Kemarin, saya berbagi tulisan kepada sahabat di WA mengenai anak muda lebih suka WFH. Saya share tulisan saya di Kompasiana yang berjudul "Mengapa anak muda ogah WFO ?".
Lantas, ia merespon dengan bertanya : "WFH akan membentuk karakter seperti apa ya Mas, sepertinya tidak semuanya positif...."
Beberapa saat saya loading. Saya jawab langsung : "Hm.... jadi PR nih. Ke, urang lenyepan heula. Pertanyaan yg tajem nih !" (Hm... jadi pekerjaan rumah nih. Ntar, saya hayati dulu. Pertanyaan yang tajam nih !")
Lalu, saya tambahkan : "Sekilas, mereka jadi kurang kegigihannya, EQ nya juga pas-pasan. Adab & kesantunan pun alakadarnya. Itu yang saya lihat sekarang. "
Koq, bisa ?
Kecanggihan dan kemudahan teknologi dapat memberikan beberapa dampak positif dan negatif bagi generasi muda. Positifnya banyak, namun negatifnya tidak sedikit. Dengan kemanjaan dan dimanjakan teknologi informasi, mereka jadi dininabobokan oleh teknologi informasi itu sendiri. Semua seolah bisa jadi cepat, mudah, dan sederhana. Karena hal ini pula, seolah waktu mereka sangatlah berharga dan selalu dikejar waktu jadinya.
Kembali ke soal WFH, ada sejumlah manfaat positif WFHÂ dari yang bisa didapat dari orang yang lebih suka atau memilih untuk WFH. Diantaranya :
* Akses informasi. Generasi muda dapat dengan mudah mengakses berbagai informasi melalui internet, sehingga dapat memperluas pengetahuan dan wawasannya.
* Konektivitas. Teknologi dapat membuat generasi muda lebih mudah berkomunikasi dan terhubung dengan teman dan keluarga di seluruh dunia.
* Kreativitas. Generasi muda dapat mengeksplorasi potensi kreatifnya melalui penggunaan aplikasi editing foto, video, dan musik.
* Produktivitas. Generasi muda dapat meningkatkan produktivitasnya melalui penggunaan alat bantu seperti aplikasi pengelola tugas dan jadwal.
Manfaat lain dari WFH adalah fleksibilitas waktu dan tempat kerja, yang memungkinkan individu untuk mengatur jadwal kerja mereka sendiri dan menyesuaikan dengan kebutuhan pribadi dan keluarga. Ini dapat meningkatkan kesejahteraan dan kesehatan mental, serta mengurangi stres yang diakibatkan oleh perjalanan ke tempat kerja. Selain itu, WFH dapat mengurangi biaya transportasi dan membantu mengurangi polusi udara.
Sedangkan dampak negatif WFH pun tidak sedikit, dan harus disadari sepenuhnya dan diantisipasi :
* Ketergantungan. Generasi muda dapat menjadi terlalu tergantung pada teknologi, sehingga kurang mampu mengatasi masalah tanpa bantuan teknologi.
* Masalah kesehatan. Penggunaan teknologi yang berlebihan dapat menyebabkan masalah kesehatan seperti masalah mata, sakit punggung, dan obesitas.
* Masalah sosial. Generasi muda dapat mengalami masalah sosial seperti kurangnya interaksi sosial, isolasi, dan masalah keamanan online.
* Masalah keamanan. Generasi muda dapat menjadi korban cyberbullying, phishing, dan hacking.
Dampak negatif lain dari WFH adalah kesulitan dalam membedakan antara waktu kerja dan waktu pribadi, yang dapat menyebabkan burnout dan kelelahan mental.Â
Selain itu, WFH dapat menyebabkan kesulitan dalam mempertahankan koneksi dan kolaborasi dengan rekan kerja, tepatnya kesulitan dalam berkomunikasi dengan rekan kerja secara efektif. Sementara potensi kesulitan lainnya adalah kesulitan dalam mengakses sumber daya dan informasi yang diperlukan untuk bekerja.
Ada juga masalah privasi di rumah yang menjadi halangan bagi beberapa orang dalam bekerja dari rumah. WFH juga dapat menyebabkan kesulitan dalam menjaga kesehatan mental dan fisik karena kurangnya gerak dan interaksi sosial yang cukup. Beberapa keterbatasan, seperti kesulitan dalam membuat batas antara pekerjaan dan kehidupan pribadi, juga dirasakan oleh sejumlah orang-orang tertentu. Belum lagi yang tinggal di area "pedalaman digital", mereka punya masalah koneksi internet yang buruk.
Waspadai, Ada Dampak Karaker Yang "Terbentuk" Karena WFH Ini!
Karakter WFH yang terbentuk dari teknologi ini dapat beragam bentuknya, tergantung dari bagaimana individu mensikapi dan menggunakan teknologi tersebut. Namun pada umumnya, generasi muda yang terlalu tergantung pada teknologi dapat menjadi kurang mandiri, kurang kreatif, kurang mampu beradaptasi dengan lingkungan, dan kurang mampu mengatasi masalah tanpa bantuan teknologi.
Kabar buruknya, WFH yang berlebihan juga dapat menyebabkan karakter yang kurang baik seperti:
* Kurangnya disiplin kerja, karena individu tidak ada atasan yang mengawasi kerja mereka.
* Kurangnya keterampilan sosial, karena individu kurang berinteraksi dengan rekan kerja dan lingkungan kerja.
* Kurangnya keterampilan manajemen waktu, karena individu lebih mudah terganggu oleh hal-hal pribadi dan kurang disiplin dalam mengatur waktu kerja.
* Kurangnya keterampilan komunikasi, karena individu lebih banyak berkomunikasi melalui teknologi daripada melalui komunikasi tatap muka.
Sebagai tambahan, WFH juga dapat menyebabkan kesulitan dalam membedakan batas antara pekerjaan dan kehidupan pribadi, yang dapat menyebabkan konflik dalam keluarga, atau bahkan menyebabkan masalah kesehatan mental.
Pilihlah Sikap yang Tepat Seperti Ini : Sikap Terbaik WFH !
Saran terbaik, pastikan beberapa sikap positif dan konstruktif ini bisa dan harus diambil sebelum memutuskan untuk bekerja secara WFH. Yaitu :
1. Memastikan bahwa fasilitas teknologi yang dibutuhkan untuk WFH tersedia dan dalam kondisi baik.
2. Membuat jadwal kerja yang jelas dan disiplin, dan membuat batas waktu yang jelas antara waktu kerja dan waktu pribadi.
3. Menyediakan lingkungan kerja yang nyaman dan bebas distraksi di rumah.
4. Menjaga komunikasi yang efektif dengan rekan kerja dan atasan, untuk menjaga aliran informasi dan koordinasi kerja tetap lancar.
5. Membuat rencana untuk menjaga kesehatan fisik dan mental, misalnya dengan berolahraga secara teratur, menjaga pola makan yang sehat, dan menjaga interaksi sosial yang cukup.
6. Melakukan monitoring dan evaluasi terhadap kinerja dan produktivitas.
7. Membuat batasan yang jelas antara kerja dan kehidupan pribadi, seperti me-log out dari aplikasi kerja setelah jam kerja selesai
Beberapa sikap diatas setidaknya akan mampu mengurangi dampak negatif yang mungkin timbul dan memastikan produktivitas dan kesejahteraan tetap terjaga. Tak hanya itu beberapa sikap dibawah ini juga perlu dipertahankan untuk memastikan WFH dilakukan dengan baik, tepat, dan sempurna. Antara lain :
8. Menjaga konsistensi dalam kerja, menjaga kualitas kerja yang sama dengan saat bekerja di kantor.
9. Membuat daftar tugas yang jelas dan prioritas yang jelas, untuk memastikan tugas-tugas penting dikerjakan lebih dahulu.
10. Membuat target kerja harian, mingguan dan bulanan yang jelas, untuk memastikan tujuan kerja dicapai.
11. Membuat rutinitas kerja yang jelas, seperti jam kerja, jam istirahat, dll, agar dapat menjaga konsistensi dalam kerja.
12. Menjaga interaksi sosial yang cukup dengan rekan kerja, atasan, dan lingkungan kerja lainnya, untuk memastikan koordinasi dan komunikasi kerja tetap lancar.
13. Menjaga komunikasi dengan keluarga dan teman, untuk menjaga kesehatan mental dan menghindari isolasi sosial.
14. Melakukan evaluasi diri secara teratur, untuk mengevaluasi kinerja dan produktivitas, dan mengevaluasi apakah rencana kerja yang dibuat sudah sesuai dengan kondisi sebenarnya.
Akhirnya, kunci dari semua itu adalah sikap kita untuk mensikapi dengan cara yang tepat. Artinya, semua sikap-sikap diatas harus diterapkan secara konsisten dan disiplin, agar WFH dapat dilakukan dengan baik, tepat, dan sempurna. Oleh karena itu, perlu diingat bahwa WFH harus dilakukan dengan bijak dan disiplin, dengan menjaga keseimbangan antara pekerjaan dan kehidupan pribadi.
Anak muda, bijaklah ber-WFH. Tidak semua masalah bisa diselesaikan dengan baik, tepat dan sempurna semua secara online dari rumah. Dunia nyata harus dihidupkan agar hidupmu tercerahkan. Generasi muda yang menggunakan teknologi dengan bijak dapat menjadi lebih produktif, kreatif, terhubung dengan dunia luar, dan mampu mengatasi masalah dengan baik.Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H