Hidup ini sederhana. Simple. Hanya ambisi, nafsu, dan gengsilah yang membuat hidup ini jadi ruwet dan rumit. Terbukti, data statistik selalu menunjukkan temuan yang mengejutkan, bahwa angka gangguan jiwa di seluruh dunia, terus naik dari waktu ke waktu.
Kerja juga sederhana. Ikuti aturan mainnya. Lampaui targetnya. Dan tetaplah berusaha maksimal, sambil terus mengasah gergaji agar kompetensi kita, dari waktu ke waktu dapat kita asah lebih baik. Ya, lebih cepat, lebih baik, dan lebih efektif.
Jeff Bezos, misalnya. Ia pernah terpilih menjadi satu diantara 10 CEO terbaik di dunia versi Majalah Baron asal Amerika Serikat (AS). CEO di Amazon.com ini punya visi yang sederhana, dan dunia pun berubah. Ia telah mampu mengubah cara masyarakat dunia tentang berbelanja, dan membaca via online.
Masih berkait dengan soal kesederhanaan. Mckinsey pernah mengidentifikasi 200 CEO yang sangat sukses dan melakukan wawancara mendalam dengan 67 diantaranya. Penemuannya sungguh sangat mengejutkan. Katanya, tidak ada resep sederhana untuk sukses, tetapi ada kebajikan dalam kesederhanaan.
Ya, kesederhanaan adalah kekuatan.
Sejarah CEO-CEO terbaik di dunia, menurut riset McKinsey ternyata ada polanya. Dan pola ini sungguh sederhana : 1) Berani, 2) Perlakukan hal yang lembut (orang dan budaya) sebagai hal yang keras (sungguh-sungguh, serius dan disiplin), 3) Mampu mengatur tim, 4) Membantu direktur membantu bisnis, 5) Memulai dengan “Mengapa", dan 6) Melakukan apa yang hanya bisa dilakukan.
Jadi, senyatanya semua kesederhanaan atau pun keruwetan itu, bermula dan bertumpu dari mindset kita sendiri. Apakah kita akan membuka hati dan pikiran untuk growth mindset, atau sudah cukup saja begini. "Jangan macem-macem, sudah, apa adanya aja". "Terimalah dengan hati lapang dan gembira", atau ungkapan-ungkapan semu lainnya, yang sesungguhnya mencerminkan fixed mindset diri yang mengungkapkannya.
Orang yang fixed mindset, selalu saja terus berkutat di zona nyaman, dan justru tak nyaman bila mau coba-coba dan mengembangkan potensi dirinya lebih jauh lagi.
Kesederhanaan adalah kekuatan. Hidup sederhana, bersahaja, adalah kebahagiaan. Karenanya, makin sederhana dan bersahaja sikap kita, maka makin bahagialah diri kita. ”The happiest people don’t have the best of everything, they just make the best of what they have”. Hanya saja, kebahagiaan sejati tak akan dapat kita raih, bila semua itu tak berbalut dan tak diisi dengan cinta.
Para pemimpin besar, inovator-inovator sang pendobrak kemapanan, top executives, para CEO papan atas kelas dunia, selalu saja punya visi yang bisa mengubah dunia. Mereka melakukan itu karena cinta. Karena hanya dengan cinta, kita ini bisa bahagia. Doel Sumbang pernah menyanyikannya dalam sebuah lagu apik “Arti Kehidupan” : “Cinta itu anugrah, maka berbahagialah. Sebab kita sengsara, bila tak punya cinta”
Hanya saja, puncak kebahagiaan itu bukanlah hanya bertumpu pada kesederhanaan, kebersahajaan, atau pun berapa banyak orang yang mencintai dan merindukan keberadaan kita. Namun lebih dari itu. Yaitu adanya sebuah gerakan masif yang membawa orang-orang untuk bersama-sama membuat sejarah yang indah, luhur dan mulia.