Kampungku adalah tempat di mana aku merasa betah. Di mana hatiku dapat berteduh kala biru merindu. Di mana aku dapat berlari-lari kecil di sawah yang hijau, menikmati gemericik air yang jernih di sungai kecil, dan melihat langit biru yang terbentang luas di atas kepala. Tempat di mana aku tak pernah merasa sendirian, karena ada keluarga dan sahabat-sahabat yang selalu ada di sana.
Ketika kini aku kembali ke kampung halaman, rasanya seakan-akan tak pernah meninggalkannya. Segala sesuatu di sini masih sama seperti dulu, meski beberapa hal ada yang berubah. Di dalam hatiku, kampungku adalah rumah yang tak pernah berubah, di mana aku dapat menemukan kedamaian dan kebahagiaan.
Setelah sampai di kampung halaman, aku berjalan-jalan melewati jalan setapak di antara sawah hijau. Aku merasakan angin sepoi-sepoi yang meniup lembut di wajahku, membawa harum bunga-bunga yang tumbuh di tepi jalan. Aku berhenti sejenak, menghela napas dalam-dalam dan menikmati keindahan alam yang begitu memesona.
Di dekat sana, aku melihat anak-anak kampung sedang bermain bola di lapangan kecil. Mereka tertawa riang dan saling berteriak satu sama lain, tak kenal lelah seolah mereka mengejar sebuah kebahagiaan yang tak pernah berakhir. Aku melihat senyum mereka yang begitu tulus dan menghangatkan, seperti mentari yang bersinar terang di pagi hari.
Kampung halaman, tempat di mana aku merasakan cinta yang tulus dan damai. Aku merasakan kedamaian yang begitu tenang, dan kebahagiaan yang begitu mendalam. Di sini, aku merasa begitu dekat dengan alam dan kehidupan yang sederhana, yang membuatku merasakan kembali makna hidup yang sebenarnya.
Di kampungku, aku dapat menemukan jati diriku yang sesungguhnya. Di sini, aku merasa hidupku menjadi lebih bermakna, dan aku belajar untuk menghargai setiap detak waktu di sana.
Kangen pulang ke kampung halaman adalah berbicara tentang rasa. Menjelajahi waktu kecil dan mengingat memori lama. Kampungku adalah tempat berteduh hati kala biru merindu.Â
Dalam perjalanan pulang, sejuta senyuman melintasi puluhan stasiun kereta. Bergegas memburu asa dan mimpi seperti jutaan manusia lainnya. Keluh kesah di negeri orang hilang terasa, saat tiket kereta ada di tangan. Menanti jadwal pulang.
Kepala yang penuh angan, bahu yang penuh beban, kuregangkan dengan nafas panjang. Aku harus pulang. Karena pisang, nangka dan manga ibu sudah menunggu. Ada hamparan sawah hijau yang merindu. Sungai yang gemericik, memantik imajinasi. Esok pagi, aku akan jalan pagi. Menyeruak di antara bukit dan gunung. Meninggalkan pencakar langit dan hutan beton yang dingin. Aku tak berselera hidup di kebisingan kota dan di kesibukan yang tiada hentinya.
Esok, aku akan jalan di sepanjang rel kereta. Bersama anak-anak kampung, ayam, bebek yang riang berlalu lalang di jalan setapak di kampung halaman.
Yang dirindukan dari kampung halaman adalah keindahan, kedamaian dan kehangatan. Sebuah sensasi rasa yang tak bisa tergantikan