Nak, di dalam hatiku terdapat suatu kerinduan yang tak terucapkan. Seperti terikat oleh sebuah kekuatan yang tak kasat mata, yang membuatku merindukan suatu yang lebih besar dari diriku sendiri. Dan kemudian aku menyadari, bahwa kerinduan itu sebenarnya adalah kerinduan untuk meraih cita-cita dan impian-impian yang tertinggi.
Nah, carilah dan hadiri banyak kajian para ulama salaf. Rindukanlah nasihat-nasihatnya. Bila ada, dapatkan dan pelajari buku-bukunya. Bagi ayah, pemikiran dan karya-karya ulama salaf selalu saja mengandung keindahan. Sungguh itu membuatku semakin yakin, bahwa kata-kata indah dan tulus adalah senjata yang ampuh. Untuk menggugah hati, dan membangkitkan semangat manusia. Bahkan seiring waktu, ilmu dan nasihatnya akan menjadi karya yang bernilai dan abadi.
Namun, bagaimanapun juga, kata-kata indah dan tulus saja tidaklah cukup. Diperlukan juga usaha, ketekunan, dan dedikasi untuk meraih cita-cita dan impian luhur dan mulia. Gigih dan persistenlah mengumpulkannya. Begitu juga dengan usaha yang kita lakukan. Walau lambat, namun pasti akan tercapai jika kita terus berusaha dan berjuang tanpa kenal lelah.
Oleh karena itu, jangan sia-siakan masa muda yang kau miliki. Jadilah seperti Rasulullah yang memahami betapa berharganya masa muda ini. Gunakanlah waktu dan tenagamu dengan bijak untuk meraih apa yang telah menjadi impianmu. Dan jangan lupa, bahwasanya kata-kata indah dan tulus hanyalah sebatas wadah untuk memancarkan semangat dan tekadmu dalam meraih mimpi-mimpi terbesarmu.
Nasihat Rasullah untuk Anak Muda
Nak, masa mudamu adalah masa yang kuat dan giat. Mungpung raga dan inderamu sehat, tenagamu kuat, waktumu sempat, bersungguh-sungguh dan seriuslah untuk taat.
Rasulullah SAW sungguh memberi perhatian khusus pada anak muda dan generasi muda. Bobotnya tinggi, urgensinya besar, dan perannya sangat penting. Yaitu  bergegas memanfaatkan masa muda dan memperingatkan agar tidak menyia-nyiakan.
Rasulullah wanti-wanti agar anak muda menggunakan "Masa mudamu sebelum masa tuamu". Di kesempatan lain, Rasulullah pun mengulangnya kembali, "Telapak kaki anak Adam tidak akan beranjak pada Hari Kiamat dari sisi Tuhannya sehingga di ditanya lima perkara". Diantaranya "tentang masa mudanya, untuk apa dia lewatkan".
Selengkapnya, Rasulullah menasehati kita agar kita menggunakan lima perkara sebelum datang lima perkara. "Masa mudamu sebelum masa tuamu, sehatmu sebelum sakitmu, kayamu sebelum miskinmu, sempatmu sebelum sibukmu, dan hidupmu sebelum matimu." Kelak setiap manusia tanpa terkecuali, akan ditanya. "Tentang umurnya, untuk apa dia habiskan. Tetang masa mudanya, untuk apa dia lewatkan. Tentang hartanya, dari mana di mandapatkannya dan untuk apa dia membelanjakannya. Dan tentang ilmunya, apa yang dia lakukan dengannya".
Selain itu, Rasulullah juga berpesan agar anak muda untuk mempelajari ilmu agama, bersabar atas gangguan masyarakat, menaati perintah dan menjauhi larangan-Nya, melakukan tazkiyatun nufus (pensucian jiwa), memperkuat disiplin diri, berbuat baik kepada orang lain, tidak memandang rendah setiap muslim, dan menghindari inovasi yang mengganggu (disruptive innovation).
Ayah Titip Adikmu...
Dalam kehidupan, setiap manusia adalah guru dan murid sekaligus. Namun, sebagai orang yang lebih dewasa dan berpengalaman, kita memiliki tanggung jawab yang lebih besar untuk memberi pengajaran dan mengarahkan generasi muda ke jalan yang benar.
Rasulullah SAW adalah teladan yang sempurna dalam memberikan pengajaran kepada umatnya. Beliau selalu memberi perhatian khusus pada adikmu dan anak-anak muda di sekelilingnya, mengajarkan mereka dengan kelembutan, kasih sayang, dan kecintaan. Beliau juga memberi contoh dalam membuka majelis ilmu, tempat di mana para pengajar dan murid dapat berkumpul untuk belajar bersama dan memperkaya pengetahuan mereka.
Oleh karena itu, sebagai manusia yang hidup di zaman modern ini, kita pun memiliki tanggung jawab yang sama untuk menjaga dan mengembangkan tradisi pengajaran dan pendidikan yang telah ditanamkan oleh Rasulullah. Kita harus memberi perhatian pada adikmu dan anak-anak muda di sekeliling kita, dan mengajarkan mereka dengan penuh kelembutan, kasih sayang, dan kecintaan.
Sebagai sumber hikmah, kita harus memimpin dengan contoh yang baik dan memberikan pengajaran yang bermutu. Kita harus membuka majelis ilmu dan memberi kesempatan kepada generasi muda untuk berkumpul dan belajar bersama-sama. Kita harus menjadi teladan bagi mereka dan membimbing mereka ke arah yang benar. Sebab, pada akhirnya, adikmu dan anak-anak muda ini adalah generasi penerus yang akan melanjutkan misi Rasulullah dalam menyebarkan ilmu dan dakwah kepada umat manusia.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H