Mohon tunggu...
Agung MSG
Agung MSG Mohon Tunggu... Wiraswasta - Insan Pembelajar

Insan Pembelajar yang senang mempelajari bidang Personal Development dan Operasional Management, serta penulis buku: Be A Rich Man (Pustaka Hidayah, 2004), Retail Risk Management in Detail (IMan, 2010), dan The Prophet Natural Curative Secret – Divinely, Scientifically and Naturally Tested and Proven (Nas Media Pustaka, 2022). Aktif mengajar di Komunitas E-Flock Indonesia di Indonesia, serta memberikan pelatihan online di Arab Saudi, Ghana, Kamboja, Qatar, dan Thailand. Agung juga dikenal sebagai penulis lepas di berbagai majalah internal perusahaan, blogger di Medium.com, dan penulis aktif di Kompasiana.com. Saat ini aktif memberikan pelatihan di berbagai asosiasi bisnis, kementerian, universitas, sekolah, hingga perusahaan publik di berbagai kesempatan, Agung MSG mengusung filosofi hidup untuk mengasihi, menyayangi, berbagi, dan berkarya mulia. @agungmsg #haiedumain email: agungmsg@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Hati-Hati, Nabi Sudah Ingatkan Maraknya "Bermunculnya Pena" Sebelum Kiamat

18 November 2022   07:17 Diperbarui: 18 November 2022   10:49 402
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi : pexels.com - cotttonbro studio

Sayangnya, tak semua grup medsos itu punya aturan dan penegakan yang ketat. Konten yang nyeleneh dan apa pun bisa brus masuk kedalamnya. Karena itu, saatnya kita fokus pada kebaikan, dan bagi waktu dengan proposional. Tinggalkan hal yang tak bermanfaat dan tak bermakna. Karena, salah satu tanda kebaikan seseorang adalah ia mampu meninggalkan sesuatu yang tidak bermanfaat bagi dunia atau pun bagi akhiratnya.

Jangan sampai kita berkutat terus di medsos, dan istri, suami atau anak-anakmu mencemburuimu karenanya. Jadi tulis, posting, atau komentari hanya yang baik, benar, mengandung kebajikan dan hal yang bermanfaat saja. Amalkan, sebelum mendakwahkan. Diluar itu, lebih baik diam.

Karenanya, ekstra hati-hati dan bijaklah menggunakan medsos. Saringlah dengan ketat dan berlapis. Cek, recheck, crosscheck sebelum menyampaikan berita. Jangan-jangan itu hoaks atau mengandung kandungan ujaran kebencian, atau bahkan mengandung penyebab terjadinya ketersinggungan atau perpecahan. Jangan pula nyinyir atau mencela. Karena caci maki dan mencela itu bisa mengundang bencana.

Selain itu, bila ada masalah besar yang di-share jangan dulu percaya, karena bisa jadi yang menshare itu tidak punya kapasitas untuk menyelesaikannya. Kita pun jangan serta merta tergoda untuk mengomentarinya, karena kita sendiri belum tentu punya kapasitas yang memadai untuk membahasnya. Begitulah adab saat kita dihadapkan pada masalah besar. Disisi lain, kita hanya boleh percaya kepada orang yang memiliki kapasitas untuk membahasnya saja. Atau, boleh juga kita mengkritisnya dengan berdasar fakta-fakta yang ada, dan itu pun harus diberikan beberapa alternatif solusi terbaiknya. Jangan sampai kita mempermasalahkan masalah tanpa solusi nyata, namun malah hanya nyinyir saja. Bergibah, atau men-share tanpa saringan yang bagus. Tanpa mengedepankan prinsip kehati-hatian.

Tak jarang, fitnah dan komentar miring di medsos, termasuk fitnah wanita, bisa menyebabkan perang pernyataan antara sesama anggota, netizen atau influenzer. Mirisnya lagi, malah ada perang pernyataan seperti berbalas pantun antara anak dan ibu kandungnya sendiri. Antara artis ini dan artis itu. Main sindir antara politisi yang satu dengan politisi yang lain. Lalu, tak sedikit pula yang jadi aduan dan masuk ranah pidana.

Allah sendiri sudah mengingatkan, "Hendaklah mereka mengucapkan yang benar" (Al Isra 17 : 53). Benar dan jujur dalam berniat, berperilaku, bergaul, maupun jujur terhadap diri sendiri. Termasuk didalamnya untuk bisa pandai-pandai membedakan, mana ranah pribadi yang tak baik di share, dan mana yang menjadi ranah publik yang boleh di-share.

Bukankah setiap huruf, kata, foto atau video yang kita posting itu akan dimintai pertanggungjawaban kelak ? Dan bukankah, apa pun aktivitas kita di medsos atau grup medsos itu juga, akan dicatat oleh Malaikat Roqib dan Atid ?

Saatnya kita bijak bermedsos. Baik niatnya, benar kontennya, dan bermanfaat adanya. Jemari dan medsos itu seperti pedang bermata dua. Kita akan searching dan mengetikkan untuk surga, atau neraka. Waktu bermedsos, apa yang diposting atau diupload, dan komentar yang akan ditinggalkan, kelak akan diaudit tanpa pembela dan pendamping legal. Lalu akan dihisab : apakah ini jadi dosa pemberat, atau jadi nilai amal yang bermanfaat.

In Syaa Allah, dengan niat yang lurus dan benar isi dan cara penyampaiannya, mendingan sosmed dan grup medsos itu kita jadikan menjadi media dakwah. Saluran inspirasi. Grup yang saling memotivasi dan bahu membahu membawa ke peradaban yang labih baik. Media sosial ini sungguh sangat ampuh, mujarab, berdampak luas, dan bisa dikemas dengan beragam platform dengan strategi social media domination. Mulai dari Kompasiana, Medium, Facebook, Instagram, YouTube, Telegram, SoundCloud, LinkedIn, hingga Spotify.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun