"Dunia ini hanyalah panggung sandiwara yang akan redup seiring waktu, hanya nilai dan kebaikan yang tercipta dari kerinduan akan rida-Nya yang akan terus bersinar di negeri akhirat yang lebih indah."
Di bawah sinar mentari yang gemilang, dunia bermain dan bergurau, seakan merayu dengan pesona tak terhingga. Namun, bagai khayalan yang memudar, kehidupan dunia ternyata hanya berlalu dalam sekejap. Kehangatan pelukan duniawi, hanyalah ilusi semu yang melintas seiring waktu yang terus beranjak.
Karena itu, janganlah terjebak dengan berkilauan sejenak. Dunia ini fana, cahaya abadi hati dan jiwa itu ada di negeri akhirat. Lalu, bila kita meyakini keindahan abadi itu ada di Surga, lalu mengapa kita sibuk dalam bayang-bayang dunia ?
Banyak tiada cukup, sibuk tiada henti. Sampai kapan akan begini ?
Namun, dalam suara yang merdu dari kitab suci, tersimpan pesan yang meneguhkan. Bagi mereka yang bertakwa, sesungguhnya negeri akhirat menanti, terhampar indah dan lebih baik dari segala yang ada di dunia ini. Tatkala langit terang benderang, hati yang membaca merasa terhanyut dalam keindahan kata-kata yang berpadu menjadi melodi suci.Â
"Kehidupan dunia ini hanyalah permainan dan senda gurau, sedangkan negeri akhirat itu sungguh lebih baik bagi orang-orang bertakwa. Tidakkah kamu mengerti ?".
Menghampiri ayat selanjutnya, terlintas pemahaman bahwa dunia memberi hadiah yang setimpal bagi yang mencintainya. Lalu, dalam pesona keduniawian, kenikmatan disuguhkan sebaik-baiknya. Tidak ada kerugian bagi mereka yang menjalani kehidupan di dunia ini dengan sepenuh hati. "Siapa menghendaki kehidupan dunia dan perhiasannya, pasti Kami berikan balasan pekerjaan mereka di dunia dengan sempurna. Mereka di dunia tidak akan dirugikan."
Namun, pikiran pun tak dapat terhindar dari tanya yang melayang, apakah dunia ini hanyalah panggung pertunjukan semu yang tak lebih dari ilusi belaka?
Tiba-tiba, ayat berikutnya menyeruak dalam keheningan ruang batin. Suara yang membangunkan.
"Itulah orang-orang yang tidak memperoleh apa-apa di akhirat kecuali neraka. Sia-sia itu apa yang telah mereka usahakan di dunia dan terhapuslah apa yang telah mereka kerjakan"
Itulah orang-orang yang tidak mendapatkan apapun di akhirat, kecuali neraka yang membakar. Sia-sialah usaha dan jerih payah yang mereka lakukan di dunia, bagaikan coretan yang pudar tak berarti. Dalam kebisuan yang membelenggu, kebenaran itu menyapa jiwa dan membuat hati bergetar.
Dan sembari mata menelusuri setiap kata, kata-kata berikutnya menjelma menjadi pemandangan yang menerangi hati yang berkaca. "Barang siapa buta hatinya di dunia ini, maka di akhirat pun ia akan buta dan tersesat jauh dari jalan yang benar"
Dengan kata lain, siapapun yang membuka hati dan diri kepada-Nya, sambil terus mengerjakan kebaikan di dunia ini, sesungguhnya dia telah menapaki jalan agama yang kokoh. Segala urusan akan kembali kepada-Nya, satu-satunya tempat yang memenuhi akhir dari segala tujuan.
"Barangsiapa siapa berserah diri kepada Allah sambil berbuat kebaikan, sesungguhnya ia telah berpegang pada agama kokoh. Hanya kepada Allah akhir dari segala urusan".
Begitu dalam damai kata-kata yang melingkar, dalam kelam gulita malam, terdengar nyanyian surga yang membahana.
"Setiap yang bernyawa tidak akan mati, kecuali dengan izin Allah sebagai ketetapan yang telah ditentukan waktunya. Siapa pun yang menghendaki pahala dunia, pasti Kami berikan pahala dunia kepadanya. Siapa pun yang menghendaki pahala akhirat, akan Kami berikan pula kepadanya pahala akhirat. Kami juga akan memberi balasan kepada orang-orang yang bersyukur".
Setiap jiwa pasti akan merasakan mati, dengan izin Allah yang telah menentukan waktu yang tepat. Siapapun yang mencari pahala di dunia ini, pasti akan mendapatkannya. Siapapun yang menginginkan pahala abadi di akhirat, sungguh Allah akan memberikannya pula. Dan bagi mereka yang bersyukur, Allah akan memberi balasan yang melimpah tak terhitung.
Namun, tenggelam dalam kenikmatan bacaan, tiba-tiba hadir suara keras yang mengejutkan batin yang terlena. "Di manapun kamu berada, kematian akan menjemputmu meskipun kamu berada dalam benteng yang tinggi dan kukuh. Jika memperoleh kebaikan, mereka mengatakan, "Ini dari sisi Allah." Jika ditimpa keburukan, mereka mengatakan, "Ini darimu (Muhammad)." Katakan, "Semuanya datang dari sisi Allah." Maka, mengapa orang-orang munafik hampir-hampir tidak memahami pembicaraan ?"
Ya, di manapun kamu berada, kematian akan datang menghampirimu, meskipun engkau berada dalam benteng yang tinggi dan kukuh. Dalam keheningan malam yang menggelayut, suara itu menggugah kesadaran yang terpendam, mengingatkan akan ketidaktentuan hidup yang menyertai setiap langkah manusia.
Lalu, di tengah kebimbangan, terlintas penegasan bahwa takdir itu datang dari sisi-Nya yang Maha Kuasa. Segala kebaikan dan keberuntungan yang diperoleh di dunia ini, tak lain adalah karunia dari Allah. Namun, dalam saat-saat kelam dan cobaan menghampiri, seringkali manusia musrik dan munafik melontarkan kesalahan pada Rasulullah. Mereka mengabaikan bahwa segala hal datang dari kehendak-Nya.
Dan tatkala hati merenungkan perjalanan hidup yang beriringan dengan suratan takdir, suara Al-Quran mengingatkan manusia : semua ini berasal dari sisi Allah, dari-Nya Yang Maha Sempurna. Maka, mengapa orang-orang munafik terjerat dalam kepulan kabut ketidaktahuan, hampir tak mampu memahami kebenaran yang terlukis di setiap ayat?
Dalam kemegahan kata-kata, terpancar kejelasan bahwa setiap yang bernyawa akan merasakan mati. Tidak ada yang terlewatkan, tidak ada yang terlewat. Pada hari Kiamat, pahala dan balasan akan disampaikan dengan keakuratan yang luar biasa. Siapapun yang dijauhkan dari neraka dan diajak masuk ke surga, sungguh dia telah memperoleh kemenangan yang tiada tara. Sedangkan kehidupan dunia ini, hanyalah kesenangan yang memperdaya, berkilauan sejenak, dan lenyap bagai debu yang terbawa angin.
"Setiap yang bernyawa akan merasakan mati. Sungguh, pada hari Kiamat balasanmu  diberikan dengan akurat. Siapa pun yang dijauhkan dari neraka dan dimasukkan ke surga, sungguh ia memperoleh kemenangan. Kehidupan dunia hanyalah kesenangan yang memperdaya."
Dalam cerita hidup yang terpintal, dalam cerminan ayat-ayat suci, terpancar kesejukan yang mengiringi perjalanan jiwa. Mengingatkan bahwa dunia ini hanyalah panggung sandiwara yang akan redup seiring waktu. Sungguh, pada akhirnya, hanya nilai dan kebaikan yang tercipta dari kerinduan akan rida-Nya yang akan terus bersinar di sana, di negeri akhirat yang lebih indah bagi mereka yang bertakwa.
Note :
Sumber "Ayat-Ayat Akhirat" : QS. Al An-Am 6: 32, Hud 11: 15-16, Al Isra 17: 72, Luqman 31: 22, Ali Imran 3: 145, An Nisa 4: 78 & Ali Imran 3: 185.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H