"Pimpinlah kami dengan bahasa cinta agar kita bisa indah menari dan menyanyi bersama garuda, pelangi, dan nyiur di pelosok negeri."
Bila cinta sudah tiada
Keadilan itu harus kami cari dimana
Kepedihan kami bentangkan di sejadah panjang
Berharap mereka tak buta dan tuli dengan jabatan
Kini era jadi serba tak terduga
Kami butuh pemimpin dengan bahasa cinta
Karena itu kami serak berdoa
Sungguh, berharap kita bisa membangun surga
Saudara kami bersuara di sepanjang jalan
Di bawah terik mereka memekik
Suara siapa yang bisa dipercaya
Karena tangis bayi di rumah pun bersuara sama
Kami bertanya dengan bahasa cinta
Jawablah kami dengan rasa
Hormati keunikan, bantu kami berkembang
Jangan jawab dengan agitasi dan logika
Banyak hal yang sama saat kita berbahasa cinta
Menepis lara, menggali duka secara terbuka
Amarah dan murka tak akan pernah ada
Karena cinta membuat segalanya mudah dan sederhana
Pimpinlah kami dengan bahasa cinta
Agar kita bisa indah menari dan menyanyi
Bersama garuda, pelangi dan nyiur di pelosok negeri
Menabuh gendang bersama, bangkitkan darah kita
Ketuhanan, kemanusiaan, persatuan, kerakyatan dan keadilan
Adalah bisikan abadi sepanjang zaman
Silih asah, silih asuh, silih asih
Bersiap bersama menepis yang tak terduga
Di jalan ini kami berjalan
Cita-cita kami di depan mata
Dengan kepemimpinan yang penuh kasih sayang
Mimpilah tinggi, capailah bintang
Tapi, di ujung jalan yang berlobang, kami tertunduk sepi
Lalu menuliskan sebaris asa yang tipis
Berharap terbaca oleh pemimpin yang hebat
dan menyampaikan kepedihan dan amanat :
"Bila cinta sudah tiada, keadilan harus dicari kemana. Era serba tak terduga, kami butuh pemimpin dengan bahasa cinta. Mari bergandengan tangan mencapai bintang, dengan nyanyian abadi ketuhanan, kemanusiaan, persatuan, kerakyatan, dan keadilan."
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H