“...Kenapa kamu harus malu menjelaskan keadaan kamu saat itu ?”. Sambung Luna.sambil menahan sisa-sisa tawanya.
03.29 AM.
Bulan purnama seolah bisa dijangkau dengan tangan dari pucuk gunung Wilis. Cahayanya keperakan tak begitu terang melekat di langit yang tampak bagai lautan biru.
“Jam berapa disitu, Lun ?”.
“ Jam sebelas malam lebih dua puluh sembilan menit...kenapa, Bar..?”.
“ Sudah kelihatan belum purnama disitu ?”.
“ Sudah dar tadi, Indah banget !”.
Aku dengar Luna bergumam dalam bahasa spanyol. “De luna llena“.
“Apa artinya,Lun ?”.
“Full moon...bulan purnama”.
“Albadr...De Luna Llena” Sahutku.
“Bulan purnama dalam bahasa Arab dan Spanyol“. Tebak Luna disebrang telepon yang sedang aku bayangkan sedang menatap indahnya bulan, sama yang aku lakukan saat ini,disini.
Sejenak Aku terdiam, pandanganku terpaku menatap rembulan yang akan tergelincir jatuh diarah barat. Hening menyambut pagi. Aku beranjak dari kursi malas dari bambu di kamar kosku, aku hampiri perangkat musik portable di atas meja kamar dan aku putar lagu Elsa , Musisi perancis dengan jenis vokal tenor. Aku pun kembali ke kursi malas di depan kamar kos dan meraih handphone-ku kembali berharap ada suara Luna yang bisa merubah pagi yang segera menjadi malam hingga s