"Kampung halaman adalah tempat di mana akar kita tumbuh, hati kita kembali, dan semangat berprestasi di negeri orang dikobarkan"
Kampung halaman, sebuah tempat yang takkan pernah hilang dari ingatan. Tempat di mana kita tumbuh besar, belajar, dan merasakan cinta dari orang-orang terdekat. Setiap detik yang dihabiskan di kampung halaman selalu membawa kenangan indah yang tidak akan terlupakan.
Pagi yang cerah menyambutku di kampung halaman. Jalan-jalan setapak di sepanjang persawahan menawarkan pemandangan alam yang memukau. Embun pagi yang tersisa di dedaunan menghadirkan sensasi yang menenangkan. Burung-burung yang saling berkicauan menambah keindahan pagi yang sedang berpanorama. Betapa merindukan keindahan alam yang begitu asri dan damai seperti ini.
Tak hanya keindahan alam, kampung halaman juga memiliki kuliner khas yang sulit ditemukan di luar daerah. Salah satunya adalah geco, makanan khas dari Cianjur yang terbuat dari taoge dan tauco. Setiap kali pulang kampung, tidak akan pernah ketinggalan untuk menikmati geco yang lezat dan unik ini. Geco menghadirkan sensasi yang berbeda karena makanan ini menggabungkan taoge rebus dengan kuah tauco yang kental. Penjual geco juga menyediakan telur rebus sebagai pelengkap, membuat rasa geco semakin lezat di lidah.
Selain itu, kampung halaman juga menawarkan potret kehidupan masyarakat pedesaan yang tenang dan harmonis. Pagi-pagi pukul 6 pagi, mereka sudah sibuk berangkat ke sawah dan ladang. Menggunakan pacul, arit, golok, atau membawa karung besar yang mereka pikul, mereka bekerja keras untuk mengejar penghidupan.
Mayoritas masyarakat kampung halaman adalah petani yang mengandalkan hasil pertanian mereka sebagai sumber penghidupan. Padi, kelapa, singkong, dan sayur-sayuran menjadi andalan mereka. Ada juga yang beternak bebek untuk menambah penghasilan. Mereka memanfaatkan area bekas persawahan yang kaya akan anak-katak dan cacing untuk memberi pakan bebek. Beberapa masyarakat kampung halaman juga menjadi pedagang yang tersebar di berbagai pasar dan warung di sekitar perkampungan.
Namun, tidak hanya kegiatan ekonomi yang menjadi tulang punggung masyarakat kampung halaman. Keramahan mereka juga membuat siapa saja merasa di rumah. Setiap saya berpapasan dengan orang kampung, mereka menyapa ramah dan hangat. Bertanya mau kemana, atau dari mana. Hubungan kemasyarakatan yang hangat dan indah selalu terasa ketika berada di kampung halaman.
Kegiatan sosial dan religius juga menjadi bagian dari kehidupan masyarakat kampung halaman. Mereka selalu menjaga kebersamaan dan kerukunan dalam bermasyarakat. Tak heran jika kampung halaman selalu menjadi tempat yang menyenangkan untuk dikunjungi.
Sekali lagi, pulang kampung takkan pernah tergantikan dengan air mata. Rasa kangen akan kampung halaman begitu kuat dan memikat, tak terbendung lagi seperti ombak yang datang dan pergi di pantai. Di dalam rel kereta yang melaju kencang, rasa itu semakin tak terbendung. Sejuta kenangan indah di kampung halaman datang menghampiri, seolah memanggilku untuk kembali ke tempat asal.
Bergegas aku membawa ingatan, mengumpulkan memori lama yang telah terpencar di sana-sini. Seperti puzzle yang tercecer, perlahan-lahan aku menyusunnya kembali. Wajah-wajah dan nama-nama yang pernah kulihat dan kuingat, serta suara-suara dan tawa yang tak pernah hilang dari ingatan. Semua menjadi satu kesatuan dalam pikiran, menjelma menjadi sebuah kenangan yang takkan pernah sirna.
Kampungku adalah tempat di mana aku merasa betah. Di mana hatiku dapat berteduh kala biru merindu. Di mana aku dapat berlari-lari kecil di sawah yang hijau, menikmati gemericik air yang jernih di sungai kecil, dan melihat langit biru yang terbentang luas di atas kepala. Tempat di mana aku tak pernah merasa sendirian, karena ada keluarga dan sahabat-sahabat yang selalu ada di sana.
Ketika kini aku kembali ke kampung halaman, rasanya seakan-akan tak pernah meninggalkannya. Segala sesuatu di sini masih sama seperti dulu, meski beberapa hal ada yang berubah. Di dalam hatiku, kampungku adalah rumah yang tak pernah berubah, di mana aku dapat menemukan kedamaian dan kebahagiaan.
Setelah sampai di kampung halaman, aku berjalan-jalan melewati jalan setapak di antara sawah hijau. Aku merasakan angin sepoi-sepoi yang meniup lembut di wajahku, membawa harum bunga-bunga yang tumbuh di tepi jalan. Aku berhenti sejenak, menghela napas dalam-dalam dan menikmati keindahan alam yang begitu memesona.
Di dekat sana, aku melihat anak-anak kampung sedang bermain bola di lapangan kecil. Mereka tertawa riang dan saling berteriak satu sama lain, tak kenal lelah seolah mereka mengejar sebuah kebahagiaan yang tak pernah berakhir. Aku melihat senyum mereka yang begitu tulus dan menghangatkan, seperti mentari yang bersinar terang di pagi hari.
Kampung halaman, tempat di mana aku merasakan cinta yang tulus dan damai. Aku merasakan kedamaian yang begitu tenang, dan kebahagiaan yang begitu mendalam. Di sini, aku merasa begitu dekat dengan alam dan kehidupan yang sederhana, yang membuatku merasakan kembali makna hidup yang sebenarnya.
Di kampungku, aku dapat menemukan jati diriku yang sesungguhnya. Di sini, aku merasa hidupku menjadi lebih bermakna, dan aku belajar untuk menghargai setiap detak waktu di sana.
Kangen pulang ke kampung halaman adalah berbicara tentang rasa. Menjelajahi waktu kecil dan mengingat memori lama. Kampungku adalah tempat berteduh hati kala biru merindu.Â
Dalam perjalanan pulang, sejuta senyuman melintasi puluhan stasiun kereta. Bergegas memburu asa dan mimpi seperti jutaan manusia lainnya. Keluh kesah di negeri orang hilang terasa, saat tiket kereta ada di tangan. Menanti jadwal pulang.
Kepala yang penuh angan, bahu yang penuh beban, kuregangkan dengan nafas panjang. Aku harus pulang. Karena pisang, nangka dan manga ibu sudah menunggu. Ada hamparan sawah hijau yang merindu. Sungai yang gemericik, memantik imajinasi. Esok pagi, aku akan jalan pagi. Menyeruak di antara bukit dan gunung. Meninggalkan pencakar langit dan hutan beton yang dingin. Aku tak berselera hidup di kebisingan kota dan di kesibukan yang tiada hentinya.
Esok, aku akan jalan di sepanjang rel kereta. Bersama anak-anak kampung, ayam, bebek yang riang berlalu lalang di jalan setapak di kampung halaman.
Yang dirindukan dari kampung halaman adalah keindahan, kedamaian dan kehangatan. Sebuah sensasi rasa yang tak bisa tergantikan
Ya, kini aku sudah pulang kampung...
Meninggalkan kesibukan kota yang mengepung.
Kangen, dengan senyum hangat ibu yang sudah menggunung !
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H