Mohon tunggu...
Agung MSG
Agung MSG Mohon Tunggu... Wiraswasta - Wiraswasta

Hidup untuk mengasihi, menyayangi, berbagi, dan berkarya mulia. @agungmsg #haiedumain

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Rida: Menemukan Ketenangan Hidup dan Membangun Kesejahteraan Spiritual

17 Mei 2023   06:52 Diperbarui: 17 Mei 2023   10:46 489
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Bagaimana kita bisa bersyukur kalau kita tidak rida ? Bagaimana kita bisa rida, kalau kita tidak bisa bersabar. Iringi sabar dengan rida, maka keridaan itu akan melahirkan kesyukuran dan kekayaan hati".

Rida adalah langkah pertama kita untuk memulai kita bisa menata hati. Selanjutnya, baru kita melangkah pada rida dalam konteks keluarga dan masyarakat, dan itu penting. Namun, bagaimana menerapkan konsep ini dalam kehidupan sehari-hari ? Terutama dalam berkeluarga dan berinteraksi dengan masyarakat. Untuk itu, mari kita menyoroti bagaimana rida dapat membawa harmoni, kedamaian, dan kebahagiaan dalam hubungan sosial.

Kita perlu menggambarkan manfaat dan nilai positif rida sebagai kunci menata hati, juga untuk mencapai harmoni. Khususnya dalam menciptakan hubungan yang sehat dan bahagia dalam keluarga dan masyarakat. Termasuk didalamnya dalam membangun hubungan yang harmonis dan bermakna.

Mensikapi Masalah dalam Kehidupan: Belajar Rida dan Mengasah Kepedulian Hati

Sejak kecil, hingga dewasa, juga sejak sendiri hingga punya anak dan cucu, masalah pasti selalu ada. Masalah juga hadir di rumah, dengan pasangan dan keluarga. Juga ada di jalan, bermasyarakat, hingga di meja kerja, di dunia usaha, dan bernegara.

Banyak hal dari masalah itu timbul dan menggoda kita untuk sulit menerimanya. Pelanggaran, ketidakpatutan, ketidakpantasan, sudut pandang yang keliru, mewarnai keseharian dan kehidupan kita. Suka atau tidak suka, siap atau tidak siap, kita pun dihadapkan dengan banyak masalah lain diluar diri kita. Mulai dari masalah kesopanan, kesantunan, adab, norma sosial, hingga pelanggaran aturan dan hukum. Semua mewarnai hidup kita.

Dalam situasi seperti itu, kadang kita perlu berdamai untuk mensikapinya. Rida dalam batas-batas yang sesuai dengan syariat dan hukum-Nya. Lemah lembut dalam bersikap, namun tegas dan adil dalam penegakkan aturan-Nya. Akhirnya, kita perlu untuk terus mengasah kepekaan hati untuk bisa belajar rida. Khususnya dalam mensikapi sesuatu dengan baik, benar, dan sesuai sebagaimana yang telah dicontohkan Nabi Muhammad Saw.

 

Pintu Menuju Kekayaan Jiwa dan Kebahagiaan: Keajaiban Rida dalam Hidup

Rida adalah hakikat kekayaan yang paling besar, mahal, berharga dan bernilai. Rida adalah kepasrahan, ketundukan, penghambaan, dan kepatuhan. Rida adalah rahasia kelapangan dada antara sabar dan syukur. Jalan kebaikan untuk segala urusan. Juga sikap terbaik untuk pergantian kesulitan menjadi kemudahan.

Semua takdir itu bagus, dan baik, bagaimana pun kondisinya. Segala kondisinya bagi orang yang rida adalah baik. Kondisi itu bisa punya banyak wajah, bentuk dan kemasan. Baik berupa sengsara, fakir, miskin, yatim, rasa butuh, tak punya, kelaparan, kekurangan. Juga bisa muncul dalam bentuk : tertindas, terusir, krisis, kondisi buruk, diremehkan, penghinaan, kesusahan, fitnah, dan bencana.

Yakini aqidah ini dengan penuh keyakinan, niscaya kita tidak akan merasa risau, gelisah, galau, sedih, marah, menderita, atau pun tergoncang jiwa. Rida adalah senjata terampuh untuk melewati kesulitan, krisis, dan rintangan dalam hidup. Sekaligus juga pintu yang menghantarkan menuju kebahagiaan serta surga dunia dan surga akhirat.

"Sekiranya mereka benar-benar rida dengan apa yang diberikan Allah dan Rasul-Nya kepada mereka dan berkata, 'Cukuplah Allah bagi kami. Allah dan Rasulnya akan memberikan sebagian dari karunia-Nya. Sesungguhnya kami orang-orang yang berharap kepada Allah" (QS. At-Taubah 9: 59)

Rida kepada Allah merupakan bukti kuatnya iman, serta tanda husnuzhan kepada-Nya. Juga jalan terdekat menuju rida-Nya. Untuk itu, kita harus menelani pada sosok perida terbaik kita, Nabi Muhammad Saw.

Rida: Kunci Menuju Ketenangan, Kebahagiaan, dan Kesuksesan Hidup

Rida Allah nilainya lebih besar dan tak sebanding dengan apa pun. Baik kesuksesan, prestasi, karunia, kelezatan, atau pun kenikmatan apa pun. Juga melampaui permintaan atau harapan lain yang lebih besar. Rida adalah pemberian Allah yang mahal, berharga, dan bernilai. Lebih luhur daripasa semua jabatan, materi yang banyak, keleluasaan finansial, harta karun, barang-barang mahal, dan investasi apa pun di dunia ini.

"Hakikat kekayaan bukanlah banyaknya harta dan barang simpanan, melainkan tersimpan dalam diri Anda, yakni Rida" (Dr. Aidh Al-Qarni).

Kita mesti rida, sembari memohon pertolongan kepada Allah. Juga mengharap pahala dari Allah Swt, serta menyerahkan dan mengembalikan urusannya kepada Sang Khalik dengan jiwa yang tenang. Tetaplah melanjutkan perjalanan hidup, terus memaksimalkan usaha, sembari mempercayai akan adanya kemenangan dan dukungan dari-Nya.

Dalam perjalanan itu, mungkin mata bisa menangis, dan hati bersedih. Tapi jagalah ucapan yang akan terlontar dari mulut dan lidah kita kecuali yang diridai oleh Allah.

Rida dan menerima ketetapan Allah, dan meyakini bahwa ada kebaikan di balik pilihan-Nya. Rida terhadap takdir dan pembagian-Nya agar kita merasa berkecukupan.

Mari kita menyadari, bahwa rida itu banyak manfaatnya. Antara lain :

1. Menjatuhkan dosa-dosa. "Tidaklah seorang muslim ditimpa musibah, sakit atau lainnya, melainkan Allah akan menjatuhkan dosa-dosanya, bagaikan pohon yang menatuhkan daunnya," (Muttafaq 'alaih).

2. Dosanya diampuni dan berhak memasuki surga. "Allah rida kepada mereka dan mereka rida kepada Allah. Allah menyediakan bagi mereka surga-surga yang mengalir di bawahnya sungai-sungai. Mereka kekal di dalamnya selama-lamanya. Itulah kemenangan yang agung" (QS. At-Taubah 9 : 100)

3. Merasa berkecukupan. "Ridalah terhadap pembagian Allah kepadamu, niscaya engkau akan menjadi orang yang paling merasa berkecukupan" (HR at-Tirmidzi)

4. Tidak membutuhkan makhluk, karena jika kita bergantung pada manusia, maka siap-siaplah kita akan kecewa. Jika kita rida kepada Allah dan Allah pun rida kepada kita, maka kita tidak membutuhkan makhluk.

5. Merasakan manisnya iman. "Akan merasakan manisnya iman orang yang meridai Allah sebagai tuhan, Islam sebagai agama, dan Muhammad sebagai Rasul" (Riwayat Shahih Muslim, al-Abbas).

6. Merasakan kenyamanan, ketenangan, kesenangan, kegembiraan, kebahagiaan, suka cita, keamanan, berlapang dada, dan ketentraman sepanjang hidupnya, selama ia rida dengan ketetapan apa pun dari Allah. Juga rasa senang yang tak terkira atas takdir-Nya. Hati tenang, dan jiwa bersuka cita. Bahagia, dan istimewa. "Sungguh, Tuhanmu pasti memberikan karunia-Nya kepadamu, sehingga kamu merasa puas." (QS. Adh-Dhuha 93: 5)

Kerugian Bagi Orang yang Tidak Rida dengan Ketetapan-Nya

Ada sejumlah kerugian nyata, bagi orang-orang yang sulit menerima kondisi kehidupan di dunia. Juga merasa berat saat menerima beban hidup yang dipikulnya. Antara lain :

1. Memperoleh murka-Nya. "Sesungguhnya besarnya balasan sesuai dengan besarnya ujian. Sesungguhnya jika Allah mencintai suatu kaum, maka Dia akan mengujinya. Siapa yang rida, niscaya dia akan memeroleh rida-Nya. Siapa yang marah, niscaya dia akan memperoleh murka-Nya (HR. at-Tirmidzi)
2. Ketidakpuasan dan ketidakbahagiaan
3. Kecemasan dan kegelisahan, mudah bosan, dan stres.
4. Kehilangan ketenangan jiwa
5. Hilangnya orientasi hidup
6. Dapat terjerumus dalam perbuatan syirik yang menyebabkan kerusakan dan bahaya.
7. Hukuman di akhirat

Oleh karena itu, penting bagi umat Islam untuk senantiasa berusaha untuk rida dengan ketetapan Allah dan menerima segala yang terjadi dengan senang hati sebagai bentuk keimanan dan ketaqwaan kepada Allah SWT.

Sampai kapan pun, selama nafas belum mengalir di dada, mari kita untuk senantiasa belajar rida. Berserah diri, qanaah, tenang, dan sabar menunggu kemenangan. Dengan sabar, rida dan bersyukur. Bersandar kepada Allah semata, serta percaya bahwa ketetapan dan pilihan-Nya adalah selalu terbaik untuk kita. Allah Maha Bijaksana yang tidak akan memilihkan kecuali yang terbaik untuk kita. Karena itu, sikapilah dengan penuh keridaan, keyakinan, dan kepasrahan kepada Allah.

"Boleh jadi kamu membenci sesuatu, padahal itu baik bagimu. Bisa juga kamu menyukai sesuatu, padahal itu tidak baik bagimu. Allah mengetahui, sedang kamu tidak mengetahui" (QS. Al Baqarah 2: 216)

Puncak rida dan kebahagiaan akan ditemukan saat kita bertasbih dan senantiasa berdzikir pada-Nya. "...dan bertasbihlah dengan memuji Tuhanmu, sebelum matahari terbit, dan sebelum terbenam. Bertasbihlah pula pada waktu tengah malam dan di ujung siang hari, agar kamu merasa tenang" (QS. Thaha 20: 130).

Mengatasi Kehidupan dengan Sabar dan Rida: Petunjuk dari Hadis dan Ayat Al-Quran

Jika melihat hal yang tidak disukai, berdoalah : "Segala puji bagi Allah atas setiap keadaan" (HR Ibu Majah). Sebaliknya, melihat yang disukai, berdoalah : "Segala puji bagi Allah yang dengan nikmat-Nya, maka sempurnalah berbagai kebaikan".

"Ya Allah, sesungguhnya aku berlindung kepada-Mu dengan rida-Mu dari murka-Mu. Aku memohon rida setelah qadha. Takdirkanlah kebaikan untukku, sebagaimana telah tertulis, dan jadikanlah aku rida terhadapnya," (HR Muslim, HR an-Nasa'I, HR al-Bukhari)

Jadi, apa pun yang sedang terjadi, dan nampak di depan mata, sikapi dengan sabar. Terima dengan rida, dan panjatkan doa dengan syukur. Lalu, yakini : "Allah menerangkan kebenaran, dan Allah pemberi keputusan yang terbaik" (QS Al An'am 6: 57).

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun