Ada kesan sekarang ini, peran dan proaktivitas dari Inspektorat Jenderal seolah sekarang "dikalahkan" oleh ciutan netizen, dan keluhan yang menjadi viral di medsos. Jangan heran, bila ada ungkapan di masyarakat bahwa "harus viral dulu, baru sebuah masalah akan ditangani dengan serius".
Ketiga, sistem yang baik akan membantu organisasi atau kemenkeu untuk lebih terstruktur dan efisien dalam menjalankan tugas-tugasnya.
Dengan memiliki sistem yang baik, tugas-tugas dapat diselesaikan dengan lebih cepat dan efektif, serta meminimalkan kesalahan dan kekeliruan.Â
Dalam keseluruhan, perbaikan remindset, strong leadership, dan sistem yang baik, adalah faktor penting dalam mencapai kesuksesan dalam organisasi atau kementrian.
Pembenahan Etika Kerja dan Penggunaan Medsos di Ditjen Bea Cukai Kemenkeu
Beberapa waktu lalu, seorang pegawai Bea dan Cukai membuat ciutan tak pantas di media sosial, dan menjadi sorotan publik.
Untuk mengatasi masalah ini, Kementerian Keuangan perlu melakukan pembenahan etika kerja dan penggunaan media sosial di Ditjen Bea Cukai dan Kemenkeu secara menyeluruh.
Pertama-tama, dibutuhkan strategi pembenahan yang baik, benar, dan efektif dalam meningkatkan pengawasan dan pelatihan etika kerja dan penggunaan media sosial bagi pegawai di Ditjen Bea Cukai Kemenkeu.Â
Pimpinan harus bertindak tegas dengan memberikan sanksi kepada pegawai yang melanggar etika kerja dan peraturan. Termasuk yang terkait dengan penggunaan media sosial, serta memberikan pelatihan dan pengawasan yang lebih ketat pada pegawai.
Tahapan pembenahan dapat dimulai dengan melakukan evaluasi internal terhadap manajemen dan pengawasan pegawai di Ditjen Bea Cukai Kemenkeu. Menyusun program pelatihan etika kerja dan penggunaan media sosial bagi pegawai. Juga menegakkan sanksi tegas bagi pegawai yang melanggar peraturan dan etika kerja.
Selain itu, perlu juga dilakukan kampanye edukasi kepada masyarakat tentang pentingnya etika dan sopan santun dalam menggunakan media sosial.