Mengapa Seseorang Suka Pamer Kekayaan dan Kemewahan?
Fenomena pamer dan gaya hidup hedon seringkali terjadi pada remaja dan anak muda. Ada beberapa faktor penyebab yang menjadi latar belakang perilaku ini:
Pertama, kebutuhan akan pengakuan, status sosial dan keinginan untuk dianggap sebagai orang penting. Kekayaan dianggap sebagai alat untuk memperoleh pengakuan dari orang lain.
Kedua, kebutuhan untuk menunjukkan kesuksesan atau prestasi, dan citra akan sebuah kebahagiaan.
Ketiga, gaya hidup dan budaya materialistik yang mendorong konsumsi berlebihan. Materialisme dan konsumsi berlebihan dianggap sebagai norma atau bahkan dihargai dalam beberapa kelompok sosial. Rasa superioritas itu mereka tunjukkan dalam gaya hidup yang mahal, mewah dan "wah".
Terakhir, rasa tidak aman atau tidak puas dengan diri sendiri. Jadi pelampiasannya, pada kebiasaan pamer ini dan itu, disana sini.
Namun, perlu diingat bahwa kebiasaan memamerkan apa pun tidak selalu membawa kebahagiaan atau kepuasan hidup yang sebenarnya. Kedermawanan, kebersamaan, dan kerendahan hati seringkali lebih berharga dan memberikan kebahagiaan yang lebih tahan lama.
Oleh karena itu, penting untuk menghargai nilai-nilai ini daripada terus menerus memamerkan ini dan itu.
Merendahkan Diri dan Tidak Pamer: Ajaran Agama yang Mengajarkan Kebijaksanaan
Dalam ajaran agama, pamer dianggap sebagai tindakan yang buruk dan tidak dianjurkan. Dalam sejarah umat manusia, rasanya tidak ada Nabi yang suka pamer. Para nabi justru mendorong umatnya untuk merendahkan diri. Bersikap sederhana dan hidup bersahaja. Juga tidak memperlihatkan kekayaan atau prestasi yang dimilikinya untuk tujuan pamer atau mencari perhatian.
Keinginan untuk pamer adalah keinginan untuk merasa lebih baik baik dari orang lain. Namun, Tuhan sudah mengingatkan bahwa orang yang suka memamerkan hanya akan memperoleh kehinaan. Juga siksa di akhirat. Tuhan sudah mengingatkan bahwa kehidupan dunia ini hanyalah permainan dan senda gurau saja. Dunia ini hanyalah perhiasan semata dan sementara.Â