Mohon tunggu...
Agung MSG
Agung MSG Mohon Tunggu... Wiraswasta - Insan Pembelajar

Agung MSG adalah seorang trainer dan coach berpengalaman di bidang Personal Development dan Operasional Management, serta penulis buku: Be A Rich Man (Pustaka Hidayah, 2004), Retail Risk Management in Detail (IMan, 2010), dan The Prophet Natural Curative Secret – Divinely, Scientifically and Naturally Tested and Proven (Nas Media Pustaka, 2022). Aktif mengajar di Komunitas E-Flock Indonesia di 93 kota di 22 provinsi di Indonesia, serta memberikan pelatihan online di Arab Saudi, Ghana, Kamboja, Qatar, dan Thailand. Agung juga dikenal sebagai penulis lepas di berbagai majalah internal perusahaan, blogger di Medium.com, dan penulis aktif di Kompasiana.com. Dengan pengalaman memberikan pelatihan di berbagai asosiasi bisnis, kementerian, universitas, sekolah, hingga perusahaan publik di 62 kota di Indonesia, Agung MSG mengusung filosofi hidup untuk mengasihi, menyayangi, berbagi, dan berkarya mulia. @agungmsg #haiedumain email: agungmsg@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Worklife Pilihan

Lucu, Memecat Karyawan Menggunakan Isu Pandemi!

6 Januari 2023   09:46 Diperbarui: 6 Januari 2023   16:19 212
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Perubahan peta bisnis di era multi disruptif ini sunggur luar biasa. Banyak hal yang harus disikapi dengan benar, tepat dan komprehensif oleh seorang pimpinan perusahaan. Perubahan sekarang adalah perubahan yang hiperkompetitif, ekstrim, mendasar, membahayakan, akseleratif, tak terpola, dan tak terduga. Disingkat dengan sederhana jadi HEMMATT.

Tak sedikit perusahaan yang selama ini kita kenal besar dan ternama, atau dijadikan perusahaan start-up yang dipuja-puja, namun saat pendemi melakukan restrukturisasi atu PHK besar-besaran. Pertanyaan para CEO, para pimpinan perusahaan hingga akademisi seolah punya pertanyaan yang sama :

"Bagaimana cara mendapatkan model bisnis yang tepat, lalu menselaraskan dengan peta bisnisnya dan sekaligus melakukan transformasi organisasi ?"

Ini pertanyaan yang sungguh tidak mudah. Perlu ada tim khusus untuk menjawab pertanyaan itu. Namun sedikit berguyon, seorang dosen S3 ilmu administrasi bisnis di universitas negeri ternama bercanda. "Itu perusahaan bukan rugi, tapi ia menggunakan isu pandemi untuk memecat karyawan-karyawannya yang tidak bersikap baik dan tidak produktif". Beneran, itu lucu kesannya. Ada perusahaan memecat karyawan menggunakan isu pandemi. Katanya, dampak pandemi itu begitu lama, panjang dan mendalam bagi perusahaan. Dengan alasan terkena dampak pandemi yang begitu panjang, perusahaan menumpang isu pasca pandemi untuk mem-PHK karyawannya. Dan masyarakat percaya itu, padahal itu semata karena gagalnya transformasi organisasi dan transformasi digital dilakukan di perusahaan itu.

Kita tahu, perubahan peta bisnis adalah perubahan yang terjadi dalam struktur bisnis suatu perusahaan, seperti perubahan strategi, produk atau jasa yang ditawarkan, atau pasar yang dituju. Atau gabungan dua atau lebih unsur-unsur itu sekaligus.

Sikapi Perubahan Peta Bisnis dengan Benar

Sebagai top leader, ada beberapa cara yang dapat Anda lakukan untuk menghadapi perubahan peta bisnis di era yang serba eskalatif ini :

Pertama, identifikasi dengan jelas perubahan yang terjadi. Pastikan Anda mengerti dengan jelas apa yang menjadi penyebab perubahan peta bisnis dan bagaimana perubahan tersebut akan mempengaruhi bisnis Anda.

Sebagai contoh, ada pengamat yang mengingatkan bahwa penggunaan model bisnis canvas, bisa jadi kurang relevan lagi. Akhirnya, model bisnis yang sesuai perubahan ekskalatif ini terus dicarikan yang lebih presisi dan lebih tepat lagi.

Kedua, buat rencana aksi yang sesuai. Setelah mengidentifikasi perubahan peta bisnis, buat rencana aksi yang sesuai untuk menghadapinya. Pastikan rencana aksi tersebut memperhitungkan tujuan bisnis Anda, sumber daya yang tersedia, dan potensi risiko yang mungkin terjadi. Pekerjaan ini adalah pekerjaan yang berat. Tak ada salahnya, untuk tahapan ini jasa konsultan bisa dilibatkan. Baik dari mantan pimpinan yang sudah keluar perusahaan, atau juga praktisi sukses yang terlahir dari industry yang sejenis.

Ketiga, konsultasikan dengan tim Anda. Jangan ragu untuk meminta masukan dan saran dari tim Anda terkait bagaimana perubahan peta bisnis tersebut harus dihadapi. Mereka mungkin memiliki ide-ide yang berguna dan akan lebih mudah menerima perubahan jika terlibat dalam proses pembuatan keputusan.

Ada banyak contoh atau kasus yang menarik, dimana masalah CEO dapat dipecahkan oleh seorang pekerja level bawah lapangan. Itu terjadi, karena CEO terjun langsung check, recheck dan crosscheck masukan di lapangan. CEO yang baik adalah CEO yang selalu terhubung baik dengan jajaran dibawahnya. Sebuah riset menemukan, waktu yang diinvestasikan CEO kepada karyawan level menengah dan level bawah itu tak lebih dari 20%.  

Keempat, komunikasikan perubahan kepada semua pihak yang terkait. Pastikan semua pihak yang terkait, seperti karyawan, pelanggan, dan pemasok, mengetahui perubahan yang terjadi dan bagaimana perubahan tersebut akan mempengaruhi bisnis Anda. Jelaskan dengan jelas alasan perubahan tersebut dilakukan dan bagaimana perubahan tersebut akan memberikan keuntungan bagi bisnis Anda di masa depan.

Kelima, jadikan perubahan sebagai kesempatan untuk tumbuh dan berkembang. Jangan takut terhadap perubahan, tetapi lihatlah perubahan tersebut sebagai kesempatan untuk tumbuh dan berkembang. Carilah peluang-peluang baru yang muncul dari perubahan tersebut dan manfaatkan peluang tersebut untuk mengembangkan bisnis Anda.

Hanya saja, kenyataan yang ada sekarang untuk mengorkestrakan perubahan atau "mengakulturasikan" peta bisnis dengan transformasi organisasi tidaklah mudah. CEO mendapat tantangan sekaligus tekanan bagaimana memahami perubahan peta bisnis di satu sisi, dan secara bersamaan harus juga memahami bagaimana transformasi organisasi dilakukan.

Saran terbaik untuk ini adalah lakukan saja apa yang bisa dilakukan dan mengubah keadaan. Transformasi digital memang sangatlah mahal dan cukup memawan waktu, namun Anda bisa mengakselerasi transformasi organisasi selain digitalisasi.

Transformasi Organisasi Selain Digitalisasi

Selain digitalisasi, ada beberapa cara lain yang dapat Anda lakukan untuk mengakselerasi transformasi organisasi, di antaranya:

1. Review ulang visi, misi, dan tujuan organisasi. Pastikan bahwa visi, misi, dan tujuan organisasi masih relevan dengan kondisi saat ini dan sesuai dengan kebutuhan pasar.

2. Renovasi struktur organisasi. Jika diperlukan, lakukan renovasi struktur organisasi untuk memastikan bahwa organisasi Anda memiliki struktur yang tepat untuk mencapai tujuan dan mampu menghadapi perubahan.

3. Pelatihan dan pengembangan karyawan. Pastikan bahwa karyawan Anda memiliki keterampilan yang diperlukan untuk mendukung transformasi organisasi. Berikan pelatihan dan pengembangan yang tepat untuk membantu mereka mengembangkan keterampilan tersebut.

4. Implementasi sistem manajemen yang efektif. Pastikan bahwa organisasi Anda memiliki sistem manajemen yang efektif yang dapat mendukung transformasi organisasi. Sistem manajemen yang efektif akan membantu meningkatkan efisiensi dan efektivitas organisasi.

5. Tingkatkan kolaborasi, komunikasi dan soliditas team. Pastikan bahwa terdapat kolaborasi dan komunikasi yang efektif di antara semua unit di organisasi Anda. Adakan berbagai kegiatan yang mampu melekatkan dan merekatkan soliditas team di organisasi Anda. Ini akan membantu mendukung transformasi organisasi dengan cara yang efektif.

6. Gunakan teknologi yang tepat. Bila kebutuhan transformasi digital dan digitalisasi itu mahal, maka pastikan saja bahwa organisasi Anda menggunakan teknologi yang tepat untuk mendukung transformasi organisasi. Teknologi yang tepat akan membantu meningkatkan efisiensi dan efektivitas organisasi.

7. Lakukan benchmark dengan competitor terbaik di industri yang sejenis. Informasinya bisa dapat melalui beragam cara. Bisa melalui pertemanan, ulasan majalah terpercaya, asosiasi, hingga beragam acara diskusi / seminar terbuka pada masalah di industri yang sedang kita geluti.

Dari beragam kasus di berbagai industri yang saya amati, ternyata ada satu benang yang sama, yaitu pola yang nampak sama. Dimana cara yang paling efektif untuk menselaraskan peta bisnis dengan transformasi organisasi, setidaknya membutuhkan beberapa syarat ini.  

Yaitu, perubahan atau transformasi mensyaratkan adanya budaya bekerja cepat untuk kecepatan dan akselerasi. Selain itu, juga mensyaratkan adanya upaya terintegrasi (terkoordinasi & berkolaborasi), komprehensif (lengkap dan merevolusi), produktif (kontributif & bernilai tinggi), sistemik (terukur & saling melengkapi), berdampak (ada perubahan berarti), dan bermakna (bernilai buat Indonesia dan dunia). Tujuh syarat transformasi ini sungguhlah tidak mudah.

Sulit ? Bisa jadi. Namun, sulit bukan berarti tidak bisa kan ya ?

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Worklife Selengkapnya
Lihat Worklife Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun