Mohon tunggu...
Agung MSG
Agung MSG Mohon Tunggu... Wiraswasta - Wiraswasta

Hidup untuk mengasihi, menyayangi, berbagi, dan berkarya mulia. @agungmsg #haiedumain

Selanjutnya

Tutup

Parenting Artikel Utama

Tantangan Menghadapi Generasi Stroberi, Si Kreatif Nan Rapuh

20 Maret 2023   06:07 Diperbarui: 23 Maret 2023   12:37 1684
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi generasi stroberi (PEXELS/ANDREA PIACQUADIO)

Berita seorang anak pejabat yang suka pamer dan punya perilaku buruk dengan ulahnya, masih saja ramai diberitakan. Dari sebuah kasus penganiayaan, kini kasusnya merembet kemana-mana. Sejumlah pejabat negara pun dibuat "sibuk" menanggapi dan mengomentarinya. Sejumlah netizen mengungkapkan jejak digitalnya dari berbagai sisi dan cerita. Putra seorang pejabat tinggi pemerintah ini, telah digambarkan sebagai bagian dari "generasi stroberi" oleh sejumlah media.

Istilah ini mengacu pada fenomena di kalangan anak muda yang dipandang merasa memiliki hak istimewa (previlese) dan kurang tangguh. Perilaku anak pejabat yang kurang disiplin dan penyerangan fisik, mungkin merupakan contohnya. Perilaku generasi ini dipandang yang dipengaruhi oleh asuhan istimewa dari orang tua.

Istilah "generasi stroberi" pertama kali dicetuskan oleh Rhenald Kasali. Beliau seorang ekonom dan profesor Indonesia, untuk menggambarkan fenomena di kalangan anak muda yang memiliki rasa berhak yang istimewa dan kurang tangguh. Istilah ini berasal dari Taiwan dan digunakan untuk menyebut orang Taiwan yang lahir setelah tahun 1981.

Benarkah generasi stroberi itu indah, tapi mudah menyerah, juga rapuh dan tidak tangguh ? | Foto : britannica
Benarkah generasi stroberi itu indah, tapi mudah menyerah, juga rapuh dan tidak tangguh ? | Foto : britannica

Fenomena "generasi stroberi" terjadi tidak hanya di Taiwan, tetapi juga di berbagai negara termasuk Indonesia. Faktor pemicu munculnya fenomena ini antara lain keistimewaan yang diberikan oleh orang tua seperti overproteksi, kurang disiplin, dan kepuasan instan.

Istilah "generasi stroberi" dapat memicu diskusi panjang tentang gaya pengasuhan dan tantangan yang dihadapi anak muda saat ini. Namun, perlu diingat bahwa tidak adil untuk menstereotipkan anak muda sebagai bagian dari generasi ini. Setiap generasi memiliki keunikan dan tantangan masing-masing. Jadi, tidak semua anak muda memiliki ciri-ciri yang sama.

Sebagai orang tua, penting untuk memberikan asuhan yang tepat. Termasuk didalmnya memberi anak muda kesempatan untuk belajar dan berkembang dengan cara yang sehat dan positif. Dengan demikian, kita dapat membantu anak muda menjadi generasi yang kuat, tangguh, dan sukses di masa depan.

Generasi stroberi: menghindari sengsara dan mencari nikmat?

"Generasi Stroberi" adalah sebuah ungkapan yang menggambarkan generasi muda saat ini dengan preferensi tertentu. Yaitu generasi yang dianggap cenderung ingin menghindari segala bentuk kesulitan dan mencari kenikmatan sebanyak mungkin. Namun, penting untuk diingat bahwa tidak semua orang dalam generasi tersebut memiliki karakteristik yang sama.

Secara umum, ada kecenderungan di kalangan generasi muda saat ini untuk menghindari situasi atau tugas yang dianggap sulit. Menghindari situasi dan tugas yang tidak menyenangkan. Namun cenderung lebih memilih untuk fokus pada pengalaman-pengalaman yang memberikan kepuasan. Juga yang memberi kenikmatan sebanyak mungkin.

Hal ini bisa tercermin dalam gaya hidup yang lebih individualistik dan hedonistik. Seperti, menghabiskan waktu dengan gadget dan media sosial, berbelanja. Atau, nongkrong berkumpul dengan teman-teman untuk bersenang-senang. Di kafe, di pingir pantai, di alun-alun dan pusat keramaian. Juga nongkrong dengan motor atau mobilnya bersama teman-temannya.

Namun, penting untuk diingat bahwa ada banyak faktor yang mempengaruhi perilaku dan karakteristik setiap individu, termasuk generasi muda saat ini. Ada banyak orang muda yang memiliki semangat dan tekad untuk sukses. Mereka berani menghadapi tantangan dan mengatasi kesulitan, serta memiliki tujuan hidup yang jelas dan berkomitmen untuk mencapainya.

Oleh karena itu, tidak tepat untuk secara umum menggeneralisasi seluruh generasi muda sebagai "generasi stroberi" yang hanya mencari kenikmatan semata. Setiap orang memiliki ciri khas dan karakteristik yang berbeda-beda, dan hal ini harus dihargai dan diakui.

"Generasi stroberi" tidaklah homogen dan terlalu stereotipikal

Istilah "generasi stroberi" menggambarkan anak muda yang dianggap merasa memiliki hak istimewa, kurang tangguh, dan terlalu bergantung pada orang tua. Mereka cenderung mudah frustrasi, tidak sabar menghadapi ketidaknyamanan, dan terbiasa dengan kepuasan instan. Sebuah generasi yang nampak rapuh dan tidak tangguh. Mudah menyerah, dan tak realistis harapannya. Namun, tidak semua anak muda memiliki ciri-ciri tersebut, dan setiap generasi memiliki karakteristik uniknya sendiri.

Penerimaan terhadap istilah ini beragam, dengan beberapa orang menggunakan istilah tersebut sebagai gambaran fenomena di kalangan anak muda, sedangkan yang lain mengkritiknya karena terlalu sederhana dan stereotipikal.

Beberapa artikel berita menunjukkan bahwa istilah ini telah memicu diskusi panjang. Khususnya tentang gaya pengasuhan dan tantangan yang dihadapi kaum muda dalam masyarakat saat ini. Namun, ada juga contoh di mana istilah ini digunakan secara negatif atau menghina, yang dapat dianggap tidak adil, atau tidak akurat. Oleh karena itu, penerimaan istilah ini tergantung pada perspektif dan pengalaman individu.

Tidak ada solusi satu ukuran untuk mencegah menjadi bagian dari "generasi stroberi". Namun, beberapa artikel berita menunjukkan bahwa orang tua dapat memainkan peran penting dalam membentuk sikap dan perilaku anak-anak mereka. Mereka dapat menghindari melindungi anak-anak mereka secara berlebihan. Lalu melakukan hal sebaliknya, yaitu mendorong mereka untuk mengambil risiko dan belajar dari kesalahan mereka. Orang tua juga dapat mengajari anak mereka nilai kerja keras, disiplin, dan kepuasan yang tertunda. Penting untuk dicatat bahwa setiap generasi memiliki ciri khasnya masing-masing.

Mengatasi tantangan yang dihadapi oleh "generasi stroberi"

Suka atau tidak suka, siap atau tidak siap, orang tua kini dihadapkan pada godan dan tangtangan tersendiri. Khususnya bagi orang tua yang terlalu sibuk dengan dengan karir dan profesinya. Juga bagi orang tua yang secara ekonomi, punya kelebihan materi.

Untuk mengatasi tantangan yang dihadapi oleh "generasi stroberi", ada beberapa langkah yang dapat dilakukan:

Pertama, tumbuhkembangkan kesadaran beragama dan keimanan. Menumbuhkan kesadaran beragama dan keimanan dapat membantu anak-anak "generasi stroberi" dalam menjalani hidupnya dengan prinsip-prinsip yang baik dan benar, serta memberikan pedoman moral yang kuat dalam menghadapi tantangan hidup. Hal ini juga dapat membantu anak-anak untuk memahami nilai-nilai kehidupan yang lebih dalam, sehingga mereka tidak hanya mengandalkan hak-hak dan keinginan semata, tetapi juga mempertimbangkan tanggung jawab dan konsekuensi atas tindakan mereka.

Kedua, kembangkan akhlak dan karakter kuat.  Selain itu, perlu memastikan bahwa mereka memiliki adab yang baik, karakter yang kuat, serta kesopanan dan kesantunan dalam pergaulan sehari-hari. Dengan demikian, anak-anak dapat belajar untuk menghargai dan menghormati orang lain, serta mengembangkan kemampuan untuk berkomunikasi dengan baik dan beradaptasi dengan situasi yang berbeda.

Ketiga, mendidik ketangguhan. Orang tua dan pendidik dapat membantu generasi muda untuk mengembangkan ketahanan dengan mengajari mereka keterampilan memecahkan masalah, pengaturan emosi, dan kemampuan beradaptasi terhadap perubahan. Termasuk didalamnya membekali literasi digital yang baik dan benar.

Keempat, menumbuhkan disiplin. Disiplin sangat penting untuk membangun karakter dan pengendalian diri. Orang tua dan pendidik dapat menetapkan harapan dan batasan yang jelas bagi generasi muda untuk mengajari mereka tanggung jawab dan akuntabilitas.

Kelima, menumbuhkan pola pikir pertumbuhan. Pola pikir pertumbuhan menekankan keyakinan bahwa kemampuan dan kecerdasan seseorang dapat dikembangkan melalui kerja keras dan dedikasi. Dengan mempromosikan mindset berkembang, orang tua dan pendidik dapat mendorong generasi muda untuk menghadapi tantangan dan memandang kegagalan sebagai peluang untuk berkembang.

Keenam, batasi akses gratifikasi instan. Generasi muda sering terpapar gratifikasi instan melalui media sosial dan teknologi lainnya. Orang tua dan pendidik dapat mendorong mereka untuk melakukan aktivitas yang membutuhkan kesabaran, ketekunan, dan usaha, seperti membaca, olahraga, atau hobi kreatif.

Ketujuh, menumbuhkan tanggung jawab sosial. Kaum muda dapat mengembangkan kesadaran akan tujuan dan makna dengan berkontribusi pada komunitas dan masyarakat. Orang tua dan pendidik dapat mendorong mereka untuk menjadi sukarelawan, menyumbang untuk amal, atau berpartisipasi dalam inisiatif sosial.

Kedelapan, perhatikan pola asuh yang baik dan benar. Untuk mencegah anak menjadi "generasi stroberi", orang tua perlu memperhatikan pola asuh yang diberikan. Beberapa hal yang perlu dihindari adalah selalu mengabulkan permintaan anak. Termasuk didalamnya tidak memberikan uang saku atau jajan, atau hadiah sebagai pengganti waktu bersama. Juga menghindari untuk tidak pernah menghukum anak meskipun anak salah.

Kesembilan, miliki family time yang frekwentif, mendalam dan berkualitas. Kesibukan orang tua, jangan menjadi penghalang untuk memprioritaskan pendidikan dan tumbuh kembang anak dan generasi muda zaman sekarang. Mereka masih membutuhkan perhatian, dialog yang menyenangkan, serta bimbingan dan arahan.

Sebaliknya, orang tua sebaiknya memberikan pola asuh yang demokratis dan memberikan batasan-batasan yang jelas pada anak. Orang tua juga dapat membantu anak untuk belajar mandiri dan bertanggung jawab dengan memberikan tugas-tugas rumah tangga yang sesuai dengan usia dan kemampuan mereka.

Dengan melakukan langkah-langkah tersebut, orang tua dan pendidik dapat membantu generasi muda mengatasi tantangan yang dihadapi oleh "generasi stroberi". Lalu, mengembangkan keterampilan dan kualitas yang diperlukan untuk berhasil dalam hidup.

Kesimpulan

Istilah "generasi stroberi" digunakan untuk menggambarkan fenomena di kalangan anak muda yang dipandang merasa memiliki hak istimewa dan kurang tangguh, terutama di Indonesia dan Taiwan. Faktor pemicu munculnya fenomena ini antara lain keistimewaan yang diberikan oleh orang tua. Seperti overproteksi, kurang disiplin, dan kepuasan instan. Namun, tidak semua anak muda memiliki ciri-ciri tersebut, dan setiap generasi memiliki karakteristik uniknya sendiri.

Sebagai orang tua, penting untuk memberikan asuhan yang tepat. Yaitu memberi anak muda kesempatan untuk belajar dan berkembang dengan cara yang sehat dan positif. 

Selain itu, penting juga untuk menghindari melakukan generalisasi dan stereotip. Khususnya menganggap seluruh generasi muda sebagai "generasi stroberi" yang hanya mencari kenikmatan semata. Setiap orang memiliki ciri khas dan karakteristik yang berbeda-beda, dan hal ini harus dihargai dan diakui.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Parenting Selengkapnya
Lihat Parenting Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun