Mohon tunggu...
Agung MSG
Agung MSG Mohon Tunggu... Wiraswasta - Insan Pembelajar

Agung MSG adalah seorang trainer dan coach berpengalaman di bidang Personal Development dan Operasional Management, serta penulis buku: Be A Rich Man (Pustaka Hidayah, 2004), Retail Risk Management in Detail (IMan, 2010), dan The Prophet Natural Curative Secret – Divinely, Scientifically and Naturally Tested and Proven (Nas Media Pustaka, 2022). Aktif mengajar di Komunitas E-Flock Indonesia di 93 kota di 22 provinsi di Indonesia, serta memberikan pelatihan online di Arab Saudi, Ghana, Kamboja, Qatar, dan Thailand. Agung juga dikenal sebagai penulis lepas di berbagai majalah internal perusahaan, blogger di Medium.com, dan penulis aktif di Kompasiana.com. Dengan pengalaman memberikan pelatihan di berbagai asosiasi bisnis, kementerian, universitas, sekolah, hingga perusahaan publik di 62 kota di Indonesia, Agung MSG mengusung filosofi hidup untuk mengasihi, menyayangi, berbagi, dan berkarya mulia. @agungmsg #haiedumain email: agungmsg@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Diary Pilihan

Akhirnya, Mereka Bisa Lebih Cepat Dari yang Mereka Kira

1 Desember 2022   07:22 Diperbarui: 1 Desember 2022   07:39 306
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Roadshow Focus Group Discussion (FGD) dengan 23 instansi terkait di 4 kota bersama team HRD di sebuah kementrian, itu sungguh mengasyikkan. Namun disisi lain, harus diakui ini benar-benar menyita cukup waktu dan energi. Kami adakan FGD itu di dua kota Jawa Barat dan di dua kota Jawa Tengah. Pilihannya, mewakili objek bisnis dan transformasi manajemen yang kecil, yang besar, yang baru dan yang lama.

Meski itu menyita waktu dan energi, namun tetap atensi dan fokus pada tuntutan pekerjaan, tetap harus dipertahankan. Termasuk pada manajemen energi dan manajemen waktunya.

Nah, di kota terakhir inilah - di kota Semarang - manajemen energi benar-benar diuji. Rasa Lelah, letih, penat, harus disingkirkan. Butuh udara segar, suasana baru, dan mereset ini pikiran. Akhirnya, berdua bersama seorang sahabat saya jalan pagi dan bermain di taman Simpang Lima, Semarang.

Banyak masyarakat disana, campur baur berolahraga. Ada yg jogging, ada yg senam, ada yang berbincang-bincang, juga ada komunitas pesepeda yang nongkrong transit disana. Namun yang menarik, ada sekumpulan anak-anak SD dan SMP yang bermain sepatu roda.

Aha ! Ini dia, sasaran empuk nih buat mereka bikin hepi. Siapa yang tak suka happy di pagi hari dan gratis lagi.

Spontan saya dekati mereka, lalu saya tanyakan kepada mereka sebuah tantangan.

"Adik-adik sini sebentar. Pernah lihat orang main sepatu roda tapi jalannya mundur ?", tanya saya. Mereka mengangguk semua. Beberapa anak ambil sikap ekstra hati-hati, tapi semua mau menyimak apa yang saya sampaikan. Dan ternyata, tak satu pun diantara mereka yang sudah bisa berjalan mundur dengan sepatu roda. Lalu, saya ajukan pernyaan yang menggoda mereka : 

"Kalau adik-adik semua bisa jalan mundur naik sepeda, bukankah itu sebuah tantangan yang sangat mengasyikkan untuk dicoba ?"

Baca juga: Bisa - Jadi - Punya

Beberapa anak mengangguk. Beberapa hanya tersenyum. Lalu, beberapa orang tua yang mengantar mereka satu per satu berdatangan menghampiri kami, hampir membentuk setengah lingkaran. Sepertinya mereka ingin tahu benar apa yang akan terjadi kemudian.

"Kalau adik-adik coba, dan saya bimbing sampai bisa bagaimana caranya memulainya, apakah adik-adik mau melakukannya ?

Kompak, mereka sekarang tersenyum semua, dan mulai yakin denga napa yang saya sampaikan. Serempak mereka mengatakan, "Mau, mau... mau...."

"Oke, bukankah kalau adik-adik sudah bisa jalan mundur dengan naik sepatu roda itu akan bikin kita senang dan bahagia ? Juga, kita jadi punya pengalaman dan keterampilan baru yang bikin asyik diri kita ?"

Empat pertanyaan awal, adalah kunci melibatkan mereka. Sengaja saya bikin mereka menjawab dengan jawaban yang berkonotasi pada hal ingin saya dapatkan. "Ya, oke, mau, benar, sependapat, atau setuju". Setelah itu, saya pun ajarkan tahap demi tahap caranya seperti apa. Sangat teknis.

Ya, itulah momen spontan saat saya melihat mereka sedang bermain sepatu roda. Namun yang terjadi mereka hanya main-main saja dan menyenangkan. Tak ada sesuatu yang menantang. Lalu saya ajarkan kepada mereka bagaimana belajar mundur dengan sepatu roda. Tahap demi tahap, sangat teknis. 

Memang, semula mereka ragu. Ada yang malu-malu. Bahkan ada yang jatuh kehilangan keseimbangan. Beberapa kali, mayoritas mereka jatuh atau hampir terjatuh. Ayah-ibu dan keluarganya yang melihat semua itu, juga agak was-was, tapi penasaran. Khawatir jatuh terpelanting ke belakang dan terkena otak belakang mereka. 

Saya katakan kepada mereka. "Ayo berdoa dulu dalam hati. Belajar yang sabar ya, seperti kita anak TK. Jangan langsung ingin bisa balapan dan jadi mahasiswa. Fokus, yakin, bertahap, dan lakukan saja".

"Ayo, bangun. Tak apa. Coba lagi ya !". Mereka senyum, ada yg tertawa. Tapi penasaran, dan mau coba lagi, dan lagi. Wah, lumayan cape juga membantu mereka belajar. Lari kesana, lari kesini. Jagain mereka, khawatir ada yang jatuh dan terluka.  

Perlahan, bertahap, dengan kesabaran dan keyakinan, mereka pada akhirnya bisa juga. Mereka senang dan bahagia, bahwa mereka ternyata bisa main sepatu roda dengan cara mundur. Satu dua orang tua mulai tersenyum dan teriak-teriak dari pinggir lapangan menyemangi anak-anak mereka. Beberapa ayah yang menemani mereka juga kasih support dan tepuk tangan pada anaknya. Terpancar kebahagiaan yang meluap seorang ayah melihat anaknya semangat belajar dan nampak ada progres pada anaknya.

Akhirnya, tak lebih dari 45 menit, mereka bahkan siap adu balap mundur dengan sepatu roda. Lebih cepat dari yang mereka kira. Mereka baru ngeh, ternyata mereka bisa melakukannya. Menariknya pula, ternyata yang paling cepat dan juara adalah anak yang paling kecil badanya. Anak yang setiap saya bicara matanya mengunci mata saya. Seolah ia mengikuti saya kata demi kata.

Dengan sedikit malu-malu, Sang Juara pun kaget dan nampak ia sendiri tak percaya dan bahagia bahwa ia bisa dan malah bisa jadi juara. Melampaui teman-temannya yang lebih besar dan lebih tinggi badannya.

Senang sekali bisa berolah-olah raga bersama dengan anak-anak Indonesia di Semarang di lapang Simpang Lima. Sebuah momen kecil yang besar harapan saya bisa berdampak besar bagi prestasi-prestasi mereka lainnya.

Saya pun berharap, kelak mereka jadi calon pemuda-pemudi Indonesia yang bisa belajar sesuatu. Bahwa belajar itu adalah praktik. Yaitu 10% fahami, 20% coba sendiri, 70% praktik. Ya, kalau mereka  mau maka mereka akan mampu. Kalau mereka mampu, maka mereka akan maju.

Ya, berkomitmen ingin maju, gigih mencoba sesuatu yg baru yang yakin bisa dilakukan, maka halang dan rintang akan dapat dilampaui, dan pada akhirnya bisa dilakukan dan mendapat apa yg diinginkan. Atensi, fokus, keyakinan, manajemen waktu dan manajemen energi jadi kunci di on the spot training itu.

Intinya, kalau yakin bisa, ya coba saja dan awali dengan doa. Jangan banyak lagi mikir. Eksekusi, action. In Syaa Allah bisa !

Satu pengalaman tak terlupakan di pagi yang indah di taman Simpang Lima Semarang, Jawa Tengah. Semoga kelak mereka jadi anak-anak yang sehat wal afiat, sukses, sejahtera, bahagia dan bermakna bagi Indonesia. Aamiin ya robbal alamin.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun