.” (HR. Ahmad, Abu Dawud, At Turmudzi)
Hikmah-Hikmah Dibalik Sakit
Hikmah bisa rasional alias masuk akal, bisa irrasional alias tak masuk akal. Namun sejatinya, ada ratusan hikmah yang bisa kita petik saat kita mendapat musibah, cobaan, ujian dan sakit.Bagi orang yang beriman, tak ada satu kejadian pun – termasuk sakit – yang sia-sia. Semua ada hikmahnya.
Tinggal sebagai orang yang memiliki keterbatasan ilmu, keyakinan dan pengalaman, kita berkewajiban untuk meyakini bahwa ujian yang menimpa kita berupa sakit itu mengandung kebaikan, manfaat dan mencegah dari keburukan.
Berikut, mari kita ulas satu persatu hikmah dari sakit :
1. Sakit itu menambah ilmu. Karena sakit, kita jadi tahu kebiasaan buruk dan pola hidup tidak sehat apa yang harus ditinggalkan. Makanan dan minuman pantangan apa yang harus dihindari dan hal penting lainnnya berkaitan dengan penyakit kita. Dari penjelasan dokter, kita pun jadi tahu, apa dan bagaimana penyakit yang sedang kita hadapi.|
2. Sakit ini ujian untuk senantiasa bersikap positif. Tidak boleh bagi seorang mukmin mencaci maki penyakit yang dideritanya, menggerutu, apalagi sampai berburuk sangka pada Allah dengan musibah sakit yang dideritanya
"Boleh jadi kamu membenci sesuatu, padahal ia amat baik bagimu, dan boleh jadi (pula) kamu menyukai sesuatu, padahal ia amat buruk bagimu; Allah mengetahui, sedang kamu tidak Mengetahui" (QS Al Baqarah 216).
3. Sakit itu media terbaik untuk melatih kesabaran. Ya, karena dengan sakit kita bisa merengkuh pahala kesabaran yang terhampar luas, sebagai sabar yang penuh dengan keindahan.
"Maka bersabarlah kamu dengan sabar yang baik."( QS Al Ma’arij 5 )
Dari ‘Aun bin Abdulah bin ‘Unbah bin Mas’ud berkata: “Kebaikan yang tak ada padanya keburukan adalah rasa syukur pada kesehatan, serta rasa sabar pada musibah. (Maka) betapa banyak orang yang diberi nikmat sehat tanpa mensyukurinya, dan orang yang ditimpa musibah tanpa bisa bersabar atasnya." (Ibnu Abdil Bar: Al Mujalasah wa jawahiril ilm 313/6)
4. Sakit menjadi kebaikan bagi seorang muslim jika dia bersabar.
“Sungguh menakjubkan perkara seorang mukmin, sesungguhnya semua urusannya merupakan kebaikan, dan hal ini tidak terjadi kecuali bagi orang mukmin.Jika dia mendapat kegembiraan, maka dia bersyukur dan itu merupakan kebaikan baginya, dan jika mendapat kesusahan, maka dia bersabar dan ini merupakan kebaikan baginya”. (HR. Muslim)
5. Sakit itu penghapus dosa.
“Dan apa saja musibah yang menimpamu maka adalah disebabkan oleh perbuatan tanganmu sendiri, dan Allah memaafkan sebagian besar (dari kesalahan-kesalahanmu).” (QS. asy-Syuura: 30).
“Tidaklah menimpa seorang mukmin rasa sakit yang terus menerus, kepayahan, penyakit, dan juga kesedihan, bahkan sampai kesusahan yang menyusahkannya, melainkan akan dihapuskan dengannya dosa-dosanya”. (HR. Muslim).
Sakit merupakan salah satu bentuk kasih sayang Allah SWT yang sangat besar bagi hamba-Nya. Umar Bin Khattab justru semakin merasa bersyukur kepada Allah SWT ketika beliau sakit, karena saat sakit beliau merasa diberi kesempatan oleh Allah SWT untuk menghapuskan dosa-dosa kecil.
6. Sakit akan membawa keselamatan dari api neraka.
“Janganlah kamu mencaci maki penyakit demam, karena sesungguhnya (dengan penyakit itu) Allah akan mengahapuskan dosa-dosa anak Adam sebagaimana tungku api menghilangkan kotoran-kotoran besi”. (HR. Muslim)
“Sakit demam itu menjauhkan setiap orang mukmin dari api Neraka.” (HR. Al Bazzar, shohih)
7. Sakit akan mengingatkan hamba atas kelalaiannya.
“Dan sesungguhnya Kami telah mengutus (para rasul) kepada umat-umat sebelummu, kemudian Kami siksa mereka dengan (menimpakan) kesengsaraan dan kemelaratan, supaya mereka memohon (kepada Allah) dengan tunduk merendahkan diri”. (QS. al-An’am: 42)
Yaitu supaya mereka mau tunduk kepada-Ku, memurnikan ibadah kepada-Ku, dan hanya mencintai-Ku, bukan mencintai selain-Ku, dengan cara taat dan pasrah kepada-Ku. (Tafsir Ibnu Jarir)
8. Sakit itu menyembuhkan kesombongan.
Orang yang memiliki sifat sombong, ujub, riya, takabur, Insya Allah seringkali dapat disembuhkan justru saat yang bersangkutan ditimpa musibah sakit.
Ibnul Qayyim berkata: Andai tidak ada musibah-musibah dunia beserta ujian-ujian padanya, pasti seorang hamba akan tertimpa penyakit-penyakit takabur, ujub, dan putus asanya hati, padahal semua ini cepat maupun lambat adalah faktor kehancurannya. Maka di antara bentuk kasih sayang Allah Dzat yang paling Kasih adalah menghilangkannya dengan berbagai macam ‘obat’ berupa musibah-musibah, sebagai penjagaan dirinya dari penyakit-penyakit ini. (Zadul Ma’ad 173/3)
“Ya Allah berikanlah kepada kami kesehatan yang bermanfaat di dunia dan akhirat.Dan berikanlah kami kemudahan dalam mensyukuri nikmah-nikmat-Mu”.
9. Sakit itu tanda bahwa kita dicintai Allah.
“Sesungguhnya Allah ta’ala jika mencintai suatu kaum, maka Dia akan memberi mereka cobaan.” (HR. Tirmidzi, shohih).
Ya Allah, anugerahkanlah kepada kami keyakinan dan kesabaran yang akan meringankan segala musibah dunia ini.
10. Sakit itu bisa meningkatkan derajat disisi Allah.
Dengan catatan, selama menghadapi rasa sakit itu diikuti dengan perasaan sabar, ridha dan menjauhkan dirinya dari mengumpat pada penyakitnya.
"Dan (ingatlah kisah) Ayub, ketika ia menyeru Tuhannya: '(Ya Tuhanku), sesungguhnya aku telah ditimpa penyakit dan Engkau adalah Tuhan Yang Maha Penyayang di antara semua penyayang'. Maka Kami pun memperkenankan seruannya itu, lalu Kami lenyapkan penyakit yang ada padanya dan Kami kembalikan keluarganya kepadanya, dan Kami lipat gandakan bilangan mereka, sebagai suatu rahmat dari sisi Kami dan untuk menjadi peringatan bagi semua yang menyembah Allah." (QS. Al Anbiya’: 83-84)
11. Sakit itu jadi saat ternikmat untuk semakin mendekat kepada Rabbnya.
Sakit dengan segala penyakit yang menyertainya seringkali menjadikan orang bertambah shaleh, rendah hati dan itu akan membuka rahmat dan berkah Allah kepada orang yang menderita sakit.
“Dan sungguh akan Kami berikan cobaan kepadamu, dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan.Dan berikanlah berita gembira kepada orang-orang yang sabar. (yaitu) orang-orang yang apabila ditimpa musibah, mereka mengucapkan, “Innaa lillaahi wa innaa ilaihi raaji`uun” (QS. Al Baqarah: 157)
12. Sakit sebagai faktor datangnya kebahagiaan.
Dari Abu Musa Al Asy’ari (berkata): Bahwasanya Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,“Jika anak dari seorang hamba meninggal, Allah berfirman kepada malaikat: Engkau telah genggam (nyawa) anak hamba-Ku itu?” Mereka berkata: Benar. Dia berfirman: Engkau telah genggam buah kesenangannya itu? Mereka berkata: Betul. Dia berfirman: Apa yang dikatakan oleh hamba-Ku itu? Mereka menjawab: Dia memuji Engkau dan mengucapkan innalillahi… Maka Allah berfirman: Bangunkan bagi hambaku itu sebuah rumah di surga dan berilah nama Rumah Pujian.” (HR. Ahmad)
13. Sakit itu saat tertepat mengembalikan keseimbangan peran.
Sakit adalah saat tertepat untuk menyapa hati, menimbang rasa, dan berintrospeksi diri terhadap nikmat kesehatan yang selama ini dinikmati.Apakah selama sehat kita ini senantiasa bersyukur, memaksimalkan ibadah dan kebaikan, menjaga keseimbangan peran, serta pola hidup sehat sebagaimana yang telah dicontohkan Rasulullah ? Atau kita lupa terhadap nikmat kesehatan dan waktu luang kita ?
14. Sakit itu modal terbaik untuk bertekad dan memulai hal baru.
Tidak jarang, para perokok berat bertekad berhenti merokok setelah dokter menyatakan bahwa penyakitnya itu butuh waktu dan biaya yang besar untuk proses penyembuhannya.
15. Sakit itu bisa jadi sumber inspirasi dan menginspirasi jutaan orang.
Banyak penderita sakit kronis atau pun akut, yang karena kankernya kemudian ia membuat sejarah. Membuat sebuah yayasan, klinik kesehatan gratis, komunitas, membuat buku, menjadi pembicara publik tentang sakitnya dan menyemangati para penderita lainnya.
Seorang wanita dengan kanker ovarium yang tak tersembuhkan mengatakan pada The New York Times: “Buatku, setiap hari adalah petualangan.Aku tidak akan membiarkan apapun membuatku sedih atau kuatir. Saya hidup untuk hari ini, dan ini belum pernah saya jalani sebelumnya. Percaya atau tidak, saya merasa lebih bahagia sekarang dibandingkan sebelum saya divonis kanker.”
Lance Armstrong tetap sanggup memenangkan balap sepeda yang paling bergengsi di dunia Tour de Frances, justru setelah paru-paru dan otaknya terserang kanker.
“Kanker adalah hal terindah dalam hidupku,” tulisnya juga.“Aku tidak tahu bagaimana aku bisa terkena penyakit ini, tetapi yang jelaskanker telah memberikan keajaiban dalam hidupku dan aku tak akan menghindaridarinya.”
16. Sakit itu meningkatkan kepekaan terhadap keterbatasan dan kematian.
Kepekaan ini bisa dari orang yang sakit, namun bisa juga dari keluarga dekat dan orang-orang yang berada di dekat dan mengenalnya.
17. Sakit itu cara tercerdas untuk mengingat kematian.
Rasulullah pernah mengingatkan bahwa orang yang paling cerdas di dunia ini adalah orang yang paling sering mengingat kematian. Lalu, bekal apa yang sudah kita persiapkan untuk kehidupan abadi di akhirat nanti ?
Akhirnya, kita jadi memahami, meski kita temukan ada 17 hikmah dari sakit, namun kerugian dari sakit setidaknya ada 39 kerugian. Ringkas kata, sakit itu membersihkan hati, menguatkan jiwa dan memberikan hikmah terbaik bagi kita.
Bukankah Allah lebih menyukai hamba yang kuat daripada hamba yang lemah ?