Sebelum diterapkan secara luas, program Merdeka Belajar telah disosialisasikan dan disesuaikan dengan Kurikulum Merdeka. Pemerintah juga memperkuat siswa dan tenaga pengajar melalui berbagai bantuan pendidikan serta memberikan otoritas pengelolaan pendidikan kepada sekolah dan pemerintah daerah.
Selain program Merdeka Belajar, pemerintah juga memperkenalkan empat pilar literasi teknologi informasi dan komunikasi sebagai bagian dari transformasi digital. Pilar-pilar tersebut mencakup digital skill, digital culture, digital ethics, dan digital safety. Pemerintah memberikan pendampingan konsultatif dan asimetris, penguatan SDM sekolah, pembelajaran paradigma baru, dan perencanaan berbasis data bagi sekolah penggerak.
Peran guru dan orang tua siswa sangat penting dalam pembangunan karakter siswa. Melibatkan siswa dan guru secara aktif dalam proses belajar-mengajar diharapkan dapat meningkatkan kualitas pendidikan.
Kemendikbudristek terus melakukan upaya untuk memperkuat pilar pendidikan dengan mengembangkan sistem pendidikan nasional. Diharapkan, melalui program Merdeka Belajar dan literasi teknologi informasi, masyarakat Indonesia dapat memperoleh akses dan kualitas pendidikan yang lebih baik.
Dukungan Dan Kritik Terhadap Kurikulum Merdeka Sebagai Solusi Krisis Pembelajaran
Kurikulum Merdeka telah menjadi solusi bagi krisis pembelajaran di Indonesia dan mendapatkan dukungan dari berbagai pihak. Untuk memastikan keberhasilannya, Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi menyediakan alat peraga, pelatihan, dan sumber belajar bagi guru, kepala sekolah, dan siswa. Kurikulum ini dirancang dengan sederhana, memberikan keleluasaan bagi lembaga pendidikan untuk berinovasi, dan dapat diimplementasikan dengan menggerakkan komunitas belajar.
Meskipun mendapat kritik dari beberapa pihak, Kurikulum Merdeka tetap dianggap sebagai alternatif yang efektif dalam mengatasi krisis pembelajaran. Beberapa kritikus berpendapat bahwa penyederhanaan isi pembelajaran tidak akan cukup meningkatkan kualitas pendidikan, namun para pendukung berpendapat bahwa Kurikulum Merdeka akan mengurangi beban guru dan mempromosikan pembelajaran berbasis proyek.
Dalam rangka mengimplementasikan Kurikulum Merdeka dengan baik, diperlukan dukungan dari berbagai pihak dan praktik yang baik. Komunitas belajar yang terdiri dari guru, orang tua, dan siswa dapat menjadi salah satu praktik yang efektif dalam memastikan keberhasilan Kurikulum Merdeka. Meskipun masih ada kritik yang perlu diatasi, Kurikulum Merdeka memberikan alternatif baru bagi lembaga pendidikan untuk mengatasi krisis pembelajaran di Indonesia dan memberikan dampak positif bagi dunia pendidikan di Indonesia.
Kesimpulan
Kurikulum Merdeka dan Merdeka Belajar adalah kebijakan dari Kemendikbudristek untuk mengembangkan sistem pembelajaran yang lebih fleksibel dan adaptif. Kurikulum Merdeka bertujuan untuk memulihkan ketertinggalan pembelajaran akibat pandemi Covid-19. Yaitu dengan memberikan kebebasan kepada guru dalam menentukan metode pembelajaran yang sesuai dengan kebutuhan siswa.
Sementara itu, Kurikulum Merdeka Belajar merupakan pengembangan dari Kurikulum 2013. Sistem pembelajaran dalam kurikulum ini berbasis proyek tertentu (Project Based Learning) dan lebih menekankan pada kemandirian siswa dalam belajar.