Media sosial telah menjadi bagian tak terpisahkan dari kehidupan kita. Dalam era digital saat ini, penggunaan media sosial menjadi hal yang sangat populer. Salah satu fitur dari media sosial adalah status, yang memungkinkan pengguna untuk membagikan informasi, pemikiran, dan pengalaman mereka dengan orang lain.
Sayangnya, fitur ini juga dapat menjadi tempat untuk pamer dan memamerkan kehidupan kita kepada orang lain. Pamer di media sosial tidak hanya merusak hubungan sosial, tetapi juga dapat berdampak negatif pada kesehatan mental.
Â
Penting Dibahas Karena Jadi Fenomena dan Membahayakan Diri dan Orang Lain
Pamer di media sosial telah menjadi perilaku yang semakin umum terjadi. Banyak orang merasa perlu untuk memamerkan kehidupan mereka di media sosial agar merasa diakui dan dihargai oleh orang lain. Namun, ini dapat menjadi suatu yang berbahaya bagi diri sendiri maupun orang lain. Kita perlu memiliki pemahaman yang lebih baik tentang bahaya pamer dalam penggunaan media sosial dan status. Hal ini diharapkan dapat membantu kita untuk menghindari perilaku tersebut dan menjaga kesehatan mental kita.
Dalam kesempatan ini, saya ingin berbagi mengenai "Pamer di Status dan di Media Sosial : Bahaya Pamerria dalam Era Digital dalam Perspektif Psikologi Sosial".
Fenomena Pamer, Pamerria atau Flexing Di Media Sosial
Pamerria pada dasarnya adalah perilaku menampilkan diri yang eksibisionis dan sering kali mengarah pada "pengejaran likes" atau pengakuan dari orang lain di media sosial. Namun, meskipun terlihat seperti perilaku yang sepele, pamerria dapat mempengaruhi kesehatan mental seseorang.
Dalam psikologi sosial, ada teori yang disebut "social comparison theory". Teori ini menyatakan bahwa manusia secara alami cenderung membandingkan diri mereka dengan orang lain di sekitarnya. Di era digital, ini dapat mengarah pada perasaan tidak adekuat atau kurang bahagia. Khususnya ketika melihat orang lain memamerkan kehidupan yang tampak lebih baik atau lebih glamor di media sosial.
Selain itu, pamerria juga dapat memperburuk masalah sosial seperti kesenjangan ekonomi dan kecemburuan sosial. Khususnya bagi orang yang tidak mampu membeli barang-barang mewah atau melakukan perjalanan yang mahal. Mungkin mereka merasa tidak cukup baik atau gagal karena mereka tidak dapat memamerkan hal yang sama di media sosial. Hal ini dapat meningkatkan perasaan cemburu dan tidak puas dengan hidup mereka sendiri.