Marah dan marah-marah itu jelas berbeda. Marah itu ekspresi, sementara marah-marah itu emosi negatif yang diluapkan dengan ekspresi emosional dan relatif berlangsung cukup lama. Sebagai pemimpin, tentu saja marah dalam takaran dan timing yang tepat memang perlu. Namun marah-marah, jelas harus dihindari.
"Marah" bisa saja dilakukan saat seorang pemimpin ketika situasi yang dihadapi tidak sesuai dengan yang diharapkannya. Emosi ini dapat memotivasi pemimpin untuk bertindak dan mengambil keputusan yang tepat untuk mengatasi masalah. Sedangkan kalau "marah-marah", itu biasanya karena perilaku pemimpin yang sering mengeluarkan kemarahan secara berlebihan, tanpa kendali. Biasanya di depan publik. Perilaku ini jelas dapat berdampak negatif. Baik bagi kinerja tim, maupun dapat memperburuk hubungan di tempat kerja.
Kepemimpinan Emosional: Mengenali dan Mengelola Emosi untuk Meningkatkan Produktivitas dan Kinerja
Dalam konsep kepemimpinan emosional, penting bagi pemimpin mengenali dan mengelola emosi, termasuk marah, untuk menciptakan lingkungan kerja yang positif dan produktif. Marah berlebihan dapat membuat tim tidak nyaman dan menurunkan produktivitas.
Kepemimpinan emosional melibatkan kemampuan mengenali dan mengelola emosi sendiri serta orang lain, dan dapat membantu meningkatkan profesionalitas pimpinan dan daya saing perusahaan. Pemimpin yang memiliki kecerdasan emosi yang baik dapat menginspirasi dan mengelola emosi organisasi, serta mengatasi tekanan pekerjaan dan menjaga kinerja.
Cara cerdas untuk mengendalikan emosi negatif adalah dengan mengenali dan memahami penyebabnya. Kepemimpinan yang marah-marah di depan publik dapat menimbulkan penilaian negatif dan kontraproduktif, sehingga perlu dihindari. Perilaku kerja yang kontraproduktif dapat menghambat tujuan organisasi dan mengurangi produktivitas.
Mengenal dan Mengatasi Emosi MarahÂ
Emosi marah adalah perasaan intens yang timbul karena kejadian atau seseorang yang membuat tidak nyaman. Tanda-tanda fisik seperti detak jantung dan napas cepat dapat menunjukkan kemarahan. Namun, cara mengidentifikasi emosi marah pada setiap individu bisa berbeda-beda.
Penyebab dan pemicu marah bervariasi, seperti merasa diremehkan, diperlakukan tidak adil, disakiti, terancam, diserang, atau gagal. Marah juga dapat disebabkan oleh harga diri yang melambung, gaya hidup narsisistik, perfectonis serta temperamen mudah marah. Oleh karena itu, penting untuk mengenali penyebab dan pemicu emosi marah agar dapat mengatasinya dengan tepat.
Proses terjadinya marah melibatkan faktor emosi, pemikiran, dan perilaku. Lingkaran marah dapat dipatahkan dengan mengidentifikasi dan mengubah faktor-faktor yang memicu reaksi marah. Faktor-faktor ini termasuk harga diri yang melambung, gaya hidup narsisistik, perfectonis, stres, dan kondisi emosi yang intens.