Mohon tunggu...
Agung MSG
Agung MSG Mohon Tunggu... Wiraswasta - Wiraswasta

Hidup untuk mengasihi, menyayangi, berbagi, dan berkarya mulia. @agungmsg #haiedumain

Selanjutnya

Tutup

Worklife

"Siap, Saya Bukan Anjing Penjaga!"

19 November 2022   09:36 Diperbarui: 23 November 2022   07:06 248
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Worklife. Ilustrasi : flaticon.es

Pagi itu adalah pagi yang sibuk. Si Mas, seorang Manajer Muda sedang sibuk menganalisis target minggguan dan bulanannya. Maklum, lebih dari sebulan ini musim hujan tak henti-hentinya mengguyur. Target bulanan tetap harus diraih, dan target semesteran harus dipastikan terlampaui.

Sayang, sampai pertengahan bulan keempat itu, targetnya minus 6% hari dari rata-rata pencapaian di bulan itu. Atau minus 18% dari target di semester itu.

Sementara itu, 3 minggu lagi rapat kerja bagian operation bersama manajemen di kantor pusat secara nasional akan diadakan. Regional Manager (Regman) pasti akan minta data ini itu, terutama data kualitasif dari semua indikator keberhasilan sebuah cabang perusahaan.

Di raker ini, semua akan disampaikan. Mulai dari evaluasi tahun kemarin, hingga trend dan isu terkini di industri yang sedang digeluti. Tak hanya itu, juara-juara dari berbagai indikator keberhasilan akan diumumkan. Dikasih piagam, paket hadiah, uang saku, dan tiket liburan yang mengasyikkan.

Bagi mereka yang jadi juara di setiap kategori, akan diminta untuk presentasi. Baik secara lisan saja, atau pun lengkap dengan presentasinya dalam waktu 7 menit saja. Kami mengistilahkan program keberhasilan itu sebagai sebuah best practice.

Ratusan cabang lain, harus meniru pola suksesnya. Amati, tiru, dan modifikasi. Namun aspek orisinalitas dan kekhasan di aspek-aspek tertentu, tetap harus dikunci dan dipertahankan image dan branding-nya.

Yang "menggelikan hingga mengerikan", adalah 10 "pendosa terburuk" pun akan diumumkan. Mereka berasal dari cabang-cabang yang performanya dibawah rata-rata minimal pencapaian. Bila itu terjadi, siap-siaplah, pasang muka beton dan hati baja. Muka jadi merah itu biasa, nah diledekin ama teman-teman satu regional itulah yang ruar biasa.

Tak jarang para pendosa itu akan merasa malu, dan berpikir, "Ini muka mau ditaruh dimana ? Adakah yang bisa membantu penitipan ini kepala ?"

Tak hanya itu, para pendosa bad practice ini juga akan ditantang. Berapa lama lagi hal itu akan diperbaiki, dan diselesaikan. Juga sumber daya apa saja yang dibutuhkan untuk merubah semua itu ?

Berita baiknya, selepas bubaran raker itu, maka semua manajer cabang akan berkumpul lagi di Regman. Langsung bahas, program "life vest" untuk menolong dan mengangkat cabang yang tertinggal. One for all, all for one.

Saat memikirkan itu, pimpinan regional datang. Bukan inspeksi mendadak, namun ini kunjungan rutin tak terpola yang biasa ia lakukan. Dari setiap kunjungannya, selalu saja ia akan kasih pe-er besar untuk segera membenahi kinerja operasional di cabang itu. Celakanya, cabang itu adalah cabang terburuk dari 2 wilayah regional di pulau Jawa.

Manager muda itu sendiri sudah melakukan safari diskusi dengan intensif. Diskusi ama bawahan, rekan sekerja, atasan langsung, bagian terkait di kantor pusat, hingga mempelajari track record selama 6 semester terakhir. Hasilnya : tak banyak bisa mengubah keadaan ! Sesuatu yang ekstraordinari harus dilakukan.

Waktu terus berjalan. Dalam 3 bulan terakhir manajer muda ini menjabat, hampir tak ada perubahan signifikan. Lalu, saat sang Regmen ketemu di lapangan, tentu saja beliau gemes. Padahal segala upaya sudah dilakukan.

Dengan nada yang lembut, perlahan dan mantap, beliau menyampaikan ke manager muda itu, "Untuk itulah Mas dipekerjakan di sini. Coba pikirkan lagi bagaimana baiknya. Jangan hanya jadi anjing penjaga saja ya...".

Jleb. Kalimat terakhir ini, tentu saja bikin dia mikir keras 17 keliling. Hebatnya, sama sekali dia tidak tersinggung dengan perkataan itu. Malah dia makin tertantang.

Dia tahu, Sang Regman tidak bermaksud merendahkannya. Beliau hanya fokus dengan mindset dan cara kerja si manajer muda saja. Dia tetap respek dan loyal pada beliau. Beneran, tidak ada baper, dan tidak ada sakit hati sedikitpun.

Sekali lagi, itu benar-benar memicu dan memacu andrenalinnya. Karena dia yakin, sebagaimana yang dikatakan Mahatma Gandhi, "Tak ada yang menyakiti kita, kecuali kita mengizinkannya". Prinsip yang ia terapkan pada anak buahnya itu, kini harus ia terapkan pada dirinya sendiri.

Lalu, ucapan itu pun mengingatkan dirinya pada nasehat gurunya di kampung halaman. "Kalau kamu melakukan sesuatu dan tidak mengubah keadaan jadi lebih baik, lebih unggul, dan lebih bermakna, maka hanya ada 2 kemungkinan. Kamu ngak sungguh-sungguh serius, atau apa yang kamu lakukan itu tidaklah efektif".

Regman pun terus berkeliling dan memeriksa tempat di semua lantai. Berdiskusi ini itu, menyapaikan harapan dan temuan bagusnya di regional lain, dan menjelaskan kenapa itu berhasil. Si manajer muda itu pun sibuk mencatat. Ia punya ambisi yang sehat. Berpikirnya cepat, kreatif, dan sangat terbuka dengan kritik.

Katanya, kritik itu konsultan gratis yang dikirimkan Tuhan untuk dirinya. Sementara pujian baginya, tak boleh meninabobokan diri dan teamnya. Karena katanya, saat kita suka pujian, maka kita sudah siap untuk dibonsaikan. Bagus tapi kecil, dan kerdil.

Setelah berkeliling, memeriksa ini itu dan berdiskusi hampir 2 jam, Sang Regman pamit pulang. Lalu, beliau menepuk pundaknya dengan senyum khasnya yang hangat, tatapannya yang tajam, dan senyumnya yang dahsyat. Lalu beliau berkata:

"Ayo Mas, coba pikirkan ini lagi ya. Sungguh-sungguh, dan serius, nih. Mohon maaf, saya sekarang berada dalam puncak kesibukan. Saya belum ada waktu untuk bantu ini. Cukup saya 2 jam di sini, ya. Namun saya yakin, Mas bisa atasi ini, dan 2 minggu lagi nanti saya yang ke sini, atau telepon ya... Kapan saja boleh."

"Siap Pak, akan saya kerjakan, karena saya bukan anjing penjaga!" katanya penuh semangat.

Jleb. Kini, giliran Sang Regman yang kaget. Kata-katanya diucap-ulang. Namun, ia tersenyum sumringah dan cerah. Beliau menjawab pendek.

"Bagus... Saya pamit dulu ya, dan jangan sungkan-sungkan kalau penting dan mendesak, telepon saya kapan saja ya mas..."

Sesaat Sang Regman mau melangkah pamit, Manajer Muda itu baru sadar. Ia belum menyuguhi apa pun pada atasanya.

"Pak, mohon maaf sebentar Pak. Sejak bapak datang, bapak belum minum. Kita ngopi dulu ya Pak..."

"Mohon maaf, saya buru-buru. Tak apa, lain kali aja ya," katanya sambil merangkul pundak bawahannya itu. Sang Manajer Muda baru ingat, itu hari Kamis. Hari dimana beliau selalu disiplin menjalankan puasa Senin-Kamisnya.

"Baiklah kalau begitu Pak. Doakan saya & team, bisa cepat selesaikan ini. Ya, saya akan bekerja lebih bersungguh-sungguh, dan lebih serius lagi. Team saya akan bekerja lebih efektif lagi. Ini janji saya. Karena saya bukan anjing penjaga".

Mereka pun tertawa lepas bersama. Keduanya sudah satu hati, satu chemistry. Karena bila segala suatu sudah satu visi, maka urusan strategi In Syaa Allah tidak akan sulit lagi. Dan urusan teknis, akan selesai dalam hitungan menit.

Insight Bagi Praktisi HR

Bagi orang yang merasa sebagai praktisi HR, analogi dari di atas yang menggunakan istilah "watchdog" mungkin saja dirasakan sangat mengerikan, sadis, dan kurang pas kata-kata yang dipilih.

Alasannya, karena mereka sedang berjuang untuk lebih menunjung tinggi martabat pekerja dengan istilah "Talent" maupun "People". Juga seperti istilah karyawan yang dapat ditujukan untuk menggantikan istilah kuli, kacung, buruh atau pegawai. Atau penggunaan istilah lain yang pada intinya harus dapat lebih dirasakan sebagai pendelakan yang lebih humanis, menjungjung martabat, dan lebih memberdayakan.

Mungkin saat itu, sang atasan menggunakan istilah "Watchdog" karena orientasi kerjanya lebih mengacu ke budaya barat, dan lebih suka menggunakan kata itu. Namun, syukurlah sang bawahan sendiri tak tersinggung.

Dan bila kita mengacu pada Cambridge Dictionary, maka kata “Watchdog” itu berkonotasi kepada orang atau organisasi. Yaitu orang atau organisasi yang bertanggung jawab untuk memeriksa atau memastikan bahwa perusahaan mematuhi aturan, hukum dan standar tertentu sehingga standar produk atau jasa yang mereka berikan dapat diterima berbagai pihak atau pemangku kepentingan terkait, serta dipastikan tidak bertindak secara illegal.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Worklife Selengkapnya
Lihat Worklife Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun