Orang-orang yang berkategori ruar biasa adalah orang-orang yang selalu punya gagasan sederhana. Hal ini seringkali juga saya temukan pada manajer hebat dimana pun mereka berada.
Selain gagasannya sederhana, mereka pun menyampaikan konsepnya dengan secara spontan, langsung dan tepat. Meski bagi orang biasa, mungkin itu dirasakan cukup sulit.Â
Namun bagi manajer hebat, sambal tersenyum ia akan mengatakan, "Ok, project ini punya tingkat kesulitan yang menantang. Mari kita fokus menyelesaikan ini. Yang saya butuhkan adalah kepercayaan penuh dari atasan dan manajemen untuk menggarap ini dengan baik, disiplin dan persisten. Itu saja".
Wow, sungguh itu jawaban yang luar biasa dari seorang manajer hebat yang sering saya temui. Kata-katanya memang berbeda, namun isinya lebih kurang seperti itu mereka sampaikan ke saya.
Rasanya, saya tak bosan-bosan bila bicara tetantang sosok manajer hebat. Manajer hebat itu seolah adalah sosok yang diturunkan dari langit pada waktu yang tepat dengan tempat yang tepat.Â
Manager hebat itu pandai meracik bakat dengan merekrut orang yang tepat untuk mendapat orang dengan peran yang tepat. Law of attraction berlaku pada semua orang, termasuk manager yang hebat.
Ya, sekali lagi saya ingin menyampaikan bahwa mereka pandai meracik bakat dan peran yang tepat. Mereka juga mengetahui dengan sangat meyakinkan, untuk sebuah project penting misalnya, karyawan mana yang bisa menjalankan dan mengekseskusinya dengan tepat.
Menariknya, manajer hebat sepengetahuan saya selama ini ternyata bisa berasal dari latar belakang yang berbeda-beda. Tak ada profil khusus yang menjadi ciri khas seorang manajer hebat.Â
Baik dari sisi usia, jenis kelamin, ras, usia, motivasi, gaya kepemimpinan, pengarahan, hubungan, fokus hingga penetapan target kerja yang melekat padanya. Semua bisa berbeda.
Namun satu kesamaan dari mereka sebagai manajer hebat, adalah kesamaan khas yang mereka miliki. Mereka punya kemampuan mendobrak semua aturan kebijakan.Â
Sosok manajer hebat dalan perannya, bisa kita lihat pada sosok Pak Dahlan Iskan, Ibu Susi Pudjiastuti, Pak Ignasius Jonan, Dokter Terawan Agus Putranto, Pak Zulkifli Zaini, Pak Tantri Abeng, Pak Muhammad Jusuf Kalla, Pak Tung Desem Waringin hingga Pak Rusdin S. Rauf.
Saat mereka memerankan sebagai manajer, mereka nampak sebagai sosok revolusioner & senyatanya mereka pun punya karyawan favorit. Karyawan favorit biasanya adalah karyawan-karyawan yang memiliki komitmen kuat pada perubahan, sevisi dengan atasannya, siap bekerja ekstra.Â
Tentu saja mereka sendiri sebagai karyawan berbakat membutuhkan manajer hebat untuk aktualisasi dirinya dan masa depan karirnya.
Kedekatan emosional yang terjadi pada manajer hebat dan karyawab berbakat ini terbentuk karena seringnya mereka berkomunikasi secara intens. Karena itu, seringnya komunikasi ini menjadikan manajer hebat "dengan sendirinya" mengetahui apa yang diinginkan oleh karyawan paling berbakat di lingkungan kerjanya.
Meskipun demikian, manajer hebat perlu menyadari bahwa hubungan langsung dan kedekatannya ini mempengaruhi seberapa lama mereka bertahan dan produktif dalam bekerja. Untuk itulah, manajer hebat perlu intens mengkomunikasikan kondisi ini dan perkembangannya dengan divisi HRD / Human Capital lebih lanjut.
Sekarang, sudahkah anda memerankan diri sebagai manajer yang hebat, atau mempekerjakan manajer yang hebat ?
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H