Ustadz Abdul Somad membeberkan setidaknya 3 tanda kiamat yang telah kita lalui. Pertama, waktu terasa begitu cepat. Kedua, ilmu semakin berkurang ditandai dengan meninggalnya para ulama besar, sedangkan ulama merupakan pewaris para Nabi. Ketika ulama meninggal, maka habislah ilmu. Dan ketiga, semakin banyaknya orang yang terlalu cinta dunia.
Almarhum Ustadz Arifin Ilham pun pernah mengingatkan, "Kalau nasihat ulama, Quran, sunah sudah tidak didengar, maka alam yang milik Allah ini akan bicara".
Lebih jauh, Ustad Arifin Ilham menyembutkan ada 7 penyebab banyaknya bencana alam di dunia ini. Pertama, kemaksiatan. Kedua, kezaliman. Ketiga, eksploitasi alam yang berlebihan yang menyebabkan kerusakan keseimbangan alam. Keempat, tokoh yang melakukan kemasiatan dan kezaliman. Kelima, orang-orang sholeh, orang-orang baik diam melihat kemaksiatan dan kemungkaran. Keenam, karena rahmat Allah agar manusia kembali kepada fitrah manusia sesuai kewajiban dan tuntunannya. Terakhir, ketujuh, karena orang-orang yang hanya memedulikan dunia, mencari kesenangan dunia dan menghalalkan semua cara. Padahal di dunia ini hanyalah sementara dan sekejab saja.
Akhirnya, kembali ke soal cuaca ekstem akhir tahun ini, rasanya lebih bijak bila kita tak banyak melakukan mobilitas. Kita hanya keluar kota bila itu penting dan mendesak saja. Selebihnya, cukup WFH aja.
Bagi keluarga yang sudah merencanakan liburan akhir tahun, rasanya jauh lebih tepat bila liburannya ditunda sampai cuaca membaik dan lebih ramah. Liburan akhir tahun rasanya akan lebih indah untuk kian melekatkan dan menghangatkan ikatan keluarga yang selama ini disibukkan dengan urusan masing-masing anggota keluarga. Rasanya pula, jauh lebih baik bila alokasi dana wisata akhir tahun yang kita miliki, bisa kita donasikan atau kita sedekahkan. Baik kepada korban bencana alam, atau pun pada orang yang lebih membutuhkannya. In Syaa Allah, itu akan jadi kebaikan terbaik kita di akhir tahun.
Cuaca ekstrem akhir tahun adalah media terbaik bagi kita untuk menyapa hati, menimbang rasa, dan introspeksi. Kemudian, kita buat resolusi 2023.
Di Cianjur sendiri, pagi ini matahari sudah beberapa hari tak lagi menemui. Ibu-ibu tetangga di sekitar rumah sudah banyak berharap, matahari bisa keluar dan mengeringkan pakaian yang menumpuk. Namun alam punya ritual dan karakternya sendiri. Diluar dinginnya, tetap menusuk tulang. Mandi pagi pun, rasanya tergoda kuat untuk ditunda agak siangan.
Penasaran, saya buka laman prakiraan cuaca hari ini di Cianjur. Pantas saja, suhu menunjukkan 23 derajat selsius, presipitasi: 14%, kelembaban sangat tinggi 91%, dan angin 5 km/h. Namun saya bersyukur, kopi Toraja yang hangat kiriman dari sahabat dekat, bisa mengusir dinginnya pagi ini. Perlahan, saya bersenandung sendiri dengan lagu lawas. Lagu "Berita Kepada Kawan" Ebiet G. Ade. Saya nikmati, saya coba hayati, sampai menancap di hati ini :
"Barangkali di sana ada jawabnya. Mengapa di tanahku terjadi bencana. Mungkin Tuhan mulai bosan melihat tingkah kita, yang selalu salah dan bangga dengan dosa-dosa. Atau alam mulai enggan bersahabat dengan kita, coba kita bertanya pada rumput yang bergoyang"
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H