Pagi ini, untuk pertama kalinya pot bunga yang ada di depan rumah indah berbunga. Bunga anggrek dari Rajapolah Tasikmalaya. Sapaan pagi bunga anggrek Rajapolah ini indah terasa. Saya katakan indah, karena sejauh ini saya baru belajar apa arti kata indah itu sendiri justru dari pedagang bunga.
Pedagang bunga adalah sosok yang sering terlupakan dalam kehidupan sehari-hari kita. Namun, jika kita memperhatikan dengan seksama, mereka sebenarnya menyimpan pelajaran yang sangat berharga tentang keindahan ciptaan Tuhan.
Salah satu hal yang paling menarik dari pedagang bunga adalah cara mereka menghadapi setiap hari dengan penuh semangat. Mereka bangun pagi-pagi sekali untuk mengejar bunga-bunga terbaik di pasar, merawat dan menyusun bunga-bunga dengan sangat teliti, dan akhirnya menjualnya dengan senyuman yang sincer. Mereka melakukan semua ini dengan satu tujuan : untuk menyajikan keindahan ciptaan Tuhan kepada konsumen mereka. Kisah pedagang bunga ini menyadarkan saya akan pentingnya menyadari keindahan ciptaan tuhan
Begini ceritanya...
Saat saya mengantar istri beli bunga, iseng-iseng saya bincang-bincang ringan ama pedahang bunga di jalan baru lingkar luar Maleber Cianjur.
"Kang, apa rahasianya akang bisa merawat bunga yang begitu banyak ini jadi bagus-bagus dan indah-indah ?"
Akang pedagang bunga ini hanya tersenyum. Beberapa detik senyumnya ia pertahankan di bibirnya. Dari garis-garis mata dan mikro ekspresi wajahnya, jelas nampak senyumnya itu senyum penuh kerendahhatian dan kesantunan.
Lantas, ia menjawab : "Biasa aja Pak, tak ada yang istimewa dalam merawat bunga. Bunga dan tanaman kita ini akan indah, segar dan bagus, kalau kita mencintai mereka sepenuhnya. Indahkan dulu hati kita, segarkan dulu jiwa kita, dan baguskan dulu sikap dan perilaku kita padanya, maka bunga dan tanaman itu akan indah, segar dan bagus dengan sendirinya. Semangat hidup kita, juga bisa tercermin dari apa yang kita rawat."
Jleb, saya terdiam. Sesederhana itu. Betapa hebatnya pedagang ini berfilosofi. Setengah tak percaya, kekepoan saya jadi membahana.
"Lantas, caranya gimana Kang, untuk itu ?", tanya saya penasaran.